Homili 2 Mei 2018 (Dari Bacaan Pertama)

Hari Rabu, Pekan Paskah ke-V

Kis 15:1-6

Mzm 122:1-2.3-4a.4b-5

Yoh 15:1-8

Komunikasi itu penting!

Brian Tracy adalah seorang konsultan dan pembicara asal Amerika. Ia pernah berkata: “Komunikasi adalah sebuah keterampilan yang dapat anda pelajari. Belajar komunikasi itu seperti belajar mengendarai sepeda atau mengetik. Jika anda mau mengerjakannya dengan baik, anda akan dapat mengubah kualitas dari bagian hidupmu.” Perkataan sederhana ini membuka wawasan kita tentang bagaimana kita belajar untuk membangun relasi dengan sesama. Relasi antar pribadi dengan sesama dibangun melalui komunikasi yang terus menerus antar setiap individu. Komunikasi lisan dan tulisan mampu mempererat relasi antar pribadi. Hal terpenting adalah setiap pribadi perlu belajar, melatih diri secara terus menerus seperti orang bersepeda atau mengetik sampai benar-benar mahir. Artinya setiap pribadi itu benar-benar efektif dalam berkomunikasi. Komunikasi yang efektif dapat menyelesaikan banyak masalah yang dihadapi setiap pribadi.

St. Lukas dalam Kisah Para Rasul berusaha untuk menggambarkan bagaimana Gereja berdiri dan menata strukturnya. Kehadiran Paulus dan Barnabas di dalam komunitas Gereja perdana memang membawa pengaruh yang besar. Perjalanan dan karya misioner mereka telah mengubah hidup banyak orang melalui perkataan dan perbuatan mereka. Banyak orang di tanah misi percaya kepada Tuhan Yesus sebab mereka melihat Paulus dan Barnabas memiliki kekuatan rohani yang kuat. Tuhan Yesus sungguh-sungguh berkarya di dalam diri mereka. Sebab itu ketika menghadapi masalah-masalah tertentu, mereka mengutamakan komunikasi yang baik di antara mereka. Mereka membutuhkan waktu untuk berbicara sebagai satu komunitas. Tentu saja mereka ibarat seseorang yang belajar bersepeda atau belajar mengetik.

Pada hari ini kita menemukan sosok Paulus dan Barnabas yang berusaha untuk menata komunikasi yang baik sebagai jemaat dengan para Rasul yang sudah lebih dahulu mengenal Yesus. Hal ini tentu sangat berguna untuk untuk menyelesaikan masalah-masalah tertentu yang sifatnya sensitif. Misalnya apakah hanya orang Yahudi atau yang bersunat sesuai hukum Taurat saja yang memiliki jaminan keselamatan? Apakah orang-orang yang bukan Yahudi atau kaum tak bersunat juga memiliki hak untuk memperoleh keselamatan dalam Yesus? Ini memang kelihatan sepeleh namun memiliki pengaruh yang besar dalah hidup bersama. Maka komunikasi itu penting dan harus. Paulus dan Barnabas menyadari dan melakukannya dengan komunitas para Rasul di Yerusalem.

Situasi komunitas Gereja perdana memiliki kemiripan dengan Gereja masa kini. Hal yang terjadi di masa awal Gereja misalnya, ada orang-orang yang datang dari Yudea ke Antiokhia dan mengajarkan bahwa kalau di antara mereka tidak ada yang disunat menurut adat istiadat yang diwariskan Musa maka tidak ada keselamatan bagi mereka. Pada saat ini juga,  ada orang-orang tertentu yang berpikir bahwa mereka adalah pemilik Gereja, dan lupa bahwa yang punya Gereja adalah Tuhan Allah Tritunggal Mahakudus. Ini benar-benar sebuah pikiran yang kerdil karena mereka itu tidak melihat realitas Gereja yang lebih besar atau universal. Ada yang menghitung jasa-jasanya terhadap Gereja dan lupa bahwa semuanya itu dari Tuhan. Itulah manusia yang suka menghitung-hitung kebajikan dan kebaikannya di hadapan Tuhan yang Mahabaik. 

Kita butuh para gembala dan orang-orang awam yang tangguh seperti Paulus dan Barnabas. Mereka berani melawan arus dengan membantah pendapat orang-orang Yudea tentang kesalamatan hanya bagi orang-orang bersunat. Kebenaran harus ditegakkan bagu semua orang dengan berdasar pada Sabda Tuhan bukan hanya sekedar “katanya” dari pihak tertentu yang kerdil pemikirannya. Paulus dan Barnabas siap menjadi utusan untuk berkomunikasi dengan para Rasul. Mereka harus memutuskan kiranya keselamatan adalah universal atau hanya monopoli satu golongan. Komunikasi antar pribadi mampu mengubah segala sesuatu. Relasi antar pribadi menjadi kuat dan berpijak di atas kebenaran. Kita butuh komunikasi untuk membangun kebenara iman dalam hidup setiap hari.

Kekuatan komunikasi adalah penerimaan yang hangat sesama di sekitar kita. Gereja purba memang mengalami kesulitan karena pikiran orang tertentu tentang status quo keselamatan, namun Tuhan tetap menunjukkan kuasa-Nya. Ia membuka mata dan hati para murid di Yerusalem untuk menerima Paulus dan Barnabas. Kedua misionaris menceritakan pengalaman akan Allah dan aneka pelayanan di tanah misi. Semua murid semakin yakin bahwa Allah berkuasa untuk menyelamatkan semua orang. Pikiran kita sekali lagi dibuka untuk mengerti bahwa Allah sungguh bekerja di dalam Gereja. Berbagai kesulitan dapat diatasi oleh Gereja perdana dengan berkomunikasi satu sama lain.

Bagaimana dengan kita saat ini? Mari kita menjadikan komunikasi sebagai sebuah habitus baru. Kita dapat hidup berdampingan kalau kita sungguh-sungguh mau berubah dan membangun komunikasi dengan Tuhan dan sesama dengan baik. Artinya ketika kita berkomunikasi dengan Tuhan maka kita juga bisa membangun komunikasi dengan sesama. Mari kita saling mendengar satu sama lain supaya komunikasi kita dapat berguna dengan baik.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply