Homili 27 Desember 2017 (Rasul dan Penginjil Yohanes)

Pesta St. Yohanes, Rasul dan Penginjil
1Yoh. 1:1-4
Mzm. 97:1-2,5-6,11-12
Yoh. 20:2-8

Kesetiaan kepada Yesus

Hari ini kita merayakan Pesta St. Yohanes, Rasul dan Penginjil. Dalam Kisah panggilan para murid perdana versi Injil Markus, kita mendapat informasi bahwa beliau adalah salah seorang putera Zebedeus. Ibunya bernama Salome dan ia memiliki saudara bernama Yakobus. Mereka berasal dari kota Betsaida. Kota ini terletak di pingir danau Galilea. Pekerjaan utama keluarga Zebedeus adalah sebagai nelayan. Ibunya Salome setia mendampingi Yakobus dan Yohanes untuk berjalan bersama Yesus hingga Bukit Kalvari. Yakobus dan Yohanes adalah murid-murid inti Yesus bersama Petrus. Mereka bertiga selalu hadir dalam peristiwa-peristiwa penting seperti pada saat Yesus menyembuhkan anak perempuan Yairus (Mrk 5:37), pada saat menampakkan kemuliaan-Nya di gunung yang tinggi (Mrk 9:2) dan pada saat sakratul maut di Taman Getzemani (Mrk 14:33). Pilihan menjadi murid-inti ini adalah kehendak Yesus, meskipun Salome ibu mereka pernah meminta kepada Yesus supaya Yakobus dan Yohanes ikut dalam struktur pemerintahan Yesus sekiranya Yesus menjadi raja duniawi. Yohanes dan Andreas sebelum bergambung dengan Yesus, sudah menjadi murid Yohanes Pembaptis (Yoh 1:40). Ia dikenal sebagai murid yang dikasihi Yesus (Yoh 21:10). Paulus menyebutnya sebagai salah seorang sokoguru Gereja (Gal 2:9). Ia tinggal di Patmos dan wafat di Efesus.

Kita menemukan dari seluruh kisah hidupnya, beberapa kekuatan dalam diri Rasul Yohanes yang menginspirasikan hidup kita. Ia adalah pribadi yang tulus dan setia kepada Yesus. Ia mengikuti Yesus sampai tuntas, dari pantai danau Galilea hingga bukit Kalvari bersama Yesus. Tuhan Yesus sendiri menyerahkan ibu-Nya kepada Yohanes (Yoh 19:27). Yohanes mendampingi Petrus setelah Pentekosta untuk mewartakan kebangkitan Tuhan Yesus Kristus di Yerusalem dan Samaria dengan mencurahi Roh Kudus kepada para baptisan baru. Ketulusan dan kesetiaannya kepada Yesus dapat kita baca dalam Injil keempat, surat-surat dan Kitab Wahyu. Di dalam tulisannya ini kita mengenal sosok Yesus dan perutusan-Nya di dunia. Dia adalah kasih Bapa. Dia mengakui bahwa Allah adalah kasih. Ia bersaksi tentang kasih sebab ia sendiri mengalami kasih Tuhan sepanjang hidupnya.

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari ini menggambarkan iman Yohanes kepada Tuhan Yesus Kristus. Ia berkata: “Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman hidup, itulah yang kami tuliskan kepada kamu.” (1Yoh 1:1). Yohanes adalah rasul, saksi mata yang mengungkapkan secara terbuka pengalaman rohaninya bersama Yesus. Ia sudah mendengar, melihat, menyaksikan, meraba dengan tangan tentang Yesus sebagai Sabda itulah yang menjadi pokok kesaksiannya. Pengalaman rohani Yesus ini harusnya menjadi pengalaman hidup kita setiap hari. Kita semua mendengar sabda, melihat Yesus dalam Sakramen Mahakudus dan gerakan-gerakan Roh Kudus di dalam Gereja. Maka kita pun dipanggil untuk menjadi serupa dengan Yohanes supaya bersaksi tentang Yesus di dalam Gereja.

Untuk mewartakan Yesus Kristus kepada sesama kita perlu semangat menginjil seperti Yohanes. Kita mewartakan kepada dunia tentang betapa indah dan luhurnya cinta kasih Tuhan. Kita mewartakan terang Kristus yang lahir ke dunia kepada semua orang dari berbagai penjuru dunia. Dia adalah Sabda yang telah menjadi daging dan tinggal bersama kita. Kita mewartakan peristiwa inkarnasi ini kepada semua orang yang berkenan kepada Tuhan. Ini adalah warta sukacita yang besar kepada dunia bahwa Allah adalah kasih dan Ia mengasihi kita semua. Tugas kita adalah mengasihi sesama dengan tulus bukan hanya dengan perkataan tetapi dalam kebenaran.

Yohanes menguatkan kita untuk menjadi sebuah Gereja Karismatis. Sebuah Gereja yang diliputi oleh Roh Kudus sendiri. Dalam bacaan Injil hari ini kita mendengar bagaimana sikap karismatis dari Yohanes di dalam komunitasnya. Ia barusan mendengar warta kebangkitan Yesus dari Maria Magdalena. Ia pun bergegas ke kubur Yesus bersama Petrus namun Yohanes berhgerak lebih cepat. Setibanya di kubur, ia hanya melihat dan menunggu Petrus untuk masuk lebih dahulu. Selanjutnya ia menyusul masuk dan percaya. Sebagai seorang karismatis di dalam komunitasnya, Yohanes pasti percaya bahwa Yesus yang dikasihi-Nya itu sudah bangkit. Namun ia menghormati hirarki, dalam hal ini Petrus untuk masuk ke dalam makam Yesus. Ia masuk dan percaya karena pengakuan iman itu disahkan hirarki. Di tempat lain, Yohanes mengakui imannya kepada Yesus yang bangkit dengan berkata: “Itu Tuhan” (Yoh 21:7). Pengakuan imannya ini mengubah pribadi Petrus, rekannya di dalam perahu.

Pada hari ini kita mendapat inspirasi dari Yohanes untuk lahir kembali. Kita lahir kembali bersama kelahiran Kristus di dunia. Kita lahir kembali menjadi manusia baru yang lebih layak lagi di hadirat Tuhan. Kita menjadi baru karena kasih Tuhan sendiri. Sebab itu marilah kita berusaha untuk setia kepada Yesus Tuhan kita sebab Yesus juga selalu setia kepada kita. Ia mengasihi kita sampai tuntas maka kita pun mengasihi-Nya sampai tuntas.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply