Homili Bunda Maria Berdukacita 2018

Peringatan Bunda Maria Berdukacita
1Kor. 15:1-11
Mzm 31:2-3a,3b-4,5-6,15-16, 20
Yoh. 19:25-27

Saling berbagi Penderitaan dengan Kristus

Pada hari ini kita semua mengenang Bunda Maria yang berdukacita (Maria Dolorosa). Perayaan liturgi ini dirayakan sehari setelah kita merayakan pesta Penemuan Salib Suci. Fokus kita kemarin dalam perayaan penemuan salib suci adalah pada Tuhan Yesus dan penderitaan-Nya untuk menebus dosa manusia. Fokus kita pada hari ini adalah kita belajar dari Bunda Maria yang berbagi pengalaman penderitaannya dengan Yesus Kristus Puteranya. Bunda Maria memandang Yesus Puteranya yang tidak bersalah namun dihukum mati. Dengan iman kita percaya bahwa semua yang dilakukannya itu untuk keselamatan manusia. Semua yang bunda Maria lakukan, semata-mata hanya karena cinta kasih kepada manusia. Penderitaan dan kemalangan membuahkan kebahagiaan dan keselamatan manusia.

Saya tertarik dengan St. Petrus, ketika berkata: “Hendaklah kamu bersukacita sesuai dengan bagian yang kamu dapat dalam penderitaan Kristus, supaya kamu juga boleh bergembira dan bersukacita pada waktu Ia menyatakan kemuliaan-Nya.” (1Ptr 4:13). Bunda Maria adalah orang pertama yang bersukacita di hadapan Tuhan (Magnificat) meskipun ia mengalami banyak penderitaan. Perkataan St. Petrus ini sangatlah menguatkan kita semua. Kita semua mengalami berbagai penderitaan dan kemalangan. Mungkin saja kita pernah kuatir dengan hidup saat ini dan masa depan kita masing-masing. Petrus menguatkan kita dengan berkata: “Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.” (1Ptr 5:7). Tuhan memelihara kita maka hendaklah kita selalu bersukacita sesuai dengan apa yang sudah kita peroleh dalam Kristus. Dapatlah dikatakan bahwa Bunda Maria juga bersukacita atas apa yang sudah diperolehnya dalam Kristus.

Pada hari ini kita semua mengenang Bunda Maria berdukacita. Bunda Maria berdukacita berarti ia ikut berbagi penderitaan dengan Yesus Kristus Puteranya sepanjang hidup. Di dalam Injil kita menemukan tujuh dukacita Bunda Maria yakni: Nubuat Nabi Simeon di hadapan Maria dan Yusuf, Yusuf dan Maria melarikan Yesus ke Mesir, Maria dan Yusuf mencari hingga menemukan Yesus yang hilangnya di Bait Allah, Perjumpaan Bunda Maria dengan Yesus saat Ia menjalani hukuman mati, Maria menyaksikan Yesus puteranya wafat, Maria menyaksikan lambung Yesus ditikam dan jenazah Yesus diturunkan dari Salib serta Yesus Dimakamkan. Ketujuh dukacita Maria ini dialaminya secara langsung.

Bunda Maria benar-benar seorang ibu yang hebat dan kuat. Mari kita merenungkan kesaksian penginjil Yohanes. Pada waktu Yesus Puteranya bergantung di salib, Bunda Maria dengan ditemani Maria istri Kleopas, Maria Magdalena dan Yohanes berdiri di kaki salib. Dalam suasana penuh penderitaan, Tuhan Yesus berkata kepada ibu-Nya: “Ibu, inilah Anakmu!” dan kepada Yohanes sebagai murid yang dikasihi, Tuhan Yesus berkata: “Inilah ibumu!”. Tuhan Yesus menyerahkan Gereja ke dalam tangan Bunda Maria dan Bunda Maria ke dalam Gereja-Nya. Penyerahan terjadi saat Yesus dalam suasana menderita sehingga Gereja memiliki seorang ibu yang menguatkan. Hingga saat ini Gereja boleh mengalami banyak penderitaan, penganiayaan namun semuanya berlalu dan Gereja tetap kokoh.

Selama beberapa hari terakhir ini Gereja kita sedang menghadapi banyak kesulitan. Ada banyak skandal yang sedang terkuak saat ini. Skandal sex, pedofilia, korupsi dan lain sebagainya. Semua kejahatan ini memang sangat menantang. Boleh dikatakan Gereja Katolik sedang mengalami badai dari dalam dan dari luar. Ada kalangan tertentu bahkan meminta supaya Bapa Suci Fransiskus mundur dari jabatannya sebagai Paus gara-gara skandal-skandal ini. Permintaan datang dari dalam gereja dan juga dari luar gereja. Ada uskup tertentu yang didemo di keuskupannya. Masih banyak hal lain yang menunjukkan bahwa badai sedang berkecamuk di dalam Gereja kita. Pada saat Gereja mengalami penderitaan dan penganiayaan, kita mengingat bahwa Gereja diserahkan Tuhan Yesus kepada Bunda Maria yang berdukacita dan ia menerimanya, memelihara dengan doa-doanya hingga saat ini.

Gereja katolik bersifat kudus. Ini adalah pengakuan iman kita. Meskipun ada badai skandal di mana-mana tetapi Gereja tetaplah kudus. Gereja tetaplah kudus karena didirikan oleh Tuhan Yesus sendiri. Tuhan akan menguduskan Gereja-Nya hingga akhir zaman. Tuhan Yesus menyerahkan Gereja kepada ibunda-Nya yang dikandung tanpa noda. Yohanes murid yang dikasihi Tuhan menerima Bunda yang dikandung tanpa noda di dalam hidupnya. Kita membaca dalam Injil: “Dan sejak saat itu, murid itu menerima ibu Yesus di dalam rumahnya” (Yoh 19:27). Saya percaya bahwa badai pasti akan berlalu! Gereja pasti akan tetap jaya dan kudus karena factor Tuhan yang senantiasa membaharui Gereja dengan Roh Kudus-Nya, dan para kudus dengan doa-doanya tanpa henti kepada Tuhan.

Saya mengakhiri homili ini dengan mengutip dua buah doa dari para kudus. Pertama doa dari Athanasius  dari Alexandria: “Perawan yang mulia, engkau sungguh lebih besar daripada apapun. Jika aku berkata bahwa malaikat dan malaikat agung adalah besar – tetapi engkau lebih besar dari mereka, karena mereka hanya melayani Ia yang berdiam di rahimmu dengan gemetar, dan mereka tidak berani berbicara dalam kehadiran-Nya, sementara engkau berbicara dengan bebas kepada-Nya.” Kedua, doa St. Theresia dari Kalkuta: “Maria, berikan kepadaku hatimu: yang begitu indah, begitu murni, tak bernoda; hatimu begitu penuh dengan cinta dan kerendahan hati bahwa saya dapat menerima Yesus didalam Roti Kehidupan dan mencintai-Nya seperti dirimu mencintai-Nya dan melayani-Nya didalam samaran orang-orang miskin yang menyusahkan.”

Mari kita belajar berbagi penderitaan dengan Tuhan Yesus seperti Bunda Maria. Bunda Maria yang berduka, doakanlah kami. Amen.

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply