Homili 29 November 2019

Hari Jumat, Pekan Biasa ke-XXXIV
Dan 7:2-14
MT. TDan 3: 75-81
Luk 21:29-33

Belajar membaca tanda-tanda zaman

Perubahan iklim dan cuaca saat ini memang benar-benar dirasakan oleh kita semua. Secara teoritis musim hujan itu terjadi pada bulan Oktober hingga April dan musim kemarau dari bulan April hingga Oktober. Namun belakangan ini terjadi perubahan yang besar. Pada bulan-bulan yang disebutkan ini tidak ada tanda-tanda perubahan musim dan cuaca. Pada tahun ini misalnya, di kota Dili di mana saya tinggal saat ini, hingga tanggal 29 November 2019, baru turun hujan sebanayak dua kali dengan volumen hujan yang kecil, sedang ditempat-tempat yang lain sudah ada hujan dan banjir. Banyak orang di Dili mengeluh bahwa cuaca sangat panas sedangkan di tempat lain segar bahkan kedinginan. Perubahan iklim dan cuaca tidak hanya diselidiki oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dengan peralatan yang serba canggih saat ini tetapi orang-orang yang tidak memiliki keahlian juga mampu membaca tanda-tanda perubahan iklim dan cuaca melalui pengalaman empiris mereka. Mereka pandai membaca tanda-tanda zaman melalui pergerakan arah angin, bentuk dan warna awan di langit, kehadiran burung-burung tertentu, keadaan pohon-pohon tertentu, ada yang merasa kepalanya sakit dan lain sebagainya. Pengalaman-pengalaman ini merupakan bagian dari tanda-tanda zaman yang terbukti dalam hidup mereka.

Tuhan Allah menciptakan kita dan menganugerahi kemampuan untuk membaca tanda-tanda zaman. Ada kalanya sangat tepat sesuai pengalaman empiris, ada kalanya meleset dari pengalaman. Namun demikian pengalaman ketika membaca tanda-tanda zaman selalu mengajarkan orang dari zaman ke zaman dan juga secara turun temurun. Memang, pengalaman adalah guru kehidupan. Semua ini adalah bagian yang penting dari rencana dan kehendak Tuhan bagi kita semua. Kita semua diarahkan oleh sabda-Nya untuk memahami tanda-tanda zaman sehingga mampu menerima Kerajaan-Nya.

Tuhan Yesus menyiapkan para murid untuk menerima Kerajaan Allah. Ia menggunakan perumpamaan-perumpamaan supaya membuat mereka lebih mengerti dengan kapasitas mereka sebagai manusia biasa. Menurut Lukas dalam Injilnya, Tuhan Yesus memberikan sebuah perumpamaan singkat ini dengan berkata: “Perhatikanlah pohon ara atau pohon apa saja. Apabila kamu melihat pohon-pohon itu sudah bertunas, kamu tahu dengan sendirinya bahwa musim panas sudah dekat. Demikian juga, jika kamu melihat hal-hal itu terjadi, ketahuilah, bahwa Kerajaan Allah sudah dekat.” (Luk 21:29-31). Tuhan Yesus mengambil contoh tanda alam pada pohon ara, sejenis pohon yang sangat terkenal di dalam Kitab Suci. Mungkin kita bertanya, mengapa pohon ara itu begitu penting di mata Tuhan Yesus? Pohon ara dapat berbuah dua kali dalam setahun. Pohon ara ini melambangkan bangsa Israel. Mereka kelihatan religius, tapi itu hanya secara lahiriah karena mereka tidak menghasilkan buah-buah rohani dalam kehidupannya (Mat 21:19-21; Mrk 11:13, 20, 21; Luk 13:6, 7; 21:29). Tuhan Yesus sering mengunakan perumpamaan ini untuk mengedukasi bangsa Israel, Hanya Saja mereka sulit untuk memahaminya. Pohon ara juga melambangkan kehidupan yang baik. Orang yang hidup di bawah naungan pohon ara menggambarkan kehidupan yang penuh damai sejahtera, sukacita dan kemakmuran (1 Raj 4:25; 2 Raj 18:31; Yes 36:16; Mi 4:4; Za 3:10).

Dengan memandang pohon ara yang sudah mulai bertunas orang dapat membaca salah satu tanda zaman yakni musim panas sudah dekat. Ini adalah sebuah pengalaman empiris yang tidak dapat dihindari. Semua orang dari generasi ke generasi mengakuinya sebagai sebuah kebenaran empiris. Tuhan Yesus menggunakan perumpamaan ini untuk memperkaya pengalaman empiris yang lain berupa chaos atau suasana kacau balau yang sedang terjadi seperti nubuat tentang hancurnya kota Yerusalem, banyaknya perang yang terjadi di mana-mana dan memakan banyak korban, tanda-tanda alam pada matahari, bulan dan bintang, ada goncangan kuasa-kuasa langit sehingga menimbulkan kecemasan, ketakutan dan berujung kematian. Semua ini adalah tanda-tandah alami sebelum Anak Manusia datang dalam kemuliaan dan kekuasaan-Nya dalam awan. Dan Tuhan Yesus mengingatkan supaya kita tahu dan mawas diri bahwa Kerajaan Allah sudah dekat. Yesus bahkan menegaskan: “Sungguh angkatan ini takkan berlalu, sebelum semuanya terjadi.” (Luk 21:32).

Sikap mawas diri ini dapat berakar kuat hanya melalui Sabda Tuhan. Untuk itu Tuhan Yesus mengatakan: “Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu.” (Luk 21:33). Mengapa Tuhan Yesus mengatakan demikian kepada para murid-Nya? Sebab Yesus sendiri adalah Sabda atau Logos. Dialah Tuhan dan Raja semesta alam. Maka tepatlah ketika Ia mengatakan bahwa langit dan bumi akan berlalu tetapi perkataan-Nya tidak akan berlalu. Kita diingatkan supaya setia kepada Yesus, sang Sabda hidup.

Pada Hari Ini Tuhan mengingatkan kita supaya mengusahakan buah-buah yang berlimpah dari Kerajaan Allah. Buah-buah yang berlimpah dari Kerajaan Allah berasal dari Sabda Tuhan. Sebab itu kita perlu dan harus membaca, mendengar, merenungkan dan melakukan Sabda kekal di dalam hidup kita. Sabda yang satu dan sama ini membantu kita untuk pandai membaca tanda-tanda zaman.

P. John Laba, SDB

Leave a Reply

Leave a Reply