Homili 14 Januari 2019

Hari Senin, Pekan Biasa I
Ibr. 1:1-6
Mzm. 97:1,2b,6,7c,9
Mrk. 1:14-20

Saat yang tepat

Pada setiap awal tahun, kita semua melakukan tugas dan kewajiban berdasarkan hasil evaluasi kerja dan rekomendasi tertentu pada akhir tahun sebelumnya dan program-program lain yang tepat guna di tempat kita berkarya. Ada niat dan usaha-usaha tertentu dari semua pihak terkait untuk melakukan setiap pekerjaan dengan efektif dan efisien. Satu kata yang selalu keluar dari mulut sang pemilik usaha dan pekerja adalah ‘ini adalah saat yang tepat’ untuk melakukan semua pekerjaan yang dipercayakan kepada kita. Tidak ada perkataan ‘menunggu saat yang lain’ tetapi ‘saat ini’ adalah saat yang tepat. Andaikan saja semua orang memiliki prinsip seperti ini maka tentu saja semua kegiatan dapat berjalan dengan lancar. Semua orang akan menikmati kebaikan dari usaha mewujudkan pekerjaan pada saat yang tepat.

Apa kata Tuhan bagi kita pada hari ini?

Dalam bacaan pertama, penulis surat kepada umat Ibrani mengatakan tentang saat yang tepat. Inilah ungkapan tentang saat yang tepat: “Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta.” Ini merupakan saat yang tepat bagi Tuhan untuk berbicara dengan pengantaraan Yesus Kristus Putera-Nya. Ini merupakan saat yang tepat bagi Tuhan untuk menunjukkan diri-Nya melalui Yesus Kristus Putera-Nya. Dia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah. Dia menopang segala sesuatu dengan kuasa Sabda-Nya.

Selanjutnya, Yesus digambarkan sebagai Anak Allah. Kita mengingat Injil pada pesta Pembaptisan Tuhan di mana Allah Bapa mewahyukan diri-Nya dalam Yesus Kristus kepada semua orang. Tuhan bersabda: “Inilah Anak yang Kukasihi”. Yesus Kristus adalah Anak yang dikasihi Bapa. Penulis surat kepada orang Ibrani mengatakan tetang status Yesus sebagai Anak Allah: “Anak-Ku Engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini?” dan “Aku akan menjadi Bapa-Nya, dan Ia akan menjadi Anak-Ku?” (Ibr 1:5). Yesus sebagai Anak Allah maka semua malaikat Allah harus menyembah Dia. Malaikat-malaikat adalah pelayan Tuhan siang dan malam. Ini menjadi saat yang tepat bagi kita untuk menyembah Yesus sebagai Anak Allah. Dia datang untuk melakukan kehendak Bapa dengan mewartakan Kerajaan Allah dan menyerukan pertobatan umat manusia.

Dalam bacaan Injil Markus, kita mendengar sebuah kisah Yesus dalam hubungannya dengan Yohanes Pembaptis. Karier Yohanes Pembaptis sudah selesai karena dimasukkan ke dalam penjara. Ia berani menegur Herodes Agripa yang mengambil Herodias, istri dari Herodes Filipus sebagai istrinya. Teguran Yohanes berakibat fatal. Ia dimasukkan ke dalam penjara hingga wafat sebagai martir. Peristiwa Yohanes Pembaptis ini membuat Yesus menyingkir ke Galilea untuk memberitakan Injil Allah. Ini adalah tugas utama Yesus di dunia sebagaimana diungkapkan-Nya: “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang.” (Luk 4:18-19. Yesus mewartakan Kerajaan Allah. Ia berkeliling dan berbuat baik. Ia mewartakan khabar baik atau injil kepada kaum papa dan miskin. Ia berkata: “Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!” (Mrk 1:15). Ini adalah saat yang tepat untuk ikut mewartakan Kerajaan Allah. Orang diharapkan supaya bertobat dan percaya kepada Injil.

Tuhan Yesus tidak memulai kerasulan-Nya dari sesuatu yang baru. Banyak orang saat itu masih mengingat seruan tobat yang disampaikan Yohanes Pembaptis di sungai Yordan. Yohanes membaptis sebagai tanda pertobatan bagi banyak orang. Kini Yesus membaptis dengan Roh Kudus dan api. Ia tampil untuk mewartakan Kerajaan Allah dengan seruan tobat dan meminta semua orang untuk percaya kepada Injil. Boleh dikatakan bahwa ini adalah saat yang tepat bagi orang zaman itu dan kita yang mendengar Injil pada zaman ini supaya ikut mewartakan Kerajaan Allah. St. Yohanes Paulus II mengajak kita untuk melakukan evangelisasi baru. Sebelumnya, St. Paulus VI mengajak kita semua untuk berani mewartakan Kerajaan Allah kepada bangsa-bangsa. Ini adalah saat yang tepat untuk membawa Kristus kepada semua orang (mission ad gentes).

Tuhan Yesus tidak bekerja sendiri. Ia membutuhkan manusia sebagai mitra kerja-Nya. Sebab itu Ia memanggil para murid perdana di pantai danau Galilea. Petrus, Andreas dan anak-anak Zebedeus yakni Yakobus dan Yohanes adalah nelayan-nelayan sederhana di Galilea. Mereka tekun bekerja di pantai danau Galilea. Tuhan Yesus memanggil mereka sebagai nelayan, dan mereka dijanjikan untuk menjadi penjala manusia. Penjala manusia itu artinya mereka akan menjadi mitra kerja Tuhan Yesus untuk menjadikan manusia sejahtera rohani dan jasmani. Artinya, orang-orang yang mendapatkan pewartaan Injil Kerajaan Allah tidak hanya tahu berdoa dan mengenal Tuhan, tetapi mereka juga sejahtera secara jasmani. Semua kebutuhan hidup sebaga manusia terpenuhi. Tuhan Yesus membutuhkan manusia untuk memberdayakan sesamanya.

Para murid perdana percaya kepada Yesus. Mereka segera meninggalkan segala-galanya dan mengikuti Yesus dari dekat. Bagi mereka, ini adalah saat yang tepat untuk ikut serta dalam mewartakan Kerajaan Allah. Melalui pengajaran, mukjizat dan kuasa-Nya, para murid menjadi dekat dan percaya kepada Yesus sebagai Tuhan. Mereka bersedia untuk ikut terlibat dalam karya-karya-Nya. Mereka menjadi saksi-saksi Yesus selama-lamanya.

Hidup Kristiani bermakna ketika kita siap untuk terlibat aktif dalam karya-karya Yesus di dunia masa kini. Kita terlibat aktif karena kita memiliki martabat baru yakni sebagai anak-anak Allah. Martabat baru itu semata-mata karena jasa Yesus Kristus Tuhan kita, bukan karena jasa diri kita sebagai manusia yang lemah. Kita terlibat pada saat yang tepat untuk menjadi penjala manusia.

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply