Homili 4 Januari 2019

Hari Jumat, 4 Januari 2019
1Yoh. 3:7-10
Mzm. 98:1,7-8,9
Yoh. 1:35-42

Tinggal Bersama Tuhan selamanya

Hari ini adalah hari Jumat Pertama dalam tahun 2019. Banyak di antara kita merayakannya dengan misa syukur, sekaligus merayakan natal bersama dalam kelompok kategorial atau kelompok territorial tertentu. Lagu-lagu natal, atribut-atribut Natal masih menjadi pilihan pertama karena kita masih berada dalam suasana yang sama. Hati semua orang pasti penuh sukacita natal dan tahun baru. Maka saya mengucapkan selamat Natal, selamat Tahun Baru dan selamat merayakan misa Jumat Pertama dalam tahun 2019 ini. Semoga kasih Tuhan Yesus Kristus menguasai kita masing-masing dan kita pun mampu mengasihi seperti Tuhan Yesus sendiri mengasihi kita.

St. Yohanes dalam bacaan pertama hari ini memulai dengan sebuah ajakan yang membangun kesadaran nurani kita supaya tetap hidup kudus di hadirat Tuhan. Sebab itu kita tidak boleh memberikan peluang kepada iblis untuk menyesatkan kita. Bagi Yohanes, berbuat dosa atau jatuh ke dalam dosa adalah tanda bahwa orang itu masih memihak pada iblis. Seharusnya kita hidup dalam kebenaran sebab kita berasal dari kebenaran dan lahir dari pada-Nya. Yohanes berkata: “Barangsiapa yang berbuat kebenaran adalah benar, sama seperti Kristus adalah benar.” (1Yoh 3:7). Dialah kebenaran sejati tidak ada yang lain. Dialah yang melumpuhkan kuasa iblis dalam diri manusia. Kita di hadapkan pada dua pilihan: Tuhan dan kuasa-Nya atau iblis dan kuasanya. Saya adalah orang beriman pasti memilih Tuhan, anda?

Selanjutnya st. Yohanes mengingatkan kita semua bahwa setiap orang yang lahir dari Allah tidak berbuat dosa lagi. Benih ilahi tetap ada di dalam diri orang yang lahir dari Allah sehingga dari situ ia dapat membedakan mana yang baik dan layak di hadirat Tuhan dan mana yang tidak baik atau dosa dan menyesatkan. Orang-orang yang bersekutu dengan iblis tidak akan mencintai kebenaran. Yang ada di dalam hati mereka adalah dosa dan salah. Soal disa adalah hal biasa saja. Rasa berdosa sudah hilang. Berkaitan dengan ini, Yohanes dengan tegas mengatakan sebuah kebenaran: “Inilah tandanya anak-anak Allah dan anak-anak Iblis: setiap orang yang tidak berbuat kebenaran, tidak berasal dari Allah, demikian juga barangsiapa yang tidak mengasihi saudaranya”. (1Yoh 3:10). Anak-anak Allah akan tetap bersama Allah selama-lamanya. Apakah anda yakin bahwa hidup pribadimu benar-benar sebagai anak Allah?

Dalam bacaan Injil hari ini kita mendengar kisah lanjutan dari perutusan Yohanes Pembaptis dan para murid-nya. Yohanes sedang berdiri bersama dua muridnya di tempatnya membaptis di sekitar sungai Yordan. Ketika melihat Yesus, Yohanes mengulangi perkataannya tentang Yesus: “Lihatlah Anak Domba Allah” Perkataan Yohanes ini penuh makna bagi hidup kita. Tuhan Yesus merupakan anak domba yang disediakan Allah untuk dikorbankan sebagai pengganti orang berdosa. Perlu kita ketahui bahwa gelar ‘Anak Domba Allah’ adalah gelar Yesus yang paling khas dan istimewa dalam Kitab Wahyu yang muncul sebanyak 28 kali. Maka Yohanes Pembaptis hendak mempertegas jati diri Yesus sebagai Anak Domba Allah. Dialah yang datang untuk menyelamatkan kita semua. Penginjil Matius memahami nama Yesus seperti ini: “Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka” (Mat 1:21).

Kedua murid Yohanes Pembaptis yakni Andreas dan Yohanes mendengar gelar Yesus dari sang guru mereka bahwa Dia adalah Anak Domba Allah. Ini tentu merupakan sebuah gelar yang baru mereka dengar. Saat itu juga mereka berani meninggalkan Yohanes guru mereka dan mengikuti Yesus. Mereka percaya bahwa Yohanes mengantar mereka untuk tinggal bersama dengan Tuhan. Mereka tidak sedang mencari tempat di mana mereka akan tinggal tetapi mengikuti Yesus supaya tinggal bersama-Nya. Mereka tidak hanya sekedar mencari, tetapi melihat tempat tinggal Yesus dan saat itu juga mereka tinggal bersama-Nya. Mengikuti Yesus dan tinggal bersama-Nya semakin bermakna ketika mereka yang mengikuti-Nya juga mengajak sesamanya untuk mengikuti Yesus dan tinggal bersama-Nya. Yesus akan mengubah hidup kita sama seperti mengubah nama yang sudah dimiliki: Simon menjadi Kefas.

Pada hari ini kita semua diajak untuk tinggal bersama Yesus, sang Anak Domba Allah. Kita tinggal bersama Yesus sebab Dia menyelamatkan kita. Dia menghapus dosa-dosa kita. Dia tidak menghitung dosa dan salah kita. Dia menebus kita dengan kasih-Nya yang tiada batasnya. Sungguh kita harus bersyukur karena bersama Yesus, kita juga ‘lahir’ dari Allah dan menjadi anak-anak Allah. Bersama Yesus artinya kita tidak hanya tinggal bersama-Nya tetapi kita juga memanggil semua orang lain supaya datang dan tinggal bersama dan mengalami kasih-Nya. Hanya Yesus saja yang mampu mengubah hidup kita dan memiliki hidup yang berkenan kepada Allah.

Kita belajar dari Yohanes Pembaptis yang merelakan para murid-Nya untuk bersatu dengan Yesus. Hanya orang rendah hati yang rela kehilangan orang-orang dekatnya demi kemuliaan nama Tuhan. Tugas kita saat ini seperti Yohanes Pembaptis, yakni mengantar semua orang untuk bersatu dengan Tuhan Yesus. Bawalah orang kepada Yesus, bukan kepada dirimu. Biarlah nama Yesus semakin dimuliakan, bukan namamu semakin dimuliakan dan nama Yesus semakin lenyap. Tujuan pelayanan kita adalah demi kemuliaan nama Tuhan. Banyak kali nama Tuhan Yesus tidak kedengaran, hanya nama pelayan yang kedengaran. Ada apa yang salah dari pelayanan kita?

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply