Food For Thought: Kuatkanlah hatimu…

Kuatkanlah hatimu!

Pada sore hari ini saya menemukan sebuah kutipan dari seorang Filsuf asal Amerika Serikat bernama Thomas Paine. Ia berkata, “Saya suka orang yang bisa tersenyum pada masalah, mengumpulkan kekuatan dari penderitaan dan tumbuh berani dengan bercermin diri.” Perkataan sederhana sang Filsuf ini membuka wawasan kita supaya selalu menguatkan hati senantiasa untuk berani menghadapi masalah-masalah kehidupan. Kalau ada masalah yang kita hadapi maka hadapilah dengan senyum bukan dengan wajah penuh pesimisme. Mengapa kita tersenyum pada masalah? Satu alasan yang pasti adalah sebab Tuhan Allah yang kita imani jauh lebih kuat dan hebat dari pada masalah kehidupan yang sedang kita alami saat ini. Kita mengumpulkan kekuatan dari penderitaan. Berapa kali kita bermental bekicot ketika mengalami penderitaan dan kemalangan? Kita memilih untuk diam dan mengeluh ketika berhadapan dengan aneka penderitaan. Kita lupa bahwa Tuhan Yesus sudah mengalahkan penderitaan melalui kebangkitan-Nya. Kita juga perlu bertumbuh dan berani mengatasi segala rasa takut dalam diri manusia. 

Salah seorang figur yang menginspirasi saya pada hari ini adalah St. Paulus dari Tarsus. Saya mengatakan hidupnya sangat menginspirasi saya sebab ia sendiri pernah mengalami kejayaan sebagai Saulus tetapi akhirnya menjadi Paulus yang lemah dan harus dikuatkan kembali oleh Tuhan Yesus sendiri. Sebagai Saulus ia berjaya karena keinginan hatinya untuk membunuh semua orang yang mengaku mengikuti Yesus dari Nazaret. Tetapi di hadapan Tuhan Yesus, Saulus hanyanyalah sebutir debu saja. Kekuatan manusiawinya tidak mampu mengalahkan kekuatan Tuhan yang menciptakannya. Sebab itu Saulus berubah menjadi Paulus dan berkata: “Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku” (Gal 2:20). Petualangan hidupnya dikemudian hari sebagai misionaris bangsa-bangsa sungguh menunjukkan bahwa Kristus hidup di dalam dirinya.

St. Lukas bersaksi tentang sisi kehidupan St. Paulus dalam Kisah Para Rasul. Setelah menyelesaikan tugas misionernya, ia kembali ke Yerusalem sebagai tawanan Kristus. Ia diadili tanpa ada suatu kesalahan apapun. Nama Yesus yang diwartakannya telah memasukannya ke dalam penjara. Lalu apa yang terjadi? Tuhan Yesus memang sungguh baik baginya. Pada malam hari Ia menunjukkan diri-Nya kepada Paulus dan berkata: “Kuatkanlah hatimu, sebab sebagaimana engkau dengan berani telah bersaksi di Yerusalem, demikian jugalah hendaknya engkau pergi ke Roma untuk bersaksi.” (Kis 23:11). Kesaksian Paulus yang terbesar adalah menumpahkan darahnya seperti Yesus yang diikutinya dari dekat. Paulus harus memiliki hati yang kuat untuk menjadi martir. 

Paulus adalah kita yang sering mengalami diri sebagai orang minoritas, di mana hak-hak kita sering digerogoti oleh kaum mayoritas. Paulus tetap tegar dan bersuara tanpa merasa sebagai orang minoritas di antara mayoritas, sebab ia percaya bahwa Tuhan Yesus jauh lebih kuat dan agung dari segala yang ada di hadapannya. Sebab itu ia tetap memiliki hati yang kuat untuk bersaksi bahkan menjadi martir yang menumpahkan darahnya bagi Yesus. Kemartiran Paulus bukan karena ia terpaksa menjadi martir atau demi sebuah popularitas. Ia tidak membawa bom untuk membunuh diri dan membunuh orang lain yang tidak bersalah. Kemartiran Paulus semata-mata karena kasihnya kepada Yesus Kristus. Dan karena Yesuslah yang menjadi alasan bagi orang-orang saat itu untuk membunuhnya. Dengan kata lain, orang membunuhnya bukan karena ia bersalah, melainkan karena ia mengasihi Yesus. Martir sejati itu seperti Paulus!

Saya mengakhiri refleksi ini dengan mengutip kembali Nelson Mandela. Ia berkata: “Saya belajar bahwa keberanian tidak akan pernah absen dari ketakutan. Tetapi mereka berhasil menang atas itu. Orang berani bukan mereka yang tidak pernah merasa takut, tapi mereka yang bisa menaklukkan rasa takut itu.” 

Kuatkanlah hatimu saudari dan saudaraku.

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply