Food For Thought: Memberi dengan sukacita

Memberi dengan sukacita

Pada hari ini saya berdoa dan mengucap syukur kepada Tuhan karena Tuhan sungguh baik bagi saya. Ia sudah memberi segalanya yang boleh saya alami sendiri hingga saat ini. Saya tidak dapat menghitungnya, hanya dapat mensyukurinya. Tuhan memberi kepadaku orang-orang yang terbaik, mulai dari orang tua dan keluargaku, para konfrater Salesian, para penderma, kaum muda, sahabat dan kenalan yang dengan caranya masing-masing menunjukkan kasih dan pengurbanannya bagiku. Sejauh ini saya tidak pernah mendengar Tuhan dan juga kalian semua menghitung-hitung berapa yang sudah anda berikan kepadaku dan berapa yang sudah saya berikan kepadamu. Semuanya ternyata gratis! Luar biasa. Ini menjadi alasan saya sekali lagi berdoa dan mengucap syukur kepada Tuhan dan memohon rahmat yang terbaik bagimu. Mungkin anda mengatakan kepadaku, Pater John Laba, SDB sedang basa-basi di siang hari ini. Saya mengatakan tidak sedang basa-basi tetapi saya mengatakan semua ini dari lubuk hati yang paling dalam bahwa saya bersyukur karena anda juga hadir dalam hidup saya. Semua kebaikan dan kasih benar-benar saya rasakan dalam hidup saya.

Saya menulis ucapan syukur ini sebagai refleksi saya atas perkataan Tuhan Yesus dalam Injil hari ini: “Apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang. Sesungguhnya mereka ini sudah mendapat upahnya. Tetapi apabila engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang dilakukan tangan kananmu. Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi itu akan membalasnya kepadamu.” (Mat 6: 2-4). Perkataan Tuhan Yesus ini sederhana, jelas dan sangat bermakna bagi hidup kita. Tuhan Yesus sedang berbicara tentang hidup kita di hadapan-Nya dan hidup kita berdampingan dengan sesama yang lain.

Perkataan Tuhan Yesus ini membuka wawasan kita bahwa sebenarnya ada dua tipe manusia:

Manusia pertama selalu memberi dengan sukacita, tanpa menghitung-hitung apa yang sudah diberikannya kepada sesama yang lain. Ketika memberi sesuatu, ia berusaha supaya apa yang diberikan tangan kirinya tidak diketahui oleh tangan kanannya. Ia tidak punya kesempatan untuk bercerita kepada semua orang bahwa ia menyumbang ini dan itu, sekian dan sekian. Ia memberi gratis dan penuh sukacita. Ia akan berkata: “Betapa indahnya berbagi denganmu”. Atau boleh juga ia berkata: “Aku hanya distributor kasih Tuhan Allah bagimu.” Manusia tipe pertama ini tidak jauh dari Kerajaan Allah. Ia akan mendapat balasan dari Tuhan. Manusia kedua selalu memberi tetapi penuh perhitungan dan suka menceritakan apa saja dan sekian kepada orang yang sudah diberikannya. Ada rasa penyesalan karena meyumbang kepada orang lain. Ada juga yang memberi demi popularitas, biar dikenang sebagai donator di lembaga atau tempat itu. Manusia pertama dan kedua dapat menjadi “Gue bangetz atau kita bangetz”. Berapa kali kita memberi dengan sukacita dan berapa kali kita memberi dengan terpaksa dan menghitung-hitung apa yang sudah kita berikan.

Mungkin kita selalu lupa. Tuhan itu memberi semuanya tanpa menghitung-hitung apa yang sudah diberikan kepada kita. Yesus, Anak-Nya yang tunggal saja Ia berikan dengan gratis sebagai Penebus dosa kita semua. Tuhan memberi hidup dan menjaganya sampai saat ajal tiba. Orang tua kita masing-masing juga memberi dengan sukacita. Mereka bekerja, membanting tulang untuk kehidupan dan masa depan yang lebih baik dalam keluarga, terutama anak-anak. Pikirkanlah para petani yang bekerja di bawah hujan dan terik panas sampai tuntas. Ingatlah para ibu di pasar yang menjual sembako sepanjang hari. Semua ini dilakukan dengan kasih.

Saya bersyukur dan bergembira karena mengenal dan mengalami kasihmu. Saya tidak pernah mendengar engkau bercerita tentang berapa yang sudah engkau sumbangkan kepadaku dan kami. Hanya ada kata yang selalu keluar dari mulutmu: “Pater, semua ini milik Tuhan. Mohon doanya Pater John”. Kalimat yang membuka kesadaran saya untuk mengerti apa artinya memberi dengan sukacita. Sama seperti sebuah gelas yang berisi air, akan berguna kalau air di dalam gelas berkurang karena diminum. Demikian pula ketika kita berbagi dengan sukacita maka semua itu akan kembali kepada kita bahkan lebih dari yang sudah kita berikan. Mengapa? Sebab Bapa melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.

Saya mengakhiri refleksi ini dengan sebuah kutipan dari Maya Angelou, seorang penulis negro asal Amerika: “Seseorang tidak selalu lahir dengan keberanian, tapi seseorang lahir dengan potensinya masing-masing. Tanpa keberanian, kita tidak bisa berbuat baik dengan konsisten. Kita tidak bisa menjadi baik, benar, murah hati, dermawan, atau jujur.” Mari kita memberi dengan sukacita! Terima kasih kepadamu. Anda murah hati dan suka memberi dengan sukacita kepadaku.

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply