Food For Thought: Kesetiaan

Apakah anda setia pada dirimu sendiri?

Ada seorang sahabat barusan mengirim sebuah pesan inspiratif kepadaku berupa kutipan dari Mary Roberts Rinehart, seorang penulis asal Amerika. Ia berkata: “Cinta itu dapat diumpamakan seperti pohon, tiap hari harus disiram dan diberi pupuk kesetiaan dan pengertian.” Saya tersenyum dan berkata dalam hati, “Benar juga ya perkataan ini.” Saya lalu teringat pada sahabat lain lagi yang mengaku: ‘setiap hari saya selalu jatuh cinta pada pasangan saya’. Ya, cinta itu memang laksana pohon yang harus dirawat dengan baik supaya menghasilkan buah yang baik. Misalnya, tentang pohon maka tanah di sekitarnya digemburkan, diberi pupuk dan disiram. Tentang cinta dapatlah dirawat dengan kesetiaan dan pengertian baik. Kita mengingat bahwa banyak pasangan yang selalu cekcok sebab mereka tidak merawat cinta dengan kesetiaan dan pengertian baik.

Ada sebuah pertanyaan seperti ini: Apakah orang memang mudah merawat cinta kasih mereka dalam hidup kesehariannya? Hampir semua orang yang saya kenal pernah mengatakan dengan jujur bahwa sangatlah sulit bagi mereka untuk merawat cinta kasih. Kita memperhatikan para pasangan suami dan istri, setiap anggota komunitas itu selalu bebeda satu sama lain. Misalnya, latar belakang, cara berpikir, kebiasaan dan pengalaman hidup pasti berbeda satu sama lain. Kalau semua pengalaman ini tidak diolah dengan baik maka selalu ada kesulitan untuk merawat cinta kasih dalam diri dan sesama. Artinya bahwa kesetiaan dan pengertian baik itu mahal. Orang harus berjuang untuk memupuk kesetiaan dan pengertian baik dalam cinta kasih mereka. Cinta kasih menjadi kuat karena orang berusaha untuk setia dan saling mengerti dengan pasangannya. Ketika orang tidak berusaha untuk setia dalam cinta kasihnya, tidak berusaha untuk mengerti pasangannya maka cinta kasih mereka menjadi layu, kering dan berantakan.

Saya mengingat Seneca. Beliau adalah seorang Filsuf Romawi, pernah berkata: “Kesetiaan adalah kekayaan termulia di dalam kalbu manusia.” Jadi dapatlah dikatakan bahwa siapapun orang itu, ia pasti memiliki kesetiaan dalam kalbu atau hidupnya. Kesetiaan adalah harta mulia yang dimiliki setiap pribadi. Tuhan mememberikannya sebagai sebuah anugerah kepada setiap orang. Pertanyaannya adalah apakah orang itu setia pada dirinya sendiri? Banyak kali orang berusaha untuk setia kepada orang lain dan lupa untuk setia pada dirinya sendiri. Orang boleh setia kepada bossnya di kantor tetapi tidak setia dengan dirinya sendiri, tidak setia dengan pasangannya sendiri. Ini adalah kekurangan yang fatal!

Dari mana kita belajar untuk menjadi pribadi yang setia? Bagi saya, hanya Tuhan saja adalah model kesetiaan yang paling tepat. Ingatlah bahwa manusia boleh berdosa tetapi Tuhan selalu setia dan berkehendak untuk menyelamatkannya. Berapa di antara kita yang setia seperti Tuhan? Ketika orang menghianati diri kita maka kesetiaan itu dengan sendirinya hilang. Tuhan masih memberi kesempatan untuk menjadi setia.

Saya mengakhiri refleksi tentang kesetiaan dengan mengutip Paulo Coelho: “Untuk dapat setia pada orang lain, pertama-tama kita harus setia pada diri sendiri”. Kata-kata yang sederhana tetapi dapat mengubah hidup kita. Berusahalah untuk setia dalam hidupmu. Anda boleh jatuh cinta setiap hari dengan pasanganmu, kalau anda memang berusaha untuk setia dan berpengertian baik dengannya. Hilangkanlah anti kesetiaan yaitu pikiran negatif, ingat diri berlebihan, antipati, kurang memiliki rasa empati dengan pasangan. Semua ini hanya menghalangi cinta yang murni. Cobalah untuk setia hari demi hari!

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply