Homili 27 September 2018

Hari Kamis, Pekan Biasa ke-XXV
St. Vinsensius a Paulo
Pkh. 1:2-11
Mzm. 90:3-4,5-6,12-13,14,17
Luk. 9:7-9

Siapakah gerangan Dia ini bagimu?

Pada hari ini kita mengenang St. Vinsensius a Paulo. Beliau lahir di Pouy, Perancis, 24 April 1581, dan meninggal dunia di Paris, Perancis, 27 September 1660 di usia 79 tahun. Beliau dikenal dan dikenang sebagai seorang kudus sekaligus tokoh pembaru Gereja Katolik Perancis. Vinsensius disebut “Bapak orang miskin” karena cinta dan pelayanannya kepada orang miskin. Paus Leo XIII, mendeklarasikannya sebagai santo pelindung karya amal cinta kasih Gereja Katolik. Dari banyak perkataannya, saya mengingat satu perkataan yang menginspirasikan yaitu: “Yesus ternyata memilih sebagai murid-murid-Nya orang-orang kasar yang tidak luput dari kelemahan-kelemahan, supaya dengan demikian Ia dapat mengamalkan keramahan, kerendahan hati, dan kesabaran.” Maka siapakah gerangan orang ini? Dia adalah Vinsensius, bapak orang miskin seperti Lazarus sang pengemis yang badanya penuh dengan borok di dalam Injil (Luk 16:20).

Penginjil Lukas dalam perikop Injil yang kita dengar dalam perayaan Ekaristi hari ini menghadirkan sosok Yesus yang menimbulkan perasaan gunda gulana dari Herodes Antipas atau Antipatros. Beliau adalah putera raja Herodes Agung, yang menjadi raja wilayah Galilea dan Perea pada abad pertama Masehi, dan memiliki gelar Tetrarki. Kita mengenal sosok ini berkaitan dengan eksekusi yang dilakukannya bagi Yohanes Pembaptis dan Tuhan Yesus sendiri. Sebagai raja di wilayah Galilea dan Perea, ia pasti mendengar tentang Yesus, terutama semua tanda heran yang dilakukan-Nya. Semua orang berbicara tentang Yesus maka ia pun merasa cemas, lebih lagi ketika orang-orang tertentu mengatakan bahwa Yesus adalah Yohanes Pembaptis sudah bangkit dari antara orang mati. Orang-orang Yahudi masih mengingat bahwa nabi Elia akan datang mendahului Mesias maka mereka pun mengatakan kepada Herodes bahwa Yesus adalah nabi Elias. Tetapi masih ada orang lain lagi yang mengatakan kepada Herodes bahwa Yesus adalah seorang nabi yang sudah meninggal dan kini bangkit kembali.

Herodes Antipas menjadi galau. Ia berpikir dalam hatinya bahwa semua yang dibicarakan orang itu sia-sia saja. Ia sudah memenggal kepala Yohanes dan benar-benar nyata bahwa Yohanes sudah meninggal dan dikuburkan. Hanya saja kehadiran Yesus sudah menjadi pusat perhatian banyak orang. Semua orang datang kepada Yesus untuk mengalami tanda-tanda heran, dan merasakan perubahan karena Sabda-Nya. Herodes Antipas lalu berniat untuk bertemu dengan Yesus. Hanya saja mereka tidak sempat bertemu, kecuali pada saat-saat sebelum Yesus disalibkan. Penginjil Lukas bersaksi: “Ketika Herodes melihat Yesus, ia sangat girang. Sebab sudah lama ia ingin melihat-Nya, karena ia sering mendengar tentang Dia, lagipula ia mengharapkan melihat bagaimana Yesus mengadakan suatu tanda.” (Luk 23:8). Namun sayang sekali karena ketika ia mengajukan pertanyaan, Yesus memilih untuk diam. Herodes dan orang-orangnya menertawakan dan mengolok-olok Yesus (Luk 23: 9. 11).

Kisah Injil ini membantu kita untuk merenungkan pertanyaan bathin Herodes: “Siapakah gerangan Dia ini?” Herodes hanya memiliki keinginan yang dangkal untuk mengenal Yesus. Pada akhirnya ia juga hanya menertawakan Yesus karena mengetahui bahwa Yesus tidak bereaksi terhadap semua pertanyaannya. Pertanyaan ini menjadi lebih dalam lagi bagi kita yang mengikuti Yesus saat ini. “Siapakah Yesus bagiku?” Kita sudah dibaptis, sudah bangga sebagai orang katolik tetapi siapakah Yesus itu sendiri? Apakah kita memiliki relasi yang mendalam dengan Yesus? Pertanyaan ini menjadi permenungan yang mendalam setiap saat. Kita perlu menjawabinya dengan jujur di hadirat Tuhan Yesus sendiri.

Saya sendiri selalu bertanya di dalam diriku, siapakah Yesus bagiku? Dalam setiap doa dan pelayanan sakramen, saya menemukan sosok Yesus sebagai Tuhan yang menjadi segalanya bagiku. Saya menemukan sosok Yesus yang mengasihiku apa adanya. Di saat-saat merayakan sakramen Ekaristi dan Tobat, saya menemukan sosok Yesus yang murah hati, penuh dengan belas kasih. Di saat merayakan sakramen pembaptisan, saya menemukan sosok Yesus yang menguduskan tubuh yang fana ini. Di saat merayakan sakramen pernikahan, saya menemukan sosok Yesus yang mempersatukan bukan memisahkan setiap pribadi. Dengan demikian saya menemukan sosok Yesus sebagai Tuhan, saudara dan sahabat terbaik. Bukanlah hal yang sia-sia saya menjadi biarawan dan imam di dalam Gereja-Nya.

Siapa gerangan Yesus Kristus bagimu? Bukalah hati dan pikiranmu di hadirat-Nya dan biarkanlah Ia mengubah hidupmu. St. Vinsensius a Paulo, doakanlah kami. Amen

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply