Food For Thought: Kasih itu segalanya

Cinta itu tidak berkesudahan!

Seorang sahabat membagi sebuah pesan singkat, bunyinya: “Keluarga adalah saat kehidupan dimulai dan saat cinta tak pernah berakhir”. Saya membaca dan merenungkan pesan sederhana ini. Saya yakin bahwa kita semua masih percaya pada keluarga sebagai sebuah lembaga, di mana ada wanita dan pria yang menyatukan komitmen kasih yang abadi sebagai pasangan hidup dan terhadap anak-anak sebagai buah kasih. Di dalam keluarga inilah kehidupan dimulai.

Mengapa dikatakan kehidupan di mulai? Adat ketimuran kita mengatakan bahwa jatuh cinta yang sebenarnya bukan terjadi pada masa pacaran. Jatuh cinta yang sebenarnya terjadi pada saat pasangan hidup itu mulai hidup bersama dan membentuk keluarga. Pada saat hidup bersama sebagai pasangan, setiap pribadi akan menunjukkan keasliannya. Topeng-topengnya dilepaskan, dan yang ada hanya sebuah kepolosan pribadi. Tentu saja pasangan itu dapat mengalami krisis tertentu setelah topeng-topengnya dilepas, namun haruslah disadari bahwa ini adalah saat yang paling tepat untuk memulai hidup dan mematangkan cinta kasih mereka. Maka wajarlah kalau dikatakan keluarga adalah saat kehidupan dimulai oleh setiap pribadi dalam kebersamaan.

Mengapa dikatakan saat cinta tak pernah berakhir? Dikatakan bahwa jatuh cinta yang sebenarnya terjadi pada saat pria dan wanita hidup bersama dalam suatu ikatan kasih. Setiap pasangan mengingat cincin perkawinan yang tidak memiliki ujung dan pangkal. Demikian relasi cinta sebagai pasangan tidak ada ujung dan pangkalnya. Cinta kasih sebagai pasangan itu tidak akan berakhir. Mungkin saja karena kesombongan dan keegoisan manusia telah melemahkan cinta kasih sebagai pasangan suami dan isteri. Padahal sebenarnya cinta kasih itu seperti cincin yang tidak berujung dan pangka.

Kita menemukan cinta sejati dalam diri Allah Tritunggal Mahakudus. Allah Bapa mengasihi Yesus Putera-Nya dalam persekutuan Roh Kudus. Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus adalah satu Allah saja dengan Tiga Pribadi. Allah Bapa dan Putera bersatu dalam kasih Roh Kudus. Sebagai buktinya, kita mendengar kesaksian Markus dalam Injilnya: “Engkaulah Anak yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan” (Mrk 1:11). Allah Bapa menunjukkan kasih-Nya kepada Yesus Putera-Nya. Segala cinta kasih Bapa tercurah hanya kepada Putera-Nya dalam Roh Kudus.

Kasih itu segalanya. St. Paulus mengajarkan himne kasih ini: “Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. Kasih tidak berkesudahan.” (1Kor 13: 4-8).

Kasih tidak berkesudahan… kasih itu abadi karena berasal dari Tuhan.

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply