Food For Thought: Mencari dan menemukan Tuhan

Mencari dan menemukan Tuhan

Saya sedang membaca sebuah buku yang isinya adalah kutipan perkataan-perkataan Paus Fransiskus. Judul bukunya adalah “Happiness in this life”. Judul buku ini memberi makna tersendiri bagi kita secara pribadi. Apakah anda dan saya bahagia?

Saya menemukan sebuah kutipan percakapan Paus Fransiskus dan wakil orang muda dalam sebuah pertemuan internasional, pada tanggal 31 Maret 2014. Berikut ini adalah dialog singkat antara seorang gadis mewakili kaum muda dengan Paus Fransikus:

Gadis: “Saya dapat melihat Tuhan Allah di dalam diri sesama manusia. Dimana anda dapat melihat Tuhan Allah?”

Paus Fransiskus: “Saya masih terus menerus mencari Tuhan. Saya terus mencari-Nya dalam setiap perjalanan hidupku. Saya terus mencari-Nya… dan saya berhasil menemukan-Nya ketika saya setia membaca Kitab Suci. Saya mencari dan menjumpai-Nya pada saat merayakan sakramen-sakramen dan juga dalam doa-doa pribadi saya. Saya mencoba mencari dan menemukan-Nya di tempat kerjaku, menemuklan-Nya pada pribadi-pribadi tertentu, pada semua orang… Saya menemukan Tuhan Allah dalam diri orang-orang sakit. Yah, selalu berada bersama orang-orang sakit adalah kesukaanku, sebab ketika aku berada bersama mereka, pada saat yang sama saya bertanya dalam diriku: mengapa dia yang sakit sedangkan saya tidak sakit? Saya menemukan Tuhan Allah ketika berada bersama orang-orang di penjara. Saya bertanya: mengapa orang-orang ini berada di dalam penjara, sedangkan saya tidak? Sebab itu saya selalu berdialog dengan Tuhan Allah. Saya berkata kepada-Nya: “Tuhan, Engkau selalu bertindak tidak adil: mengapa dia dan bukan saya?” Saya menemukan Tuhan Allah melalui pribadi-pribadi yang seperti ini. Saya menemukan Tuhan Allah dalam dialog. Adalah lebih baik bagiku untuk mencari Tuhan Allah sepanjang hari. Kadang-kadang saya merasa kesulitan, namun saya selalu berusaha untuk berdialog dengan-Nya. Para orang kudus pun mengalami hal semacam ini, maka saya selalu berusaha untuk menjadi lebih baik lagi hari demi hari. Namun saya juga sadar diri bahwa ini baru awal sebuah perjalanan kepada Tuhan.”

Saya kagum dengan jawaban sederhana Paus Fransiskus. Ia berbicara dengan bahasa sederhana yang mudah dimengerti orang-orang muda. Apa yang dikatakan Paus Fransiskus merupakan sebuah pengalaman akan Allah dalam dirinya. Ajakan-ajakan terbaik Paus dalam dialog di atas untuk berjumpa dengan Allah adalah dalam kesiapan hati untuk membaca, merenungkan dan melakukan Sabda. Kita berjumpa dengan Tuhan dalam Sabda. Ia berbicara apa adanya, dan setiap perkataan Tuhan menunjukkan wajah-Nya sendiri yang penuh dengan kasih. Kita semua juga dapat berjumpa dengan Tuhan dalam keaktifan untuk merayakan sakramen. Misalnya dalam sakramen Ekaristi. Apakah kita hadir dan aktif dalam mengikuti perayaan Ekaristi? Apakah kita setia mengakui dosa-dosa untuk merasakan kerahiman Tuhan? Apakah kita setia dalam menghayati panggilan kita? Sebagai suami dan istri yang baik? Sebagai gembala yang setia?

Kita juga menemukan Tuhan dalam diri orang-orang yang menderita: orang-orang sakit, orang-orang yang berada di penjara, orang-orang yang lapar, haus, tidak memiliki rumah tinggal, tidak memiliki pakaian. Mereka adalah Tuhan yang kelihatan di depan mata kita. Apakah kita peka ketika menyaksikan orang-orang yang menderita?

Tetapi semua ini menjadi bermakna, menurut Paus Fransuskus, ketika kita siap untuk membuka diri dan berdialog dengan Tuhan. Dialog adalah pintu masuk untuk bersatu, mengalami dan menghayati kasih Tuhan. Kita juga belajar untuk rendah hati dan berkata: “Tuhan mengapa justru dia, bukan saya yang mengalaminya?” Tapi mungkin kita lebih suka menolak dan tidak berempati dengan sesama yang menderita, lebih mudah tertawa di atas penderitaan orang lain. Kita mungkin lebih mudah berkata kepada Tuhan: “Mengapa saya bukan dia atau mereka yang mengalaminya”.

Mari kita memahami perkataan-perkataan Paus Fransiskus di atas, dan berusaha untuk mencari dan menemukan Tuhan dalam hidup kita yang nyata.

P. John Laba, SDB

Leave a Reply

Leave a Reply