Food For Thought: membangun rasa setia kawan

Setia kawan itu sesuatu banget!

Pada pagi hari ini tanggal 3 Desember 2018, saat saya sedang menyiapkan diri untuk melanjutkan perjalanan ke Dili, Timor Leste. Saya menerima dua pesan singkat yang mengesankan hati dan membuatku membagi waktuku untuk mendoakannya, dan tetap memikirkannya dalam perjalanan hingga tiba di Dili. Pesan pertama dari seorang pemuda: “Romo John, jangan lupa mendoakan saya pada hari istimewa ini”. Pesan kedua datang dari saudariku yang membaktikan diri dengan membagi waktunya untuk melayani para penyandang disabilitas di Yayasan Ahi Saun, Dili: “Kakak Romo, jangan lupa kami di Ahi Saun”.

Mengapa saya mendoakan dan membayangkan wajah mereka satu persatu? Satu alasan yang tepat adalah sebab saya pernah mengalami kebersamaan dengan para penyandang disabilitas di Yayasan Ahi Saun. Ahi Saun adalah bahasa daerah di Timor Leste yang kiranya bermakna ‘suluh api yang menyala’. Di rumah teduh ini Ahi Saun ini RD. Adrianus Ola Duli, seorang imam Diosesan, Keusukupan Dili, Timor Leste melayani para penyandang disabilitas selama bertahun-tahun (sekitar 18 tahun). Saya sendiri sering diminta untuk melayani secara rohani misalnya dalam misa bersama atau pelayanan rohani lainnya.

Hal yang mengesankan saya adalah meskipun mereka adalah penyandang disabilitas namun mereka mengolah diri, menerima diri apa adanya dan menunjukkan kemampuannya untuk membangun kasih dan persaudaraan di dalam komunitas Ahi Saun. Kalau kita singgah sebentar saja di Ahi Saun maka kita akan merasakan kasih yang tulus dari mereka semua. Keramahan, senyum khas dari masing-masing mereka membuat kita berubah cara padang bagi mereka dan untuk menerima mereka apa adanya. Tepat sekali perkataan ini: “Tak ada manusia yang sempurna, setiap kelebihan pasti ada kekurangan dan setiap kekurangan pasti ada kelebihan, tetap semangat sahabat!”

Perserikatan Bangsa-Bangsa, sejak tahun 1992 menetapkan tanggal 3 Desember sebagai hari untuk mendukung para penyandang cacat di seluruh dunia. Dalam Bahasa Inggris disebut: United Nations International Day of Persons with Disabilites/UN IDPD). Perayaan ini bersumber pada Resolusi Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa nomor 47/3 pada tahun 1992. Perayaan ini bertujuan untuk mengembangkan wawasan masyarakat akan persoalan-persoalan yang terjadi berkaitan dengan kehidupan para penyandang cacat, dan memberikan dukungan untuk meningkatkan martabat, hak, dan kesejahteraan para penyandang disabilits.

Berkaitan dengan perayaan hari istimewa bagi para penyandang disabilitas ini, Paus Fransiskus hari ini mengatakan: “Ada begitu banyak orang penyandang disabilitas dan yang memiliki berbagai kesulitan untuk membuka kembali hati mereka kepada kehidupan, ketika mereka menyadari bahwa mereka memang dicintai! Dan berapa banyak cinta dapat mengalir dari hati karena obat dari sebuah senyuman!”

Pada hari ini kita belajar untuk membangun rasa setia kawan dengan saudari dan saudara yang kurang beruntung dan menyandang label disabilitas. Kita pun tenggelam dalam label ini dan tidak mampu memberi diri dan perhatian yang wajar kepada mereka. Tanpa sadar kita tidak berani memberi, berbagi tetapi malah tertawa di atas penderitaan mereka. Berapa banyak disabilitas yang mengalami kekerasan verbal dan bullying dari kita bagi mereka. Pikirkan saja, kalau hari ini adalah hari terakhir bagimu di dunia, mengapa anda tidak membangun kasih sayang kepada saudaramu yang belum beruntung karena disabilitasnya? Ia boleh nampak disabilitas di matamu, namun ia mulia adanya di mata Tuhan. Berusahalah untuk tetap setia kawan. Seharusnya kita berani berseru: “Kamu dan Aku sam saja, terhalang fisik dan keterbatasan bukan alasan untuk tak berkarya, Happy World Disabled Day”. Tuhan memberkati para disabilitas yang mengalami pelayananku.

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply