Food For Thought: Kasih itu sungguh nyata

Kasih itu sungguh nyata!

Setiap bulan Mei, keluarga besar Salesian Don Bosco (SDB) menghormati Bunda Maria dengan gelar Auxilium Christianorum atau Penolong Umat Kristiani. Sebagai tanda kasih dan hormat kepada Bunda Maria maka setiap orang diminta untuk mempersembahkan sekuntum bunga yang indah setiap hari kepadanya. Namun sekuntum bunga yang indah ini bukan dalam bentuk nyata yakni sebagai sekuntum bunga, melainkan sepotong kalimat atau kata-kata tertentu yang menjadi pedoman dan penuntun bagi setiap orang muda atau siapa saja yang berdevosi kepadanya untuk menjadi lebuh baik lagi. Maka selama tiga puluh satu hari dalam bulan Mei ini ada persembahan sekuntum bunga untuk Bunda berupa kata-kata yang menuntun untuk menjadi dekat dengannya menuju kepada Yesus Puteranya. Ad Iesum per Mariam!

Sekuntum bunga yang menjadi refleksi kami pada hari ini di komunitas adalah kasih itu nyata. Kasih itu bukan sekedar kata-kata biasa karena dapat menjadi kata-kata kosong. Kasih itu kata-kata yang nyata yang dapat mengubah hidup pribadi orang. St. Yohanes berkata: “Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah melainkan dengan perbuatan dan dalam kebenaran” (1Yoh 3:18). Banyak kali kita terjebak dengan kata-akat: “I love you full” dan selesai. Ini adalah kata-kata yang memiliki kekuatan untuk membuat orang terlena dan mabuk cinta. Lidah itu tidak bertulang! Kasih yang benar itu penuh dengan pengurbanan. Kasih yang benar itu nampak dalam perbuatan dan dalam kebenaran. Selebihnya itu hanya bla-bla dan bla saja.

Kita belajar dari Bunda Maria. Ia mengasihi manusia yang berdosa maka ia rela menerima kabar sukacita untuk menjadi ibu Yesus. Dia benar-benar dikandung tanpa noda untuk ikut menyucikan hidup kita dengan teladan kekudusannya. Bersama Maria kita menuju dan bersatu dengan Yesus. Kita belajar dari Yesus, Anak Maria. Dia mengasihi kita dengan pengurbanan. Tuhan Yesus sendiri berkata: “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia.” (Yoh 3:16-17. St. Petrus pernah berkata: “Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.” (1Ptr 1:18-19). Ini baru namanya kasih sejati dan nyata.

Seorang pemuda mengatakan kepada saya: “Saya semakin yakin bahwa kasih itu nyata”. Saya mengatakan kepadanya: “Dia yang mengasihi juga nyata!” Tuhan dan sesama yang mengasihi sungguh nyata. Maka kasih itu sungguh nyata. Allah sendiri adalah kasih dan Dia nyata-nyata ada bersama kita.

Saya mengakhiri refleksi ini dengan mengutip Khalil Gibran. Ia pernah berkata: “Cinta pertama adalah pengalaman paling indah bagi semua manusia. Cinta pertama penuh keindahan, dunia baru yang memenuhi seluruh sisi-sisi kalbu, memenuhi dunia dengan pelangi warna-warni, sehingga ia akan melupakan segala derita rahasia kehidupan ini.” Semoga cinta kita kepada Tuhan dan sesama itu selalu menjadi pengalaman terindah bagi kita semua laksana cinta pertama.

Kasih itu sungguh nyata! Yakinlah dan lakukanlah dalam hidupmu.

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply