Homili Yesus menampakkan Kemuliaan-Nya – 2018

Pesta Yesus Menampakkan Kemuliaan-Nya
Dan. 7:9-10,13-14
Mzm. 97:1-2,5-6,9
2Ptr. 1:16-19
Mrk. 9:2-10

Menjadi Saksi Kemuliaan Kristus

Setiap tahun kita semua merayakan Pesta Tuhan Yesus menampakkan kemuliaan-Nya di atas sebuah gunung yang tinggi. Perayaan ini membantu mengarahkan kita untuk memandang Yesus dan kemuliaan-Nya di masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang. Kemuliaan Yesus di masa lalu sudah dijelaskan secara mendalam di dalam Kitab Perjanjian Lama, dengan Musa dan Elia sebagai wakilnya. Kemuliaan di masa sekarang sedang dijelaskan oleh Allah Bapa sendiri kepada tiga murid terpilih yakni Petrus, Yakobus dan Yohanes melalui suara yang mereka dengar sendiri: “Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia.” (Mrk 9:7). Kemuliaan yang akan datang di mana Yesus akan melewati Paskah-Nya, dengan menderita wafat dan bangkit dari kematian. Penginjil Markus mengisahkan demikian: “Pada waktu mereka turun dari gunung itu, Yesus berpesan kepada mereka, supaya mereka jangan menceriterakan kepada seorangpun apa yang telah mereka lihat itu, sebelum Anak Manusia bangkit dari antara orang mati. Mereka memegang pesan tadi sambil mempersoalkan di antara mereka apa yang dimaksud dengan “bangkit dari antara orang mati.” (Mrk 9:9-10). Perayaan untuk mengenang dan merasakan kemuliaan Tuhan Yesus ini menjadi nyata dalam usaha untuk bersaksi kepada semua orang dan segala makhluk.

Kita mendengar sebuah kisah Yesus dalam Injil Markus tentang Yesus menampakkan kemuliaan-Nya di atas sebuah gunung yang tinggi di hadapan ketiga murid inti yaitu Petrus, Yakobus dan Yohanes. Banyak ahli Kitab Suci menunjukkan Gunung Tabor yang terletak di antara Galilea dan Nazareth, tempat Yesus melakukan karya kerasulan-Nya. Secara Geografis, gunung Tabor terletak segaris dengan Gunung Sinai dan Gunung Hermon. Ketiga tiba di atas puncak Gunung itu, mereka hanya berempat saja. Tiba-tiba Yesus menampakkan kemuliaan-Nya dengan berubah rupa di depan mata ketiga murid ini. Pakaian-Nya sangat putih berkilat-kilat, tidak sebanding dengan siapapun di dunia yang memiliki pakaian demikian. Gambaran ini kiranya mirip dengan visi Daniel dalam Kitabnya. Sambil memandang perubahan wajah dan pakaian-Nya, ketiga murid ini juga melihat kehadiran Elia bersama Musa yang sedang bercakap-cakap dengan Yesus.

Reaksi spontan datang dari Petrus. Ia berkata: “Rabi, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia.” (Mrk 9:5). Petrus dan teman-temannya sangat ketakutan sehingga ia seperti kehilangan ide, tidak tahu persis cara untuk berkata-kata kepada Yesus sang Guru mereka. Dalam suasana seperti ini, datanglah awan menaungi mereka dan dari dalam awan itu mereka mendengar suara mengatakan: “Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia.” (Mrk 9:7). Masih dalam suasana ketakutan, mereka tidak melihat seorangpun lagi bersama mereka. Hanya Yesus saja yang berada bersama mereka.

Kisah Tuhan Yesus menampakkan kemuliaan-Nya sangat menarik perhatian kita semua. Pertama-tama tentang ketiga murid terpilih atau murid inti ini, yang selalu hadir pada saat-saat yang istimewa. Di samping peristiwa Yesus menampakkan kemuliaan-Nya, ketiga murid ini hadir bersama Yesus dalam peristiwa Tuhan Yesus membangkitkan anak perempuan Yairus dan dalam peristiwa malam duka di taman Zaitun. Ketiga murid inti ini mewakili para murid Yesus masa itu, dan Gereja masa kini yang mengenang peristiwa ini untuk bersaksi tentang Tuhan Yesus dan kemuliaan-Nya sebagai Anak Allah. Ia tidak hanya menunjukkan kemuliaan-Nya melalui semua mukjizat yang dilakukan-Nya, tetapi juga melalui Sabda-Nya yang penuh kuasa dan wibawa. Tuhan Yesus tetap menunjukkan kemuliaan-Nya di dalam Gereja hingga saat ini. Maka Gereja haruslah teguh sebagai saksi Kristus.

Musa dan Elia hadir dan bercakap-cakap dengan Yesus. Tentu saja kita tidak dapat memahaminya secara harafiah sebab Petrus dan teman-temannya tentu tidak pernah melihat Musa dan Elia dengan mata kepala mereka. Penginjil Markus hendak mengatakan bahwa kesaksian tentang kemuliaan Yesus ini bukan hal baru tetapi sudah terungkap di dalam Kitab Taurat dan para nabi. Sebab itu ketiga murid inti atau Gereja masa kini harus tetap berpegang teguh pada peristiwa ini dan bersaksi tentang kemuliaan Tuhan kita Yesus Kristus. Untuk lebih meyakinkan lagi maka suara yang mengatakan: “Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia.” haruslah menjadi pokok utama dalam memberi kesaksian. Para murid dan Gereja masa kini harus bersaksi tentang ‘Yesus seorang diri saja’ bahwa Dia adalah Anak kesayangan Bapa dan bahwa hanya pada Dialah kita mendengar-Nya. Mendengar berarti mengasihi. Kemuliaan Tuhan Yesus menjadi nyata dalam Paskah, dalam hal ini Ia harus menderita, wafat dan bangkit dengan mulia.

Untuk memperteguh semangat bersaksi maka Petrus dalam Bacaan kedua membagikan pengalamannya kepada kita. Ia mengatakan: “Sebab kami tidak mengikuti dongeng-dongeng isapan jempol manusia, ketika kami memberitahukan kepadamu kuasa dan kedatangan Tuhan kita, Yesus Kristus sebagai raja, tetapi kami adalah saksi mata dari kebesaran-Nya. Kami menyaksikan, bagaimana Ia menerima kehormatan dan kemuliaan dari Allah Bapa, ketika datang kepada-Nya suara dari Yang Mahamulia, yang mengatakan: “Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan.” (2Ptr 1:16-17). Apa yang dibagikan Petrus ini adalah cara ia mengalaminya dan bersaksi kepada kita melalui narasinya sebagaimana digambarkan dalam bacaan Injil hari ini.

Petrus melanjutkan kesaksiannya bahwa suara yang menegaskan jati diri Yesus sebagai Anak kesayangan Bapa itu datang dari Sorga dan mereka mendengarnya di atas gunung yang kudus. Maka Petrus merasa bahwa pengalaman Yesus menampakkan kemuliaan-Nya ini membantu mereka untuk makin diteguhkan oleh firman yang telah disampaikan oleh para nabi. Sebab itu ia berharap demikian: “Alangkah baiknya kalau kamu memperhatikannya sama seperti memperhatikan pelita yang bercahaya di tempat yang gelap sampai fajar menyingsing dan bintang timur terbit bersinar di dalam hatimu.” (2Ptr 1:19).

Pada hari ini kita semua dipanggil Tuhan untuk berani bersaksi tentang Tuhan Yesus, Anak kesayangan Bapa. Dia menderita, sengsara, wafat dan bangkit pada hari yang ketiga untuk keselamatan kita. Paskah Kristus ini adalah tanda kasih Bapa yang perlu dan harus kita dengar dan wartakan dalam kesaksian hidup kita. Selamat pesta Transfigurasi dan jadilah saksi kemuliaan Kristus di tengah dunia ini.

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply