Food For Thought: Mengampuni lebih…

Pengampunan itu perlu dan harus!

Pagi hari ini saya mengingat-ngat sebuah artikel yang saya tulis beberapa tahun yang lalu tentang semangat untuk mengampuni. Ada sebuah kutipan yang sangat indah dadri H. Jackson Brown Jr. Beliau dikenal sebagai penulis dari Amerika Serikat, dan pernah berkata: “Jangan pernah anda melupakan tiga sumber daya yang kuat, selalu tersedia untuk anda: cinta, doa dan pengampunan.”

Saya tersenyum dan mengatakan dalam hati bahwa ketiga hal ini memang merupakan bagian yang penting dalam hidup kita. Kita sebagai manusia yang dikenal sebagai makhluk sosial perlu saling mencintai. Cinta itu laksana DNA yang sudah Tuhan letakan dalam hati kita supaya memiliki kemampuan untuk mengasihi seperti Tuhan sendiri. Orang jahat sekalipun di mata manusia, namun ia tetap memiliki DNA untuk mencintai. Doa adalah sebuah kebutuhan hidup manusia. Berdoa berarti mengangkat hati dan pikiran hanya kepada Tuhan saja. Doa itu adalah ungkapan nyata dari sebuah kasih kepada Tuhan dan kepada sesama. Doa menjadi kesempatan kita mengucap syukur, memohon ampun dan rahmat untuk diri kita dan sesama manusia. Kita bukanlah manusia yang sempurna maka saling mengampuni adalah jalan untuk mempererat persaudaraan sejati. Kalau ada seorang bersalah maka berusahalah untuk mengampuninya. Kita semua manusia yang tidak sempurna. Tuhan Yesus benar ketika mengatakan: “Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu.” (Mat 6:14-15).

Kita selalu memohon kepada Tuhan: “Bapa ampunilah dosa kami, sebab kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami” (Luk 11:4). Apakah kita pernah menyadari permohonan ini kepada Tuhan? Banyak kali kita memohon, namun kita tidak mengerti apa yang kita mohon kepada Tuhan. Konsekuensinya kita juga tidak melaksanakan apa yang kita mohon kepada Tuhan. Kita memohon supaya Tuhan mengampuni maka kita seharusnya berusaha untuk mampu mengampuni orang-orang yang bersalah atau melukai hidup kita. Bagaimana mungkin kita memohon supaya Tuhan mengampuni kita, sementara kita sendiri tidak mengampuni sesama yang lain? Banyak kali tidak berlaku adil. Dalam pengakuan dosa kita memohon ampun dari Tuhan, tetapi kita sendiri tidak mampu mengampuni sesama. Mengampuni itu berarti melupakan!

Saya mengakhiri refleksi ini dengan mengutip Dalai Lama ke-XIV. Ia pernah berkata: “Semua tradisi agama utama pada dasarnya membawa pesan yang sama, yaitu cinta, kasih sayang, dan pengampunan. Hal yang penting adalah hal-hal tersebut harus menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari.” Kalau kita bangga beragama katolik maka mulailah dari dirimu sendiri, kemampuan untuk mengampuni seperti Tuhan sendiri mengampuni diri kita. Sebuah pengampunan tiada batasnya!

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply