Food For Thought: Membahagiakan Sesama…

Apakah anda membahagiakan orang lain?

Seorang pemuda barusan mengirim pesan singkat kepadaku dengan sebuah pernyataan: “Hidup kita akan semakin bermakna ketika kita berusaha untuk membuat orang lain merasa bahagia sekalipun kita mengalami banyak penderitaan. Apakah anda sudah membahagiakan orang lain sepanjang hari ini?” Saya senang membaca pesan ini sebelum istirahat malam. Rasanya pesan singkat ini sangat bagus untuk membantu saya dalam membuat pemeriksaan bathin sebelum istirahat malam ini. Saya menemukan bahwa pada hari ini saya berhasil melewati saat-saat yang baik untuk membahagiakan sesama saya. Saya memulai hari ini dengan merayakan Ekaristi dan mendoakan semua intensi saya, termasuk mendoakanmu. Saya menyapa, berjabatan tangan, memberikan pendapat saat diwawancarai wartawan luar negeri. Saya membalas pesan singkat terakhir dengan kata ‘terima kasih dan Tuhan memberkati’. Semua ini membangkitkan kepercayaan dan optimism bahwa saya sudah membahagiakan orang lain.

Mungkin saja ada yang merasa tidak sempat memberikan rasa bahagia kepada sesama manusia. Tidak apa-apa. Tuhan selalu memberi kesempatan kepada kita untuk berubah menjadi lebih baik lagi, supaya dapat membahagiakan sesama. Ada yang mungkin sempat memberi rasa bahagia kepada sesama sepanjang hari ini meskipun belum sepenuhnya. Tidak apa-apa, sebab Tuhan masih terus memberi kesempatan kepada kita untuk menjadi terbaik dalam hidup ini. Tuhan itu selalu sabar dengan kita. Ia memberikan kesempatan kepada kita untuk menjadi semakin serupan dengan-Nya.

Pada zaman digital ini kita menemukan banyak orang yang tidak membahagiakan orang lain. Berita-berita hoax, black campaign, rasa suka tidak suka, radikalisme dan hal lainnya masih menguasai hati banyak orang. Mereka mengaku beragama tetapi tidak beriman. Sekiranya mereka beriman maka tidak ada hal-hal yang saya sebutkan di atas di dalam hidup kita. Semua orang meskipun memiliki perbedaan-perbedaan namun tetap merasa sebagai saudara. Perbedaan-perbedaan yang ada adalah sarana terbaik untuk semakin bertumbuh sebagai saudara bukan sebagai musuh. Hanya orang yang tidak memiliki hati nurani yang dapat menjadi musuh bagi orang lain dalam kebersamaan.

Saya mengingat Robert J. Lumsden. Beliau adalah seorang penulis motivational dari Amerika Serikat. Ia berkata: “Standar terbaik untuk mengukur keberhasilan anda dalam kehidupan adalah dengan menghitung jumlah orang yang telah anda buat bahagia.” Lumsden menggunakan standard terbaik yaitu menghitung berapa orang yang telah merasa bahagia karena kehadiran kita, karena dalam kehidupan bersama kita membahagiakan mereka. Mereka memiliki masalah, kita dekati, kita dengarkan jeritannya dan mendukungnya secara moral atau pun material. Cinta kasih itu lintas batas!

Apakah ada orang yang merasa bahagia karena kehadiranmu? Teruslah berbuat baik dalam hidupmu. Saya mengakhiri refleksi ini dengan mengutip Dalai Lama XIV dari Tibet: “Saya yakin bahwa tujuan paling utama dari hidup kita adalah mencari kebahagiaan. Itu jelas. Apakah seseorang meyakini agama atau tidak, apakah seseorang meyakini agama ini atau agama itu, kita semua sedang mencari sesuatu yang lebih baik dalam hidup. Maka saya pikir, gerakan paling dasar dari hidup kita adalah menuju kebahagiaan.”

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply