Homili 6 Januari 2018

Hari Sabtu, Masa Natal
1Yoh. 5:5-13
Mzm. 147:12-13,14-15,19-20
Mrk. 1:7-11 atau Luk. 3:23-38

Berani mengalahkan dunia

Ada seorang pemuda yang membagi pengalamannya dalam sebuah rekoleksi bersama. Ia mengaku pernah mengalami situasi selalu jatuh dalam dosa yang sama. Ia memang rajin mengaku dosa, dan berniat untuk tidak mengulangi dosa itu lagi. Tetapi ketika ada godaan, ia mudah sekali jatuh ke dalam dosa yang sama. Pada kesempatan pengakuan dosa berikutnya ia memohon nasihat dari bapa pengakuan untuk jenis dosa yang selalu ia ulangi. Bapa pengakuan dosanya mengatakan kepadanya: “Kamu harus berani mengalahkan dunia dan mengalahkan dirimu”. Ini adalah nasihat sederhana Bapa Pengakuan dosa yang mengubah seluruh hidupnya. Ia bertekad: “Saya harus mengalahkan dunia!” Saya menduga bahwa pemahaman pemuda tentang dunia adalah tentang dosa yang dialaminya dalam pikiran, perkataan, perbuatan dan kelalaiannya. Dunia baginya identik dengan pengalaman kegelapan, pengalaman kedagingan dan lain sebagainya. Meskipun tidak selamanya gambaran dunia ini penuh dengan kegelapan. Dunia juga memiliki terang karena diciptakan oleh Tuhan untuk kebaikan manusia.

Apakah dunia dapat dikalahkan? Apakah dosa dapat dihancurkan? Ini adalah pertanyaan sederhana yang mengajak kita untuk merenung lebih dalam lagi tentang hidup kita sebagai orang beriman di hadirat Tuhan. Rasul Yohanes dalam suratnya yang pertama mengatakan bahwa tidak ada orang yang mengalahkan dunia, selain dia yang percaya bahwa Yesus adalah Anak Allah (1Yoh 5:5). Ini berarti dunia memiliki kekuatan jahat yang hanya dapat dihancurkan oleh iman kepada Tuhan Yesus Kristus, Anak Allah. Tanpa kuasa dan kekuatan Yesus, dunia dan kuasa dosa tidak akan dapat dikalahkan. Artinya kita semua membutuhkan pertolongan dari Tuhan Yesus Kristus, selagi masih berada di dunia ini.

Siapakah Yesus yang dapat mengalahkan dunia itu? Rasul Yohanes bersaksi bahwa Yesus telah datang dengan air dan darah. Ini adalah kesaksian dari Roh sendiri yang adalah Kebenaran. Di sini Rasul Yohanes mau mengarahkan kita kepada figur Allah sebagai Bapa, Putera (Firman) dan Roh Kudus yang adalah satu kesatuan. Allah Tritunggal Mahakudus adalah satu kesatuan, satu Allah dengan Tiga Pribadi yang berbeda. Allah Bapa sendiri bersaksi tentang Anak-Nya. Kesaksian-Nya adalah Allah telah mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita dan hidup adalah Yesus Kristus, Anak Allah. Konsekuensinya adalah barangsiapa memiliki Anak Allah, ia memiliki hidup, barangsiapa tidak memiliki Yesus, ia juga tidak memiliki hidup.

Rasul Yohanes mengarahkan kita pada sosok Yesus yang kita kenang kelahiran-Nya sepanjang masa Natal ini. Tuhan Yesus Kristus adalah Sabda yang menjadi manusia dan diam di tengah kita. Dia adalah satu-satunya Pengantara kita kepada Bapa di surga. Hanya di dalam nama Yesus ada keselamatan bagi kita. St. Yohanes dalam perikop kita ini berkata: “Dan inilah kesaksian itu: Allah telah mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita dan hidup itu ada di dalam Anak-Nya. Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki hidup; barangsiapa tidak memiliki Anak, ia tidak memiliki hidup. Semuanya itu kutuliskan kepada kamu, supaya kamu yang percaya kepada nama Anak Allah, tahu, bahwa kamu memiliki hidup yang kekal.” (1Yoh 5:11-13). Yesus adalah Anak Allah (Firman) yang bersatu dengan Bapa dalam Roh Kudus.

St. Petrus pernah bersaksi: “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.” (Kis 4:12). Kita semua percaya bahwa hanya dalam nama Yesus ada keselamatan. Hanya dalam nama Yesus ada hidup kekal. Senada dengan St. Petrus, St. Paulus menulis kepada Timotius: “Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus yang telah menyerahkan diri-Nya sebagai tebusan bagi semua manusia: itu kesaksian pada waktu yang ditentukan.” (1Tim 2:5-6).

Para penginjil Sinoptik memberi kesaksian yang sama tentang Allah Tritunggal Mahakudus, terutama ketika Yohanes membaptis Yesus di Sungai Yordan. Penginjil Markus misalnya memberikan kesaksian tentang suasana unik pebaptisan Yesus di Sungai Yordan oleh Yohanes Pembaptis. Ia rendah hati di hadapan Yesus dengan mengakui kuasa-Nya. Ia berkata: “Sesudah aku akan datang Ia yang lebih berkuasa dari padaku; membungkuk dan membuka tali kasut-Nyapun aku tidak layak. Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus.” (Mrk 1:7-8). Yohanes melihat perbedaan dirinya sebagai manusia dan Yesus sebagai Anak Allah. Yesus jauh lebih berkuasa dari Yohanes Pembaptis sebab Dia adalah Tuhan.

Penginjil Markus juga menghadirkan figur Allah Tritunggal kepada kita semua terutama setelah Yohanes Membaptis Yesus di sungai Yordan. Dikisahkan oleh Penginjil Markus bahwa setelah dibaptis, Yesus keluar dari air. Ia melihat langit terkoyak, dan Roh seperti burung merpati turun ke atas-Nya. Lalu terdengarlah suara dari sorga: “Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan.” (Mrk 1:10-11). Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus adalah gambaran Allah sebagai kasih. Kasih adalah satu kesatuan. Maka kita mendengar kesaksian ilahi ini: Allah Bapa mengakui Yesus sebagai Anak yang dikasihi-Nya, segala cinta kasih-Nya tercurah hanya kepada-Nya.

Orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yesus sebagai Sabda kehidupan tidak akan mendapat kebinasaan. Mereka akan mengalahkan dunia dan memperoleh kehidupan kekal. Pada hari ini kita juga dipanggil oleh Tuhan Yesus untuk bersatu dengan-Nya dalam upaya untuk mengalahkan dunia dan kejahatan. Kita perlu iman yang kuat, iman kepada Tuhan Yesus Kristus yang membebaskan dan menyelamatkan kita. Iman kepada Yesus Kristus yang kita terima pada saat pembaptisan. Kita bersyukur atas rahmat pembaptisan dan juga saat pertama pengudusan kita.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply