Homili 14 Mei 2019 – St. Matias Rasul

Pesta St. Matias
Kis. 1:15-17,20-26
Mzm. 113:1-2,3-4,5-6,7-8
Yoh. 15:9-17

Mengenal Yesus secara pribadi

Tuhan Yesus sudah wafat, bangkit dengan mulia dan naik ke surga dengan jaya. Ia sudah berjanji untuk mengutus Paraclitus yang bertugas untuk mengajar dan menghibur para pengikut-Nya. Para pengikut Yesus tergabung dalam komunitas inti Gereja perdana, yang senantiasa berkumpul di sebuah rumah, tepatnya di ruang atas untuk berdoa dengan tekun sambil menantikan kedatangan Roh Kudus. Mereka adalah para murid, kesebelas rasul Yesus bersama Bunda Maria. Lukas dalam Kisah Para rasul menceritakan bahwa Petrus tanggap dengan situasi kebersamaan mereka sebagai komunitas, setelah Yudas Iskhariot mengkhianati Yesus. Sebab itu ia mengusulkan untuk memilih seorang pengganti Yudas Iskhariot. Usul Petrus ini kiranya memenuhi perkataan Tuhan dalam Kitab Mazmur yang berbunyi: ”Biarlah jabatannya diambil orang lain”. Adapun persyaratan seorang calon pengganti haruslah seorang murid yang selalu bersama Yesus sejak pembaptisanNya sampai la naik ke surga.

Bagi Petrus selaku pemimpin para rasul, seorang Rasul bertugas untuk memberi kesaksian tentang Yesus Kristus, terutama Sabda, Karya dan Kebangkitan-Nya. Komunitas mendengar penjelasan Petrus. Mereka lalu mengusulkan nama dua orang murid, yaitu Yosef, yang disebut juga Barsabas alias Yustus (artinya Yang Adil), dan Matias. Komunitas berdoa bersama-sama memohon pertolongan Tuhan untuk intensi ini. Selanjutnya mereka membuang undi dan pilihannya ternyata jatuh pada Matias. Nama Matias lalu ditempatkan sebagai pengganti Yudas Iskhariot. Dengan demikian jumlah para rasulnya tetaplah dua belas sesuai rencana Tuhan. Para rasul ini bertugas untuk mewartakan Injil Yesus Kristus ke seluruh dunia. Konon beliau wafat di Trier, Jerman.

Kisah hidup Matias menunjukkan kepada kita bahwa ia adalah sosok yang mengenal Yesus dengan baik. Ia selalu berkumpul bersama para murid lain yang percaya kepada Yesus dan menjadi saksi kebangkitan-Nya. Maka di sini Matias menunjukkan ciri-ciri pemuridan yakni seorang murid Yesus haruslah mengenal Yesus secara pribadi. Mengenal berarti percaya, mengasihi dan menyatu dengan Yesus. Jadi mengenal bukan hanya sekedar mengetahuinya secara lahiria saja tetapi benar-benar sampai kepada tingkat percaya dan mengasihi-Nya. Seorang murid Yesus selalu bersatu dalam komunitasnya. Sebab itu ia berkumpul bersama dengan orang lain dan dari situ memiliki kekuatan untuk mewartakan Injil Yesus Kristus. Berkumpul bersama merupakan sebuah realitas untuk berbagi pengalaman dalam pelayanan dan saling meneguhkan sebagai rasul Yesus Kristus. Dengan kekuatan mengenal dan berkumpul bersama maka mudahlah bagi seorang murid untuk bersaksi tentang kebangkitan Yesus Kristus.

Ketiga kekuatan seorang murid yakni mengenal, hidup bersama dan kesaksian yang disebutkan di atas dapat terjadi karena relasi yang intim bersama Yesus. Relasi ini pertama-tama bukan berasal dari manusia tetapi dari pihak Tuhan sendiri. Dialah yang selalu melakukan pendekatan pertama. Penginjil Yohanes menarasikan tentang sebuah sikap Yesus yakni menyebut para rasulnya sebagai sahabat bukan hamba. Sahabat yang hidup dalam kasih yang nyata. Yesus mengatakan: “Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku itu.” (Yoh 15:9). Jadi sahabat Yesus adalah dia yang tinggal dalam kasih Yesus dan mengalaminya hari demi hari. Kasih Yesus adalah cerminan kasih-Nya sebagai Anak dengan Bapa di surga. Kasih para rasul menjadi sempurna karena mereka setia dalam menuruti segala perintah Yesus.

Para sahabat Yesus perlu menyadari tugas perutusannya di dunia ini. Mereka mengalami kasih Yesus dalam hidupnya. Mereka melakukan perintah-perintah Yesus dengan tulus hati. Perintah Yesus memiliki nilai kebaruan yakni kasih. Maka para murid yang mengikuti Yesus harus tahu mengasihi sebagaimana ia sendiri merasakan kasih Yesus di dalam hidupnya. Menjadi sahabat Yesus adalah sebuah pilihan dan Tuhan bagi manusia.Sumber kehendaknya adalah Tuhan bukan manusia. Manusia boleh memilih tetapi Tuhan menentukan sesuai kehendak-Nya. Maka tepatlah perkataan Yesus: “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu.” (Yoh 15:16).

Pada hari ini kita mendapat kekuatan baru dari Tuhan melalui Santu Matias. Ia setia mengikuti Yesus karena mengenal Yesus secara pribadi, hidup bersama dengan sesamanya dan siap bersaksi tentang Yesus Kristus. Bagaimana dengan kita? Seberapa besar kualitas pengenalan kita akan Yesus Kristus? Apakah kita sungguh percaya kepada Yesus? Kalau kita percaya maka kita tentu berdoa, mengucap syukur dan mengasihi-Nya. Apakah kita bahagia hidup berdampingan dengan sesama manusia? Rasul Yesus masa kini harus mengenal Yesus secara pribadi, mampu hidup bersama atau hidup berdampingan dengan sesama manusia dan dengan demikian menjadikannya sebagai saksi Kristus yang hidup dan nyata dalam perkataan dan perbuatannya.

St. Matias, doakanlah kami. Amen.

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply