Homili Hari Raya Penampakan Tuhan – 2017

HARI RAYA PENAMPAKAN TUHAN,
Hari Anak Misioner Sedunia
Yes. 60:1-6
Mzm. 72:1-2,7-8,10-11,12-13
Ef. 3:2-3a,5-6
Mat. 2:1-12

Mana dan apa persembahanmu bagi Yesus?

Saya pernah memperhatikan seorang ibu mengeluarkan dari dalam dompetnya uang lembaran lima ribuan dan memberikannya kepada kedua anaknya yang masih kecil. Ia berpesan: “Peganglah uang ini dan masukanlah ke dalam kotak kolekte pada saat persembahan dalam misa ini”. Kedua anak itu mengangguk dan melakukannya seperti yang disampaikan ibunya. Saya memperhatikan kedua anak itu memasukkan uang yang diberikan ibunya ke dalam kotak kolekte sambil tersenyum. Mungkin mereka kebingungan, dan bertanya mengapa harus memasukkan uang ke dalam kotak kolekte. Anak yang kecil memang sempat bertanya kepada ibunya tentang makna pemberian ini. Ibunya menjawabnya singkat: “Lima ribu rupiah untuk Tuhan”. Penjelasan sederhana ini mungkin bisa masuk dalam akal sehat anak yang paling kecil yakni ia juga boleh memberikan uang lima ribu rupiah untuk Tuhan. Meskipun sebenarnya kita memberi persembahan itu sebagai tanda syukur kepada Tuhan, namun persembahan itu sendiri sebenarnya ditujukan bagi orang-orang miskin. Ini adalah kesempatan bagi kita untuk berbagi dengan kaum miskin dan mendukung perkembangan Gereja. Kolekte itu dari umat, oleh umat dan untuk umat.

Ada sebuah pertanyaan yang kita hadapi bersama: “Mana dan apa persembahanmu bagi Yesus saat ini?” Semua umat dapat memberi persembahan kepada Tuhan Yesus yang nanti diperuntukan bagi kaum papa miskin dan demi perkembangan Gereja itu sendiri. Setiap pribadi perlu memberi persembahannya kepada Tuhan dengan penuh sukacita bukan dengan terpaksa. Persembahan yang diberikan itu berasal dari usaha dan pekerjaannya sendiri bukan dari usaha dan pekerjaan orang lain atau hasil korupsi. Betapa berdosanya ketika seorang melakukan korupsi lalu menyumbangkannya kepada Gereja untuk pelayanan Gereja. Berikanlah persembahan yang berasal dari dirimu bukan dari diri orang lain kepada Tuhan Yesus Kristus hari ini.

Pada hari ini kita merayakan Hari Raya Epifani atau Penampakkan Tuhan. Di Indonesia kita mengenalnya dengan sebutan pesta Tiga Raja yang datang dari Timur untuk mempersembahkan persembahannya. Ketiga raja yang dimaksud adalah Gaspar, Melkhior dan Baltazar. Ketiga raja ini membawa serta persembahan mereka bagi sang bayi Yesus di Betlehem yakni emas, kemenyan dan mur. Selain pesta Tiga Raja, Gereja Katolik Indonesia juga mengenalnya dengan sebutan Hari Raya Anak-Anak Misioner. Ini adalah kesempatan bagi anak-anak Remaja menolong sesama remaja yang lain. Semboyan mereka adalah Children Helping Children. Kesempatan berbagi sejak usia dini memang memiliki dampak yang besar bagi anak-anak dan remaja untuk selalu bermurah hati terhadap sesama manusia.

Penginjil Matius mengisahkan dalam bacaan Injil tentang kedatangan ketiga orang majus dari Timur. Mereka datang dari negerinya masing-masing sebab dibimbing oleh Bintang. Bintang memancarkan cahayanya dan manusia, terutama para majus yang kemungkinannya adalah ahli perbintangan mengikuti arah bintang itu hingga bertemu di rumah Herodes di Yerusalem. Ini tentu saja merupakan peristiwa yang mengherankan kita semua. Mereka hanya melihat bintang dan tidak saling mengenal tetapi akhirnya tiba di Yerusalem dan beraudiensi dengan raja Herodes. Dalam pikiran mereka, bintang itu menunjukkan lahirnya seorang raja baru di Yerusalem dan sekitarnya. Sebab itu mereka datang dengan persembahannya masing-masing untuk menyembah-Nya.

Herodes juga manusia! Ia merasakan persaingan yang luar biasa ketika mendengar adanya raja baru di Bethlehem. Dengan akal sehat kita pasti menertawakan Herodes sebab ia sebagai penguasa Palestina, tetapi nyalinya kecil ketika mendengar kelahiran seorang bayi, sang raja baru. Masa seorang yang sudah berkuasa dan dewasa usianya masih merasa bersaing dengan seorang bayi. Herodes mewakili gambaran diri kita yang mudah merasa disaingi, merasa diri tidak berguna lagi karena ada saingan. Hatinya gundah gulana mendengar berita kelahiran Yesus. Ia berniat jahat bukan untuk menyembah Yesus sebagaimana diucapkannya tetapi berencana untuk membunuh anak-anak laki-laki usia 1-3 tahun. Herodes sekali lagi mewakili gambaran diri kita yang mana tidak sinkronnya ucapan dan tindakan. Ia berniat untuk menyembah Yesus, tetapi yang terjadi adalah ia hendak membunuh semua anak laki-laki yang masih kecil. Kita boleh berbicara yang baik-baik namun hati kita bisa saja oenuh dengan kebencian dan niat jahat.

Para majus dari Timur meninggalkan Yerusalem menuju ke Betlehem dengan panduan bintang. Mereka menemukan rumah di mana bayi Yesus tinggal bersama Maria ibu-Nya. Para majus itu sujud menyembah Yesus. Ini adalah tujuan utama mereka ke Bethlehem: “Kami datang untuk menyembah-Nya”. Wujud persembahan mereka adalah emas, kemenyan dan mur. Emas dipersembahkan oleh bangsa-bangsa di dunia kepada Yesus untuk mengakuiNya sebagai Raja dari segala raja. Kemenyan merupakan wangi-wangian yang dipakai dalam ibadat suci di dalam rumah ibadat melambangkan ke-Tuhan-an Yesus atau keilahianNya. Segala bangsa menyembah Yesus sebagai Tuhan. Mur adalah getah pohon yang rasanya pahit biasanya dipakai untuk mengawetkan jenazah. Jadi mur melambangkan kematian Yesus untuk menebus semua orang dari segala suku dan bangsa. Semua persembahan dari para majus menunjukkan bahwa Tuhan Yesus menyelamatkan semua orang. Keselamatan universal!

Mana dan apa persembahanmu saat ini bagi Tuhan Yesus? Ini adalah pertanyaan yang aktual bagi kita semua. Para majus membawa persembahan-persembahan yang melambangkan keselamatan universal. Kita mempersembahkan diri kita seadanya sebagai persembahan yang berarti bagi Tuhan. Diri kita yang berdosa kita persembahkan supaya Tuhan dapat menguduskannya. Tuhan menyempurnakannya supaya layak di hadirat-Nya. Kita mempersembahkan diri kita yang tidak sempurna supaya menjadi kudus dan tak bercacat di hadirat Tuhan. Kita mempersembahkan hati dan pikiran kita untuk kebaikan banyak orang dalam pelayanan-pelayanan kita. Semuanya demi kemuliaan nama Tuhan bukan demi popularitas diri kita. Kita mempersembahakan perbuatan-perbuatan baik, laksana bintang yang bercahaya dalam kegelapan supaya semua orang melihat kemuliaan Tuhan.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply