Food For Thought: Doa adalah

Emang Kamu Masih Berdoa?

Ada dua orang remaja yang sedang berbincang-bincang dengan suara dan gelak tawa yang lantang di sebuah restoran. Setelah membahas banyak hal, remaja pertama berkata: “Saya hanya bisa berdoa semoga dia bahagia.” Spontan remaja kedua berkata: “Emang kamu masih berdoa?” Remaja pertama menjawabnya, “Ya ialah, masa ia dong!” Mereka berdua tertawa terbahak-bahak dan lupa bahwa mereka sedang berada di restoran dan banyak orang sedang mendengar percakapan mereka.

“Emang kamu masih berdoa?” Pertanyaan sederhana ini tentu berlaku bagi semua orang yang masih beriman kepada Tuhan. Bagaimana pengalaman pribadi saya tentang doa? Saya sendiri tersentuh dengan pertanyaan remaja ini. Saya jujur mengatakan bahwa saya berdoa setiap waktu secara pribadi dan komunitas. Sebagai seorang Romo, saya juga berdoa lima waktu sesuai buku doa seorang imam (Ibadat bacaan, ibadat pagi, ibadat siang, ibadat sore dan ibadat malam atau Completorium), Saya berdevosi dan merayakan sakramen. Pengalaman pribadi ini tidak dapat disangkal, tetapi apa benar saya berdoa? Ini menjadi permenungan saya setiap kali selesai berdoa. Kadang situasi membuat saya membela diri di hadapan Tuhan maka berdoa lima waktu menjadi tiga waktu. Semoga Tuhan mengampuni kelalaian yang sengaja dan tidak sengaja di hadapannya.

Para Bapa Gereja mengajarkan tentang doa dalam hidup Kristiani. Mula-mulai orang berdoa ‘kepada’ Tuhan. Rasanya Tuhan begitu jauh maka orang berdoa ‘kepada’-Nya. Ini adalah pengalaman awal dalam doa kita. Katekismus Gereja Katolik mengajarkan bahwa berdoa berarti mengangkat hati dan pikiran kepada Tuhan. Maka masih wajar orang berdoa ‘kepada’ Tuhan. Apakah orang tetap bertahan dengan berdoa ‘kepada’ Tuhan? Mestinya tidak! Orang harus naik kelas. Orang harus berdoa ‘bersama’ Tuhan. Para murid Yesus mulanya masih berdoa kepada Tuhan, tetapi ketika mereka melihat Yesus berdoa maka mereka lalu meminta Yesus untuk mengajar mereka berdoa. Maka Yesus pun mengajar mereka: “Kalau kamu berdoa, katakanlah…” Pada saat yang sama para murid dan Yesus berdoa bersama. Ketika orang mampu berdoa bersama Tuhan maka ia harus berusaha lagi naik ke kelas yang tertinggi yakni berdoa adalah ‘kasih’. Ketika orang berdoa, ia melebur dalam kasih bersama Tuhan. Sungguh Allah adalah kasih maka doa adalah kasih yang menyatu abadi.

Nah, kira-kira anda dan saya berada di posisi yang mana dalam kehidupan doa kita ya? Apakah kita masih berdoa ‘kepada’ atau ‘bersama’ atau ‘kasih’? Silakan memeriksa bathin tentang kehidupan doa kita masing-masing.

Paus Fransiskus berakata: “Berdoa itu sama seperti kita mengetuk pintu seorang sahabat. Allah adalah sahabat kita” Kata-kata Bapa Suci ini memang sederhana tetapi memiliki makna yang sangat mendalam. Kita dapat berdoa dengan baik kalau kita benar-benar bersahabat dengan Tuhan. Setiap kali kita mengangkat hati kepada Tuhan, kita mengetuk pintu dan Ia menyapa kita: “Kamu adalah sahabat-sahabat-Ku”, pintu pun dibukakan bagi kita. Ini benar-benar pengalaman akan kasih Allah.

Renungkanlah: “Emang kamu masih berdoa?”

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply