Homili Hari Minggu Paskah ke-III/B – 2018

Hari Minggu, Pekan Paskah III/B

Kis. 3:13-15,17-19

Mzm. 4:2,4,7,9 

1Yoh. 2:1-5a 

Luk. 24:35-48

Bangkit dan siaplah untuk diutus!

Kita mengawali perayaan Hari Minggu Paskah ke-III ini, dengan sebuah Antifon Pembuka, bunyinya: “Bersorak-sorailah bagi Allah, hai seluruh bumi, Mazmurkanlah kemuliaan nama-Nya, muliakanlah Dia dengan puji-pujian! Alleluia.” (Mzm 65:1-2). Antifon Pembuka ini kiranya membuka wawasan  kita untuk memahami Sabda Tuhan pada hari Minggu ini. Kita semua boleh bersukacita dalam Tuhan Yesus Kristus, Dia sungguh bangkit bagi kita semua. Ini adalah warta sukacita yang harus dialami oleh setiap anak Tuhan. Sebab itu layaklah kita sebagai anak-anak Tuhan Allah bersorak bagi-Nya, memazmurkan kemuliaan nama-Nya. Kita memuliakan nama Tuhan dengan puji-pujian. Kita bersukacita dengan hati yang berkobar-kobar sebagaimana dialami sendiri oleh kedua murid Yesus dalam perjalanan ke Emaus. Pengalaman berjalan bersama Yesus yang bangkit dengan mulia memang dimulai dengan kesedihan, kekecewaan dan keputusasaan, namun akan  berubah menjadi sukacita yang luar biasa sebab Tuhan sendiri hadir di tengah-tengah kita. Sukacita yang besar kita alami dalam perayaan Ekaristi kudus. Kita melihat dan percaya bahwa Tuhan Yesus sungguh hadir dalam Ekaristi. Dia memberikan sabda-Nya, juga Tubuh dan Darah-Nya bagi kita semua.

Petrus dan Yohanes dalam bacaan pertama berhasil mencuri perhatian banyak orang di Yerusalem. Dalam nama Yesus Kristus dari Nazaret, mereka berhasil menyembuhkan seorang lumpuh. Tentu saja ini menjadi sebuah mukjizat yang Tuhan kehendaki supaya nama-Nya semakin dimuliakan. Petrus dalam kuasa Roh Kudus menegaskan kepada orang-orang Yahudi bahwa Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub telah memuliakan Yesus Kristus. Yesus yang satu dan sama itu telah mereka serahkan sebagai tanda penolakan bagi Tuhan. Yesus adalah Yang Kudus  dari Allah tetapi ditolak begitu saja oleh manusia. Orang berdosa diterima, orang kudus ditolak. Ini adalah gaya hidup manusia dari dahulu hingga zaman now.

Setelah menjelaskan peristiwa Yesus ini maka Petrus bersaksi bahwa Tuhan Allah telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati. Para rasul adalah saksi kebangkitan Yesus Kristus. Petrus juga meneguhkan orang-orang Yahudi dengan berkata: “Hai saudara-saudara, aku tahu bahwa kamu telah berbuat demikian karena ketidaktahuan, sama seperti semua pemimpin kamu.” Petrus juga mengatakan bahwa semua nubuat para nabi menjadi sempurna dalam diri Yesus Kristus. Dialah yang telah menderita bagi kita semua. Sebab itu tugas kita sebagai gereja saat ini adalah sadar diri, bertobat dengan sepenuh hati supaya dosa dan salah kita dihapus oleh belas kasih Tuhan.

Yohanes dalam bacaan kedua mengingatkan kita untuk hidup sebagai orang beriman. Sebagai seorang beriman, kita berusaha untuk menghayati ajaran Tuhan Yesus Kristus yakni dengan melakukan kebenaran dan menuruti segala perintah-Nya. Kita belajar supaya jangan berbuat dosa. Namun klalau kita jatuh ke dalam dosa maka kita harus berusaha untuk bangun dan kembali kepada Tuhan Allah Bapa melalui Yesus satu-satunya pengantara kita. Yesus itu adil. Dialah yang mendamaikan kita dengan Bapa karena dosa-dosa kita. Kata-kata yang menguatkan kita adalah: “Tetapi barangsiapa menuruti firman-Nya, di dalam orang itu sungguh sudah sempurna kasih Allah; dengan itulah kita ketahui, bahwa kita ada di dalam Dia.” (1Yoh 2:5).

Dalam bacaan Injil kita mendengar kelanjutan dari pengalaman kedua murid Yesus dalam perjalanan ke Emaus. Kedua murid yang hatinya berkobat-kobar ini mengenal Yesus saat Ia memecahkan roti. Kini Kleopas dan temannya kembali ke Yerusalem untuk bersaksi. Mereka membagi pengalaman mereka akan Yesus yang bangkit dengan mulia. Dalam kebersamaan ini, Yesus datang ke tengah-tengah mereka, sambil berkata: “Damai sejahtera bagi kamu!” Suasana sukacita karena kesaksian yang mereka bagikan belum menjamin bahwa mereka tidak takut kepada kaum Yahudi. Mereka juga masih terkejut dan takut saat melihat Yesus yang bangkit mulia berada di tengah-tengah mereka. Mereka menyangka bahwa Yesus adalah hantu

Reaksi Yesus adalah menegur mereka karena rasa terkejut dan takut yang menunjukkan bahwa mereka belum memiliki iman yang matang. Andaikan mereka tetap fokus pada Tuhan Yesus maka tidak ada ketakutan apapun dalam diri mereka. Yesus lalu meminta mereka untuk memadang-Nya. Ia menunjukkan diri-Nya di hadapan mereka, meminta mereka untuk melihat dan menyentuh tubuh-Nya. Ia juga meminta ikan goreng dan memakannya di depan mata mereka. Ia bahkan membuka pikiran untuk mengerti semua peristiwa Yesus di dalam Kitab Suci. Ia mengutus para murid-Nya untuk menjadi saksi kebangkitan bagi banyak orang mulai dari Yerusalem dan bangsa-bangsa lainnya.

Pada hari Minggu Paskah ketiha ini kita semua diingatkan oleh Tuhan untuk selalu berfokus pada-Nya. Jangan pernah gagal fokus! Dengan berfokus pada Tuhan Yesus Kristus maka kita semua akan benar-benar menjadi saksi kebangkitan-Nya. Ketika kita gagal fokus maka saat itu juga kita jatuh dalam dosa. Banyak kali kita masih ragu dan takut untuk bersaksi namun Tuhan Yesus selalu berinisiatif untuk membuka pikiran kita supaya mengenal dan percaya kepada-Nya. Ini adalah sebuah sukacita istimewa bagi kita semua.

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply