Homili 5 Desember 2018 – Injil untuk Daily Fresh Juice

Hari biasa Pekan I Adven
Yes. 25:6-10a
Mzm. 23:1-3a,3b-4,5,6
Mat. 15:29-37

Dia bukan sosok php!

Saya pernah berbicara dengan ‘kelompok liturgi’ para siswa seminari di komunitas binaanku. Kami membicarakan tentang rencana persiapan untuk merayakan Natal tahun 2018 ini. Salah satu seminaris langsung menyatakan kesanggupannya untuk menyiapkan lingkaran Adven yang terdiri atas empat lilin advent. Seminaris yang lain menyiapkan koor, lector dan misdinar. Tentu saja ada seminaris yang menyiapkan dekorasi setiap hari Minggu Adven berupa tulisan tertentu dan pada masa Natal nanti perlu ada tulisan yang menarik perhatian dan menumbuhkan rasa cinta kepada Tuhan yang lahir bagi kita. Saya sendiri merasa bahwa pertemuan untuk persiapan natal ini memang menambah aroma Natal di dalam komunitas kami.

Saya sendiri tertarik dengan seminaris yang siap untuk merancang lingkaran adven. Ia berusaha untuk menjelaskan idenya tentang makna dari setiap lilin pada lingkaran Adven ini. Lilin pertama yang sedang dinyalakan pada pekan pertama Adven ini melambangkan kebajikan harapan. Lilin ini biasa juga disebut lilin nabi sebab mengingatkan kita pada pewartaan penuh harapan dari para nabi akan kedatangan Tuhan Yesus Kristus. Lilin kedua melambangkan kebajikan iman dan biasa disebut lilin Bethlehem sebagai tanda bahwa Yesus akan dilahirkan di Bethlehem. Bethlehem bukan hanya sebagai tempat tetapi merupakan hati manusia. Iman bertumbuh dalam hati kita. Lilin ketiga melambangkan sukacita atau gaudete dan biasa disebut lilin para gembala. Para gembala adalah orang-orang yang rendah hati, mereka mendengar pewartaan malaikat tentang kelahiran Yesus dan mereka menerimanya dengan sukacita. Lilin keempat melambangkan damai atau biasa disebut lilin para malaikat. Ini mengingatkan kita untuk memiliki sukacita yang besar dalam menyambut kedatangan Yesus sebagai Raja Damai. Kita juga semakin terbuka kepada Tuhan. Sebenarnya ada lilin kelima yang melambangkan terang dan kemurnian. Lilin kelima ini biasa disebut lilin Kristus yang ditempatkan di tengah lingkaran adven dan akan dinyalakan pada hari raya Natal.

Saya memfokuskan permenungan kita hari ini pada makna lilin pertama yaitu lilin harapan. Tuhan Yesus yang sedang kita nantikan adalah harapan kita. Dia adalah harapan bagi keselamatan kita. Maka saya perlu menegaskan di sini bahwa Tuhan Yesus bukanlah pembawa harapan palsu alias php. Dia adalah sosok pembawa harapan yang benar, harapan sejati adanya, yang tidak pernah dilakukan secara sempurna oleh seorang manusia di atas dunia ini.

Apa tanda-tandanya bahwa Yesus adalah pembawa harapan sejati bukan pembawa harapan palsu? Bacaan Injil pada hari Rabu Pekan Adven pertama ini memberi jawaban yang tepat bahwa Yesus bukanlah pembawa harapan palsu, melainkan pembawa harapan yang pasti! Buktinya adalah:

Pertama, Yesus adalah harapan untuk menyembuhkan. Ketika itu Ia sedang berada di sekitar danau Galilea. Banyak orang sakit memiliki harapan yang besar untuk memperoleh kesembuhan dari Yesus. Mereka adalah orang-orang yang berbondong-bondong datang kepada-Nya yakni orang lumpuh, orang timpang, orang buta, orang bisu dan banyak lagi yang lain. Harapan mereka menjadi kenyataan karena Ia menyembuhkan mereka semuanya. Banyak orang di dalam Injil juga termasuk anda dan saya yang selalu datang kepada Yesus atau sedang merindukan kedatangan-Nya untuk memperoleh kesembuhan lahir dan bathin.

Kedua, Yesus adalah harapan untuk memperoleh belas kasih Tuhan. Tuhan Yesus menunjukkan diri-Nya sebagai sosok yang berbelas kasih bukan hanya kepada orang-orang yang sakit tetapi juga orang yang lapar dan haus. Ia memberikan harapan pasti bahwa orang-orang banyak yang datang untuk mendengar-Nya akan dipuaskan dengan santapan roti dan ikan. Dengan demikian tidak ada seorang pun yang akan lapar dan pingsan di jalan karena kelaparan. Harapan menjadi kenyataan karena ada mukjizat di mana Yesus memperbanyak roti dan ikan. Kita semua percaya bahwa Yesus menunjukkan wajah Allah yang berbelas kasih. Kita memiliki harapan yang besar supaya merasakan belas kasih Tuhan dalam sakramen tobat. Kita juga belajar untuk berbelas kasih kepada sesama yang lain.

Ketiga, Yesus adalah harapan untuk saling berbagi. Yesus menunjukkan harapan ini dalam Ekaristi. Dalam mukjizat yang Yesus lakukan ini, Ia mengambil ketujuh roti dan ikan-ikan, mengucap syukur, membagi-bagikan roti dan ikan dan memberikannya kepada para murid untuk membagikannya kepada banyak orang yang ada bersama mereka. Hasil dari saling berbagi ini adalah semua orang makan sampai kenyang dan masih ada sisa tujuh bakul. Yesus membagi diri-Nya dalam Ekaristi. Kita belajar berbagi supaya hidup kita juga menjadi Ekaristi hidup bagi orang lain.

Pada hari ini kita berjumpa dengan Yesus yang luar biasa. Kita menantikan kedatangan-Nya dengan penuh kerinduan dan harapan. Kita ungkapkan ini sebagai bagian dari misteri iman kita: “Kedatangan-Nya kita rindukan”. Ia datang untuk membawa harapan yang pasti bahwa keselamatan adalah milik kita. Yesus bukan pembawa harapan palsu seperti banyak di antara kita yang senang memberi harapan palsu.

Doa: Tuhan Yesus kami bersyukur karena Engkau memberikan harapan pasti bukan harapan palsu bagi keselamatan kami. Bantulah kami untuk semakin merindukan-Mu, mengharapkan kedatangan-Mu di dalam hati dan hidup kami. Amen.

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply