Food For Thought: Emang Kamu Bergaul (EKB)?

Emang Kamu Bergaul?

Salah satu kekuatan dalam hidup bakti adalah hidup bersama di dalam komunitas. Setiap orang yang menghayati hidup bakti ini mengikrarkan nasihat Injil Tuhan Yesus Kristus untuk menjadi taat, miskin dan murni di dalam komunitasnya. Semua karya perutusan dijalani oleh dan atas nama komunitas. Komunitas menjadi tempat orang-orang yang berasal dari keluarga dan latar belakang yang berbeda-beda dapat berkumpul bersama untuk menjadi saudari dan saudara. Maka di sini komunitas menjadi sebuah persaudaraan baru. Komunitas menjadi segalanya!

Untuk dapat mewujudkan persaudaraan sejati di dalam komunitas maka setiap anggota komunitas perlu dan harus bergaul. Mereka bergaul di saat-saat mereka memiliki quality time, misalnya dalam dialog atau wawancara bersama superiornya, dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan tertentu yang dipercayakan oleh komunitas, saat makan dan rekreasi bersama dan saat-saat lainnya. Semua ini memang merupakan acara kebersamaan dalam komunitas namun haruslah di sadari sebagai saat untuk bergaul.

Hidup bersama sebagai saudara di dalam komunitas bukan hanya sebatas mengucapkan selamat pagi dan sejenisnya. Hal-hal lumrah lain yang dapat dilakukan adalah dengan saling berjabat tangan. Ketika setiap saudara atau saudari berjabatan tangan setiap hari maka mereka akan merasa bahwa orang lain adalah bagian dari hidupnya. Ada kesempatan membagikan energi positif kepada orang lain yang kini menjadi saudara di dalam komunitas. Ketika ada kata-kata apresiasi yang meneguhkan atas setiap pekerjaan dan pelayanan di dalam komunitas. Ini bukan hanya sekedar mengapresiasi tetapi menjadi momen penting untuk bersyukur atas pergaulan hingga sebagai saudara.

Saya mengingat Paul Coelho. Dalam bukunya “Sang Alkhemis”, beliau menulis begini: “Kalau kita bergaul dengan orang-orang yang sama setiap hari, pada akhirnya kita menjadi bagian dari hidup orang itu. Lalu kita ingin orang itu berubah. Kalau orang itu tidak seperti yang dikehendaki orang-orang lain maka orang-orang lain itu menjadi marah. Orang tampaknya selalu merasa lebih tahu, bagaimana orang lain seharusnya menjalani hidup, tapi mereka tidak tahu bagaimana seharusnya menjalani hidup sendiri.”

Sekarang mari kita melirik hidup pribadi kita. Dalam kebersamaan sebagai keluarga atau komunitas hidup bakti, kita tidak akan lari dari kebiasaan untuk bergaul dengan orang-orang yang sama setiap hari dan menjadi bagian dari hidup orang itu. Pasangan suami dan istri yang selalu bergaul setiap hari akan merasa bahwa masing-masing mereka adalah bagian dari hidup yang tidak dapat dipisahkan. Kalau saja ada kesulitan maka pasti ada keinginan supaya di antara mereka ada yang berubah. Dan benar, masih ada banyak di antara kita yang tidak tahu bagaimana seharusnya menjalani hidup sendiri. Aneh tapi nyata karena banyak orang lebih suka menyibukkan diri dengan kehidupan pribadi orang lain dan lupa menjalani hidup sendiri. Anak-anak di dalam keluarga atau komunitas memiliki kesempatan untuk bergaul satu sama lain untuk bersatu sebagai anak dari orang tua yang sama.

Bergaul. Ini adalah jalan terbuka bagi kita untuk masuk dalam hidup sesama atau menjauh dari kehidupan sesama. Kita butuh waktu untuk menjadi saudara maka butuh bergaul setiap hari. Kalau saja orang tidak dapat bergaul maka dia juga tidak akan menjadi sungguh-sungguh manusia. Sifat sosial yang melekat alias homo homini socius akan berjaya. Sebaliknya homo homini lupus berjaya ketika kita tidak bergaul dengan sempurna. Bergaul satu sama lain dan wujudkanlah saling mengasihi, menghormati dan mencari yang terbaik di dalam diri sesamamu, sesama kita. EKB, Emang Kamu Bergaul?

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply