Homili 9 Februari 2018

Hari Jumat, Pekan Biasa ke-V
1Raj. 11:29-32; 12:19
Mzm. 81:10-11ab,12-13,14-15
Mrk. 7:31-37

Semua Baik!

Saya pernah mengikuti ceramah dari seorang pastor. Ia mengatakan kepada para pendengarnya: “Apakah Tuhan pernah keliru ketika menciptakan bumi dan isinya? Tidak! Tuhan tidak pernah keliru. Tuhan selalu benar, manusialah yang salah memahami kehendak-Nya. Lalu apakah rencana Tuhan bagi manusia saat ini? Tentu saja Tuhan menghendaki supaya semua manusia baik dan sungguh baik adanya”. Semua orang yang hadir bertepuk tangan tanda setuju dengan perkataan pastor ini. Saya senang mendengarnya dan setuju bahwa Tuhan memang tidak pernah keliru dalam menciptakan segala sesuatu. Tuhan  menghendaki kebaikan manusia, sang ciptaan yang paling mulia dan luhur. Maka boleh dikatakan bahwa  semuanya akan baik dan sungguh baik bagi manusia.

Pada hari ini kita mendengar kelanjutan kisah-kisah akhir hidup dari raja Salomo. Tuhan sempat menegur Raja Salomo karena kecenderungan hatinya untuk menyembah berhala dan lebih setia kepada dewa-dewa asing daripada kepada Tuhan Allah yang benar. Salomo sendiri tidak mendengar perkataan Tuhan tetapi perkataan para istrinya. Ini menjadi awal kejatuhannya. Dari raja Salomo, kita belajar bahwa apabila hikmat yang kita miliki ini tidak sejalan dengan kehendak Tuhan maka semuanya tidak akan bermakna apa-apa. Hikmat tanpa faedah dan berakhir pada kehancuran. Padahal Tuhan memiliki rencana yang indah dan menghendaki supaya semuanya baik adanya.

Tuhan sendiri berkata kepada Salomo bahwa Ia akan mengoyakkan Kerajaan dan memberikannya kepada anaknya dan hambanya. Tuhan menggenapi semua perkataan-Nya. Kerajaan yang dipimpin Salomo benar-benar hendak dikoyakkan. Dikisahkan bahwa pada waktu itu Yerobeam, seorang pegawai Raja Salomo keluar dari Yerusalem. Dalam perjalanan itu, ia berjumpa dengan nabi Ahia, orang Silo. Nabi ini menggunakan kain selubung baru. Nabi mengoyakkan kain selubungnya menjadi duabelas koyakan dan meminta Yerobeam untuk mengambil sepuluh koyakan. Sepuluh koyakan adalah simbol suku-suku yang akan Tuhan berikan kepada Yeroboam. Ini adalah cikal bakal kerajaan Israel. Tuhan sendiri masih akan memberikan kepada seorang anak Salomo untuk menguasai Kerajaan Yudea yang berpusat di Yerusalem. Ini merupakan sebuah bentuk pemberontakan orang-orang Israel kepada keluarga Daud.

Apa yang dapat kita petik dari pengalaman keluarga Raja Salomo? Raja Salomo memang orang baik, setia kepada Tuhan pada masa mudanya. Sayang sekali dia juga manusia yang rapuh sehingga ia jatuh dalam dosa menyembah berhala dan mengikuti dewa lain yang disembah para istrinya. Kita memang merasa kuat di hadirat Tuhan namun godaan-godaan selalu datang sili berganti. Ketika kita jatuh dalam dosa, itu tandanya bahwa kita rapuh. Sebab itu kita mengandalkan Tuhan untuk berubah menjadi lebih baik lagi. Kita belajar dari kehidupan pribadi Salomo bahwa kesombongan, tawaran hidup dan gemerlap dunia hanya bersifat sementara dan dapat menghancurkan hidup kita. Kita perlu belajar untuk rendah hati dan siap untuk hidup layak di hadirat Tuhan. Semuanya pasti baik adanya.

Dalam bacaan Injil kita mendengar kisah perjalanan Yesus. Kini Dia meninggalkan daerah Tirus dan lewat di Sidon menuju ke Galilea, di tengah-tengah daerah Dekapolis. Tuhan Yesus berkeliling dan berbuat baik. Menurut Markus, perjalanan geografis Yesus memang berputar-putar yakni menuju ke Tirus di utara, lalu bagian Timur dan Selatan dengan melewati daerah perbukitan. Jadi Yesus meninggalkan daerah utara lalu menyusuri pantai utara danau Galilea.

Tuhan Yesus membuat sebuah mukjizat dengan menyembuhkan seorang yang tuli dan gagap. Dikisahkan bahwa teman-teman si tuli gagap tanpa nama ini membawanya kepada Yesus untuk disembuhkan. Mereka memohon supaya Tuhan Yesus dapat memberkatinya. Tuhan Yesus memisahkan si sakit dari banyak orang. Ia melakukan penyembuhan dengan cara yang ajaib. Ia menggunakan cara penyembuhan yang dilakukan orang-orang Yunani dan Ibrani dengan menggunakan air ludah. Tuhan Yesus menyentuh bagian tubuh yang cacat, menengadah ke langit sambil berdoa, dan berkata kepadanya: “Efata yang berarti terbukalah.” (Mrk 7:34). Semua sakit dan penyakit tunduk pada Yesus. Tuhan Yesus melakukan penyembuhan kepada orang-orang sakit untuk menunjukkan kuasa-Nya sebagai Anak Allah. Ia menghendaki keselamatan bagi semua orang. Tuhan mau supaya semuanya baik adanya.

Kita belajar dari teman-teman si tuli dan gagap. Mereka ini memiliki iman kepada Tuhan Yesus. Mereka percaya bahwa Tuhan Yesus pasti menyembukan teman mereka yang tuli dan gagap. Tuhan menyembuhkannya. Keselamatan itu bukan usaha sendiri tetapi peran aktif teman-teman di sekitar kita juga membawa kepada keselamatan dalam nama Yesus. Apakah kita juga mampu membawa teman, saudara dan sahabat kepada Yesus untuk disembuhkan?

Tugas kita saat ini adalah mewartakan kasih dan kebaikan Tuhan Yesus. Kita menunjukkan Yesus kepada mereka supaya mereka juga takjub dan tercengang dan berani berkata: “Ia menjadikan segala-galanya baik! Orang tuli saja bisa mendengar, orang-orang bisu dapat berkata-kata.” Apakah hidup Kristiani yang kita miliki sudah membuat semua orang takjub dan tercengang atau biasa-biasa saja? Tugas kita hari ini adalah membangun sebuah dunia yang baik adanya. Tuhan sendiri menghendaki semuanya harmonis dan penuh dengan kedamaian. Semua baik!

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply