Bacaan Rohani: Doa Sebuah Relasi

Doa sebagai sebuah Relasi

Saya sedang membaca buku hasil refleksi Pater William A. Barry, SJ berjudul Praying the Truth. Pada bagian awal buku ini beliau membagi pengalaman rohaninya tentang doa. Baginya doa adalah sebuah relasi. Ia merasa yakin bahwa Allah menginginkan sebuah relasi pribadi, sebuah persahabat yang matang dengan kita. Doa adalah jalan terbaik untuk membangun relasi persahabatan manusia dengan Tuhan. Doa berarti kesadaran pribadi akan kehadiran Allah.

Selanjutnya pater Barry menulis: “Doa dapatlah sesederhana mengucapkan: Tolonglah aku” ketika aku sedang jatuh atau “Betapa membahagiakan” ketika aku bergembira karena seorang teman menelpon menanyakan bagaimana khabarku, sepanjang aku secara sadar memikirkan atau mengucapkan kata-kata itu kepada Allah. Doa dapat terjadi ketika aku berjalan-jalan di hutan mengagumi keindahan alam dan kemegahan apa yang kulihat, asalkan aku sadar bahwa aku sedang berjalan-jalan bersama Sang Pencipta hutan ini. Doa mencakup wilayah luas, yang terhampar di hadapanku. Semuanya merupakan doa, asalkan aku menyadari kehadiran Allah dalam setiap aktivitas yang kulakukan”.

Saya sepakat dengan Pater Barry bahwa doa adalah sebuah relasi persahabatan dengan Tuhan. Dalam relasi ini ada kesadaran bahwa Allah ada dan berelasi dengan kita secara pribadi. Hal ini dapat nampak dalam pengalaman-pengalaman hidup yang sederhana. Tanpa kesadaran akan sebuah relasi maka doa-doa yang keluar dari hati dan pikiran kita tidak bermakna apa-apa.

Katekismus Gereja Katolik (KGK, 2559) mengajarkan begini: “Doa adalah pengangkatan jiwa kepada Tuhan, atau satu permohonan kepada Tuhan demi hal-hal yang baik” (Yohanes dari Damaskus, f.o.3,24). Dari mana kita berbicara, kalau kita berdoa? Dari ketinggian kesombongan dan kehendak kita ke bawah atau “dari jurang” (Mzm 130:1) hati yang rendah dan penuh sesal? Siapa yang merendahkan diri akan ditinggikan (Luk 18:9-14..) Kerendahan hati adalah dasar doa, karena “kita tidak tahu bagaimana sebenarnya harus berdoa” (Rm 8:26). Supaya mendapat anugerah doa, kita harus bersikap rendah hati: Di depan Allah, manusia adalah seorang pengemis (Bdk.Agustinus, serm. 56,6,9..).

Mari kita melihat kembali doa-doa pribadi dan doa-doa bersama dalam keluarga dan komunitas masing-masing. Apakah doa-doa kita itu merupakan sebuah relasi? Doa sebagai sebuah relasi sangat berdasar pada iman akan Allah yang hidup dan ada bersama kita. Tanpa kesadaran dan iman akan Allah yang hidup dan ada bersama kita (Immanuel) maka sia-sia saja pikiran kita tentang doa.

Demikian bacaan rohani dan refleksiku. Bacaan rohanimu tentang apa?

P. John Laba, SDB

Leave a Reply

Leave a Reply