Homili 26 Februari 2018

Hari Senin, Pekan Prapaskah ke-II
Dan. 9:4b-10
Mzm. 79:8,9,11,13
Luk. 6:36-38

Bermurah hatilah engkau!

Banyak di antara kita pasti masih mengenal nama Khalil Gibran. Beliau adalau pelukis dan penulis terkenal berkebangsaan Libanon-Amerika. Ia pernah berkata: “Kemurahan hati itu berarti memberikan sesuatu lebih dari yang kamu bisa, dan kebanggaan adalah mengambil lebih sedikit dari yang kamu perlukan.” Saya sepakat dengan perkataan ini, yang tidak lain adalah buah refleksi pengalamannya sendiri. Bermurah hati berarti memberi sesuatu lebih dari yang kita mampu, memberi dari segala kekurangan kita. Kita tidak pernah takut menjadi miskin karena bermurah hati kepada sesama yang miskin. Tuhan pasti akan tetap mencukupi segala yang kita butuhkan. Ia juga mengatakan bahwa kebanggaan adalah mengambil lebih sedikit dari yang kita perlukan. Orang yang murah hati akan mengambil lebih sedikit yang diperlukannya. Orang murah hati selalu jauh dari ketamakan. Orang tamak sendiri cenderung berusaha untuk mengambil lebih dari yang ia butuhkan dalam hidupnya. Pada saat yang sama ia pasti tidak dapat bermurah hati kepada sesama manusia. Kita menyaksikan banyak orang yang pelit, sulit berbagi hanya karena takut menjadi miskin.

Kita belajar untuk menjadi pribadi yang murah hati dari Tuhan Allah Bapa di Surga. Ia murah hati ketika mencipta dan memberi segala sesuatu di atas bumi ini kepada manusia, tanpa melakukan suatu perhitungan apapun. Ia menciptakan bumi dan segala isinya bagi manusia tanpa pernah meminta ganti rugi. Mari kita merenungkan perkataan Yesus ini: “Tuhan Allah menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar” (Mat 5:45). Perkataan ini semakin membuka wawasan kita untuk semakin percaya bahwa Tuhan Yesus sungguh-sungguh menghadirkan wajah Allah Bapa yang murah hati. Ia tidak pernah memperhitungkan dosa-dosa kita tetapi memperhatikan iman kita kepada-Nya. Ia justru meminta kita untuk bermurah hati: “Berbahagialah orang yang murah hatinya karena mereka akan beroleh kemurahan” (Mat 5:7). Apakah kita masih sadar untuk bermurah hati?

Pada hari ini Tuhan Yesus menasihati kita untuk menghayati masa prapaskah kita dengan bersikap murah hati kepada semua orang sama seperti Tuhan Allah Bapa di dalam Surga. Ia berkata: “Hendaklah kamu murah hati, sebagaimana Bapamu adalah murah hati”. (Luk 6:36). Kita belajar bermurah hati dari Tuhan Allah sendiri yang hadir dalam diri sesama kita yang miskin. Ada orang yang kita kenal sangat bermurah hati. Mereka tidak kenal lelah dalam membantu sesama yang sangat membutuhkan, meskipun mereka juga orang miskin. Mereka tidak memiliki beban sehingga leluasa hidup sebagai orang merdeka yang murah hati. Tuhan Yesus mengingatkan kita untuk selalu bermurah hati, berani berbagi dengan sesama. Kita memberi dari kekurangan atau sedikit yang kita miliki supaya Tuhan memberi lebih dari yang kita butuhkan. Ibarat air di dalam gelas, jangan sampai tetap penuh dan tidak berguna. Gelas harus kosong juga sehingga dapat disi dengan air baru.

Namun kita juga tidak dapat menutup mata terhadap orang-orang tertentu yang sangat sulit untuk bermurah hati. Mereka bersikap demikian bukan karena mereka tidak memiliki suatu apapun, tetapi karena mereka memiliki sebuah ketakutan, yakni takut menjadi miskin. Padahal ukuran kebahagiaan kita bukan pada berapa banyak yang kita miliki tetapi seberapa besar kemampuan kita untuk berbagi, bermurah hati dengan sesama manusia. Tuhan sendiri tetap murah hati dengan kita, mengapa kita masih kesulitan dalam bermurah hati? Mengapa masih banyak orang yang masih pelit dan ingat dirinya sendiri?

Tuhan Yesus juga memberikan warna-warni kemurahan hati manusia yakni bahwa orang yang murah hati itu pasti tidak akan mudah menghakimi sesama manusia. Dasarnya adalah kasih yang tulus kepada semua orang. Orang yang murah hati tidak akan menghukum sesamanya. Orang yang murah hati selalu berani untuk mengampuni sesamanya. Orang yang murah hati memang suka memberi pertolongan, serta berani berbagi. Sebaliknya orang yang tidak murah hati pastilah orang yang mudah menghakimi dan mengadili sesamanya dalam hati, suka menghukum sesamanya, tidak mampu mengampuni orang yang bersalah kepadanya. Orang yang tidak murah hati memang pelit dan tidak akan menolong sesama yang sangat membutuhkan.

Masa prapaskah kita menjadi semakin indah kalau kita bermurah hati seperti Bapa di surga murah hati adanya. Sungguh berbahagialah orang yang murah hati karena mereka akan beroleh kemurahan. Apakah anda mau bermurah hati kepada sesama?

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply