Homili 11 September 2018

Hari Selasa, Pekan Biasa ke-XXIII
1Kor. 6:1-11
Mzm. 149:1-2,3-4,5-6a,9b
Luk. 6:12-19

Aku bekerja bersama Yesus

Saya pernah diundang untuk merayakan misa syukur ulang tahun ke-25, bagi seorang koster yang mengabdikan dirinya di sebuah Gereja paroki. Ia mengaku bekerja tanpa mengharapkan honor apapun dari pihak Gereja Paroki. Kadang-kadang pastor Parokinya memberi honor tertentu, kadang-kadang beberapa bulan baru ia terima honorariumnya. Ia belajar untuk tersenyum kapan dan di mana saja pelayanan membutuhkannya tanpa mengharapkan apapun juga. Semua ini tidak mengurangi niatnya untuk terus mengabdikan diri bagi Gereja hingga tahun ke-25 pelayanannya. Ketika ditanya alasan mengapa ia setia mengabdikan dirinya bagi Gereja, ia menjawab: “Sejak awal, saya percaya bahwa saya bekerja Bersama Yesus.” Karena kepercayaan ini maka saya pun tidak pernah merasa kekurangan suatu apapun dalam hidup pribadi dan keluargaku.

Saya merasa bangga dengan pengalaman iman koster ini. Sebuah pengalaman iman sederhana. Ia melakukan semua pekerjaannya dengan baik dan penuh keyakinan bahwa ia bekerja bersama dengan Yesus. Ia tidak bekerja sendirian. Ini berarti dalam setiap pekerjaan ia selalu mengandalkan Yesus. Maka satu pertanyaan bagi kita semua adalah, apakah kita pernah merasa bahwa semua pekerjaan apapun yang kita lakukan itu selalu bersama Yesus atau kita melakukannya atas nama diri kita dan berdasarkan kekuatan kita sendiri? Banyak kali kita melakukan pekerjaan-pekerjaan atas nama diri kita sendiri. Kita lupa mengandalkan Tuhan di dalam hidup setiap hari. Kita lebih percaya diri bahwa segala sesuatu kita lakukan tanpa bantuan Tuhan dan juga sesama lainnya. Ternyata kita keliru. Tuhan Yesus berkata: “Terlepas dari Aku, kamu tidak dapat berbuat apa-apa.” (Yoh 15:5).

Pada hari ini kita mendengar dalam bacaan Injil yang sangat menarik. Tuhan Yesus memanggil para Rasul-Nya dari kalangan murid-murid yang datang kepada-Nya. Rasul berarti Utusan. Tuhan Yesus memanggil, memilih dan menetapkan para rasul sebagai Utusan yang nantinya akan melakukan segala pekerjaan-Nya. Untuk memilih para utusan, Yesus mengawalinya dengan mendaki bukit untuk berdoa seorang diri. Gerak tubuh Yesus ketika mendaki bukit menunjukkan kehendak-Nya untuk bersatu dengan Bapa dalam doa. Ia berdoa semalam-malaman tanpa henti dan sungguh bersatu dengan Bapa-Nya di dalam surga. Ia melakukan discerment pelayanan-Nya dan harus mengambil keputusan yang tepat untuk memilih dan menentukan para utusan-Nya. Lihatlah, Yesus adalah Anak Allah. Ia mengawali segala sesuatu dengan doa semalaman supaya mendapat hikmat untuk memilih para rasul atau utusan-Nya.

Buah dari doa semalam-malaman adalah Tuhan Yesus memanggil dan memilih keduabelas rasul-Nya. Kedua belas murid yang sudah tidak asing lagi bagi-Nya itu menjawabi panggilan dan pilihan Yesus untuk menjadi mitra kerja-Nya. Mereka tidak bekerja sendiri-sendiri atau melakukan pekerjaan-pekerjaan pribadinya. Mereka justru bekerja bersama Tuhan Yesus. Inilah nama-nama orang pilihan Yesus: “Simon yang juga diberi-Nya nama Petrus, dan Andreas saudara Simon, Yakobus dan Yohanes, Filipus dan Bartolomeus, Matius dan Tomas, Yakobus anak Alfeus, dan Simon yang disebut orang Zelot, Yudas anak Yakobus, dan Yudas Iskariot yang kemudian menjadi pengkhianat.” (Luk 6:14-16). Para pilihan Yesus, bukanlah orang yang sempurna. Mereka adalah orang-orang sederhana yang membaktikan diri bagi-Nya. Mereka juga memiliki kekurangan-kekurangan dan kelemahan manusiawi. Petrus pernah menyangkal Yesus, Thomas kurang percaya, Yakobus dan Yohanes memiliki ambisi tertentu untuk berkuasa. Matius memungut cukai, Yudas Iskhariot menghianati Yesus. Para rasul lain juga memiliki kelemahan-kelemahan tertentu. Ini adalah hal yang wajar sebagai manusia biasa.

Yesus tidak hanya memilih dua belas orang menjadi rasul-rasul-Nya. Ada banyak orang datang kepada Yesus, dan memohon untuk disembuhkan. Orang-orang ini berdatangan dari seluruh Yudea, Yerusalem, dari pantai Tirus dan Sidon. Tujuan mereka adalah mendengar Yesus dan mengalami penyembuhan. Banyak orang mengalami penyembuhan dari sakit penyakit mereka. Orang-orang yang kerasukan roh jahat mengalami penyembuhan. Orang-orang yang menjamah-Nya mengalami kuasa yang keluar dari dalam tubuh-Nya. Ini berarti orang-orang ini sangat mengandalkan Tuhan dalam hidupnya. Para rasul belajar untuk mengandalkan Tuhan sehingga pekerjaan-pekarjaan Tuhan dapat berhasil dengan baik.

Bacaan Injil hari ini menekankan tentang kuasa doa. Doa dapat mengubah segala-sesuatu dalam hiduop manusia. Yesus berdoa semalam-malaman dan berhasil mengubah hidup kedua belas rasul-Nya. Mereka adalah orang-orang biasa, para nelayan sederhana, namun Tuhan Yesus mengubah seluruh hidup mereka untuk menjadi penjala Manusia. Apakah doa-doa kita juga mengubah hidup kita dan sesama di sekitar kita? Kita juga dibantu supaya melalui doa, kita membuat discernment yang terbaik bagi kehidupan pribadi kita. Dalam berdiscernment kita mengandalkan kuasa Tuhan. Bacaan Injil juga meneguhkan kita untuk senantiasa mengandalkan Tuhan di dalam hidup kita.  Kita bekerja bersama Tuhan.

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply