Food For Thought: Jangan marah-marah…

Jangan marah ya!

Pada pagi hari ini saya mendengar percakapan dua siswa di sekolah. Rupa-rupanya mereka sempat salah paham sehari sebelumnya. Sebelum doa bersama mereka duduk bersama sambil berdialog. Saya hanya mendengar kata-kata terakhir dari salah seorang di antara mereka sebelum doa bersama: “Jangan marah ya!” Siswa yang satu tersenyum sambil berkata, “Mari kita memulai lagi yang baru dan lebih baik”. Selanjutnya mereka berjalan bersama menunju ke tempat doa. Ini adalah salah satu pengalaman sederhana saya beberapa menit yang lalu. Saya yakin bahwa Tuhan sedang bekerja dan membuka hati banyak orang untuk memulai hari baru dengan sukacita bukan dengan kemarahan, kebencian, dendam yang sebenarnya tidak begitu bermanfaat bagi kehidupan pribadi kita.

Tuhan Yesus pernah berkata: “Setiap orang yang marah kepada saudaranya harus dihukum” (Mat 5:22). Mungkin pikiran kita langsung terganggu melihat kata “dihukum”. Sebenarnya Tuhan Yesus hendak mengatakan bahwa sebagai saudara tak perlulah saling marah satu sama lain, seharusnya yang dibangun bersama adalah kasih dan keadilan. Marah sendiri merupakan salah satu induk dari dosa-dosa sebab dengan marah orang pasti mudah membenci, iri hati, dendam dan lain sebagainya. Berkaitan dengan marah, St. Paulus berkata: “Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa, janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu.” (Ef 4:26). Kita adalah manusia yang memiliki akal budi dan suara hati maka dengan sendirinya kita memiliki kemampuan untuk mengontrol diri kita dari situasi yang memancing kemarahan atau kemurkaan kita.

Katekismus Gereja Katolik mengajarkan seperti ini: “Ketika Yesus mengingatkan perintah: “Engkau tidak boleh membunuh”‘ (Mat 5:21), Ia menuntut perdamaian hati dan mengecam kemurkaan yang mematikan dan kebencian sebagai tak moral. Kemurkaan adalah keinginan membalas dendam. “Menghendaki dendam untuk orang yang harus dihukum, tidak diperbolehkan; tetapi menghendaki dendam sebagai siksa untuk kebiasaan buruk dan untuk mempertahankan keadilan, itu terpuji” (Tomas Aqu., s.th. 2-2, 158,1 ad 3). Kemurkaan sekian besar, sehingga orang dengan sengaja hendak membunuh sesama, atau hendak melukainya, adalah kesalahan besar melawan cinta kasih, dan dengan demikian merupakan dosa berat. Tuhan mengatakan: “Setiap orang yang marah kepada saudaranya, harus dihukum” (Mat 5:22). (KGK, 2302).

Apakah anda memulai hari baru ini dengan marah-marah? Hidup dengan rasa marah-marah akan menutup pintu kebahagiaan. Orang masih marah-marah karena hatinya masih tertutup kepada Tuhan. St. Paulus pernah marah-marah dengan para pengikut Yesus dari Nazareth karena hatinya masih tertutup kepada Tuhan. Yang ada padanya hanya rasa benci dan keinginan untuk membasmi semua pengikut Yesus dari Nazaret. Namun Tuhan berhasil membuka mata imannya sehingga ia berubah total. Ia bahkan menjadi rasul dan misionaris terbesar dalam sejarah Gereja. Maka pertanyaan sederhana buat kita hari ini: “Apa untungnya anda masih marah-marah dengan sesama yang lain?” Katanya sesama manusia kog saling memarahi?

Saya mengakhiri refleksi pagi ini dengan kutipan inspiratif dari Budha: “Menggengam kemarahan itu tak ubahnya menggenggam aspal panas di tanganmu untuk dilemparkan kepada orang lain, ternyata sebelum melemparnya tangan anda sudah terbakar lebih dahulu”. Maya Angelou, seorang penyair dan penulis Amerika mengatakan: “Kepahitan itu layaknya kanker. Kanker itu memakan tubuh induknya. Lalu, kemarahan layaknya api. Api itu membakar semuanya sampai tak tersisa.” Maka, apa sih untungnya anda marah? Remaja yang berbicara dari hati ke hati mengajarkan kita: “Mari kita memulai lagi yang baru dan lebih baik!” Selamat hari baru bro-n-sis.

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply