Food For Thought: Seorang ibu berhati suci

Kesucian hati seorang ibu

Pada tanggal 19 Maret 2018 yang lalu, Paus Fransiskus menulis Eksortasi Apostolik “Gaudete et Exultate” tentang panggilan kepada kekudusan di dunia masa kini. Banyak komentator memandang postif Eksortasi Apostolik ini. Mereka yakin bahwa ini adalah tanda bahwa Paus Fransiskus sangat mencintai Gereja dan berharap bahwa Gereja dapat berjalan dalam jalan kekudusan. Pada bagian pertama Eksortasi Apostolik ini, Sri Paus memfokuskan perhatian kita pada sebuah tema pokok yaitu Panggilan Kekudusan. Ia mengatakan bahwa kita tidak perlu pergi jauh-jauh untuk mencari orang-orang kudus sebab orang-orang kudus itu selalu ada bersama kita, di dalam keluarga dan di mana saja kita berada. Misalnya kita dapat menemukan orang kudus dalam diri ibu dan bapa sebagai orang tua di dalam keluarga, para imam, biarawan dan biarawati, bahkan orang sakit pun dapat menunjukkan kekudusannya kepada kita. Kita sendiri pun memiliki potensi untuk menjadi kudus berkat sakramen pembaptisan yang kita terima di dalam Gereja. Perkataan Paus Fransuskus membuka wawasan kita untuk sadar diri supaya selalu berjalan dalam jalan kekudusan.

Saya setuju dengan pandangan Paus Fransiskus bahwa orang tua kita dapat menunjukkan kekudusannya dalam cara hidup mereka. Saya mengenang kembali bagaimana saya belajar dari orang tua saya untuk menjadi pribadi yang sedang berjalan dalam jalan kekudusan saat ini. Ayah dan ibu saya adalah orang sederhana, orang katolik yang taat. Keduanya bukanlah aktivis gereja seperti kebanyakan orang, tetapi selalu siap sedia untuk melayani Gereja kapan saja. Dengan cara masing-masing mereka berdua mengajari kami anak-anak untuk beriman dengan tekun. Kami selalu pergi ke Gereja untuk beribadat, berdevosi kepada orang kudus terutama Bunda Maria melalui sembayang gabungan. Mereka berdoa secara pribadi dan kami pernah melihat mereka berdoa. Hidup mereka memang lebih banyak berbicara dari apa yang mereka katakan kepada kami. Ayah saya sudah meninggal 21 tahun silam dan saya tetap belajar bahwa dia seorang pekerja yang hebat, memiliki prinsip hidup yang jelas. Saya belajar dari ibu saya, ia tidak banyak omong, tekun bekerja, tidak pernah mengeluh tentang hidupnya, selalu mau berkurban untuk kami. Pengalaman sederhana di dalam keluarga ini bagi saya merupakan tanda-tanda kekudusan yang mendukung panggilanku sebagai imam saat ini.

Saya mengingat Margaretha Occhiena, ibu St. Yohanes Bosco. Margaretha Occhiena adalah seorang ibu yang saleh, yang membesarkan anaknya Yohanes Bosco bukan hanya dengan kata-kata tetapi lebih dengan hidupnya sendiri. Ia mengajar Yohanes Bosco untuk menyalami Bunda Maria tiga kali sehari dalam doa Angelus. Ia mengajari Don Bosco untuk hidup sebagai imam yang sederhana. Ia pernah berkata kepada Don Bosco: “Kita semua berada di dalam tangan Tuhan, Dia adalah Bapa yang paling baik yang juga selalu mencari yang terbaik di dalam diri kita, yang mengajar kita untuk mengetahui yang baik dan berkenan pada-Nya atau yang tidak berkenan kepada-Nya”. Kini Mama Margaretha juga dalam proses untuk digelas kudus di dalam Gereja Katolik. Don Bosco menjadi kudus karena benih kekudusan yang dialaminya di dalam keluarga.

Pada hari ini kita merenungkan figur seorang ibu yang berhati suci yakni Bunda Maria. Bunda Maria mengungkapkannya dalam Magnificat bahwa jiwanya selalu memuliakan Tuhan dan hatinya bersukacita di hadapan Tuhan Allah. Orang kudus itu hatinya murni, tembus pandang, tidak ada kepalsuan. Bunda Maria dikandung tanpa noda, hatinya suci dan murni hanya untuk Tuhan. Ia senantiasa menyimpan segala perkara di dalam hatinya. Bunda Maria adalah seorang ibu yang inspiratif bagi zaman kekinian, terutama ketika ada ibu tertentu yang tidak lagi memandang luhurnya kekudusan hidupnya. Ketika ada ibu tertentu yang lupa diri sehingga mengabaikan kesucian hidup pribadinya dan kesucian keluarganya. Ketika ada ibu yang lebih aktif di luar rumah dan lalai memperhatikan keluarganya sendiri. Padahal seharusnya nomor satu keluarga, nomor dua keluarga, nomor tiga keluarga dan semua nomor selalu keluarga adalah prioritas utama.

Seorang ibu yang berhati suci harus banyak belajar dari Bunda Maria!

Ave Maria…

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply