Homili 3 Januari 2019

Hari Kamis, Masa Natal Sebelum Epifani
Yoh. 2:29-3:6
Mzm. 98:1,3cd-4,5-6
Yoh. 1:29-34

Mataku tertuju pada Yesus

Ada seorang Bapa yang membagi pengalaman rohaninya. Ia pernah menjadi pasien di rumah sakit selama sebulan. Selama di rumah sakit itu, ia banyak beristirahat, berobat dan berdoa. Ia mendoakan Rosario hariannya, membaca Kitab Suci dan buku-buku tentang kehidupan para santo dan santa. Semua ini dilakukannya dengan sadar, teratur dan penuh iman. Dokter akhirnya mengijinkan dia supaya boleh pulang ke rumahnya. Ia sembuh total secara medis dari penyakitnya. Baginya, yang namanya mukjizat itu nyata. Ia sendiri mengalami mukjizat yakni sembuh dari sakitnya. Ia semakin sadar bahwa dengan mata yang selalu tertuju kepada Yesus ia dapat mengalami mukjizat kesembuhan. Semua itu sudah terjadi dan dialaminya sendiri. Ia pun mengalami transformasi, sebuah perubahan yang radikal di dalam hidupnya. Ia semakin dekat dengan Tuhan. Pengalaman ini memang sederhana namun memiliki makna yang istimewa bagi dia yang mengalaminya. Baginya mukjizat itu nyata, tanda bahwa Tuhan juga terlibat di dalam hidupnya.

Bacaan Injil pada hari ini membantu kita supaya memiliki mata yang tertuju kepada Yesus. Yohanes Pembaptis Pembaptis adalah sosok yang membantu membuka mata kita supaya tetap tertuju kepada Yesus. Pada saat itu Yohanes sedang membaptis di sungai Yordan. Yesus juga termasuk dalam kerumunan orang yang datang kepada Yohanes untuk dibaptis.Yohanes menarik perhatian kita supaya mata kita tertuju pada Yesus dengan berkata: “Lihatlah Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia.” Yohanes Pembaptis memiliki visi yang jelas tentang siapakah Yesus itu sebenarnya, meskipun ia mengaku ‘sebenarnya tidak mengenal’ Yesus. Yesus bagi Yohanes Pembaptis adalah seorang yang telah mendahuluinya sebab Ia telah ada sebelum Yohanes ada. Yohanes lebih lanjut mengatakan bahwa ia datang untuk menyiapkan kedatangan Yesus. Ia membatis dengan air tetapi Yesus akan membaptis dengan Roh Kudus. Yohanes membaptis dengan air supaya orang-orang Israel dapat mengenal-Nya sebagai Anak Domba Allah.

Banyak orang berduyun-duyun mendekatkan diri pada Yohanes Pembaptis untuk menunjukkan pertobatannya dengan baptisan air sungai Yordan. Di antara mereka terdapat Yesus yang tidak mereka kenal. Yohanes pun mengaku tidak mengenal mengenal-Nya. Di sini kita melihat bahwa Yesus benar-benar tenggelam dalam kerumunan manusia sehingga orang tidak mengenal-Nya. Lihatlah, Dia adalah seorang Anak Allah yang rela menjadi manusia, menjadi kecil di tengah kerumunan manusia, padahal sebenarnya Dialah yang terbesar. Dia adalah segalanya dan segalanya adalah milik-Nya. Ia bahkan dengan rendah hati meminta Yohanes supaya membaptis-Nya padahal baptisan hanya bagi manusia yang berdosa supaya bertobat. Maka di satu pihak Yohanes merasa tidak layak di hadapan Yesus, membuka tali sepatu-Nya saja Yohanes merasa tidak layak. Di lain pihak, Tuhan Yesus sudah merendahkan diri sebagai manusia, dan membesarkan manusia di hadapan-Nya. Manusia menjadi bernilai di hadapan Tuhan karena jasa Yesus Kristus Anak Allah.

Bagaimana supaya dapat mengenal Yesus? Yohanes mengungkapkan visinya tentang kedatangan Yesus Kristus: “Aku telah melihat Roh turun dari langit seperti merpati, dan Ia tinggal di atas-Nya. Dan akupun tidak mengenal-Nya, tetapi Dia, yang mengutus aku untuk membaptis dengan air, telah berfirman kepadaku: Jikalau engkau melihat Roh itu turun ke atas seseorang dan tinggal di atas-Nya, Dialah itu yang akan membaptis dengan Roh Kudus. Dan aku telah melihat-Nya dan memberi kesaksian: Ia inilah Anak Allah.” (Yoh 1:32-34). Tuhan Yesus diutus Bapa dalam Roh Kudus. Roh Kudus turun dari langit seperti merpati dan tinggal di atas-Nya untuk menunjukkan persekutuan Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus.

Dalam bacaan pertama, Yohanes memberi wejangan-wejangan yang menguatkan kita supaya akrab dan bersahabat dengan Yesus. Yohanes mengatakan bahwa orang yang lahir dari Yesus akan berbuat kebenaran sebab Dia adalah kebenaran. Yesus sendiri berkata: “Akulah Jalan, Kebenaran dan Hidup”. Karunia istimewa dan karena jasa Yesus Kristus maka kita semua menjadi anak-anak Allah. Anak-anak Allah hanya dikenal oleh Tuhan Allah. Anak-anak Allah harus menunjukkan jati dirinya kepada dunia bahwa dia memang anak Allah meskipun dunia tidak mengenal manusia. Kita menjadi anak-anak Allah maka pada saatnya nanti kita akan memandang Allah dengan mata kita sendiri dan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya.

Anak-anak Allah yang hidup dalam Kristus akan berjalan dalam jalan kekudusan dan menjauhkan diri-Nya dari dosa dan salah. Orang yang hidup dalam Kristus tidak akan hidup dalam dosa. Lebih jelas dikatakan: “Karena itu setiap orang yang tetap berada di dalam Dia, tidak berbuat dosa lagi; setiap orang yang tetap berbuat dosa, tidak melihat dan tidak mengenal Dia.” Marilah kita memeriksan batin kita dan bertanya apakah kita benar-benar hidup sebagai Anak Allah atau tidak.

Hidup Kristiani bermakna apabila mata kita selalu tertuju kepada Yesus dan mengakui-Nya sebagai Anak Domba Allah yang menghapus segala dosa kita. Hidup kita berubah karena kuasa ilahi-Nya. Kita menjadi anak-anak dari satu Bapa yang sama yaitu Bapa yang kekal. Apakah matamu selalu tertuju kepada Yesus? Apakah anda juga anak Allah?

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply