Homili 12 September 2019

Hari Kamis, Pekan Biasa ke-XXIII
Kol 3:12-17
Mzm 150:1-6
Luk 6:27-38

Seratus persen Katolik!

Banyak di antara kita yang sudah biasa mendengar perkataan Mgr. Soegijopranoto yakni menjadi ‘Orang Katolik 100% dan orang indonesia 100%’. Menjadi orang katolik 100% berarti kita menunjukkan jati diri kita sebagai orang katolik yang sudah dibaptis, setia dalam melakukan tugas dan kewajiban sebagai warga gereja. Jadi, seorang warga Negara Indonesia yang beragama Katolik, oleh karena imannya kepada Tuhan Yesus Kristus, terlibat aktif dalam mewujudkan kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan masyarakat dan bangsa Indonesia, khususnya mereka yang kecil lemah miskin, tersingkir dan difabel (Bdk GS 1, Mat 25: 40). Gereja sebagai umat Allah, haruslah menjadi pelopor kebaikan dan kasih kepada Tuhan dan sesama manusia. Santu Paulus dan Tuhan Yesus membantu kita melalui bacaan-bacaan liturgi hari ini untuk bertumbuh sebagai pribadi yang serratus persen katolik dan serratus persen Indonesia.

Sosok pertama adalah santu Paulus. Dalam bacaan pertama, beliau mengingatkan jemaat di Kolose untuk menyadari panggilan luhur mereka. Ia memberikan keyakinan kepada jemaat di Kolose bahwa mereka adalah pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi Allah. Tentu saja ini nuansa optimisme yang diberikan Paulus kepada Gereja di Kolose dan kita semua yang membaca dan merenungkannya saat ini. Paulus selanjutnya berharap supaya kita semua mengenakan belas kasihan, kemurahan dan kerendahana hati, kelemahlembutan dan kesabaran dan saling mengampuni. Dari semua kebajikan yang ada, Paulus berharap supaya kita mengenakan cinta kasih sebagai tali pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan.

Marilah kita merenungkan perkataan Paulus ini. Kita semua membutuhkan kesadaran yang jernih bahwa kita juga merupakan pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya. Sebagai pilihan Allah maka kita berusaha untuk menghayati kebajikan-kebajikan dari Allah sendiri seperti memiliki hati yang berbelas kasih kepada sesama, murah hati, rendah hati, lemah lembut, sabar dan suka mengampuni. Semua ini ada di dalam diri Yesus sendiri. Dia tidak hanya mengatakan tetapi lebih dari itu menunjukkannya di dalam hidup yang nyata. Misalnya, kita selalu berdoa: “Yesus yang lemah lembut dan rendah hati, jadikanlah hati kamik seperti hati-Mu”. Saya membayangkan bahwa semua kebajikan ini kalau dihayati dengan baik oleh Gereja maka kita semua benar-benar Kristen, artinya Kristus kecil yang sedang hidup dan berjalan di tengah dunia saat ini. Sebaliknya kita harus merasa malu, ketika mengakui diri sebagai orang katolik, mengikuti Yesus Kristus namun hidup jauh dari kehidupan Tuhan Yesus sendiri.

Tuhan Yesus sendiri menurut Paulus, telah memanggil dan membentuk kita untuk menjadi satu tubuh dengan-Nya. Proses pembentukan ini terjadi sebab ada damai Kristus, sabda dan kekayaannya melingkupi hidup kita. Maka sebagai tugas dan panggilan Gereja sebagai umat Allah adalah menyanyikan Mazmur, puji-pujian dan nyanyian rohani, untuk mengucap syukur kepada Tuhan Allah di dalam hati kita. Di samping itu hendaknya kita juga sadar diri bahwa apa yang kita ucapkan dan lakukan dalam hidup itu demi nama Tuhan Yesus Kristus bukan demi diri kita sendiri. Kita ingat istilah ini: CHRISTIAN, apabila kita membuat penggalan kata akan menjadi CHRIST-IAN. Kita dapat mengatakan: CHRIST, I Am Nothing! Tuhan Yesus adalah segalanya bagi kita.

Sosok kedua adalah Tuhan Yesus Kristus. Pengajaranan-Nya dari Injil hari ini, benar-benar mengubah arah hidup kita secara radikal. Bagi saya, menjadi pengikut Kristus yang radikal memang harus demikian, karena Tuhan Yesus sendiri melakukannya di dalam hidup pribadi-Nya. Apa yang Tuhan Yesus ajarkan kepada kita pada hari ini? Pertama, mengasihi musuh. Kedua, selalu berbuat baik kepada orang yang membenci kita. Ketiga, memohon berkat bagi orang-orang yang mengutuk kita. Keempat, mendoakan orang-orang yang mencaci maki kita. Kelima, berpasrah dan melepaskan. Keenam, selalu bermurah hati. Ketujuh, jangan menghukum sesama lain. Ketujuh ajaran ini benar-benar mengorientasikan kita untuk menjadi pengikut Kristus sejati.

Pada hari ini kita berani bermimpi dan berharap untuk menjadi serratus persen katolik, serratus persen Indonesia. Kita menjadi seratus persen katolik ketika kita mampu melakukan dalam hidup yang nyata semua pengajaran Yesus dan wejangan santu Paulus di atas. Memang tidaklah mudah, namun kita perlu melakukannya sampai tuntas melalui kesaksian hidup kita. Kita dapat menjadi seratus persen Indonesia kalau benar-benar melakukan perbuatan amal kasih kepada orang-orang kecil di negeri ini.

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply