Homili 24 Januari 2020 – St. Fransiskus dari Sales

Peringatan Wajib St. Fransiskus dr Sales
Ef. 3:8-12
Mzm. 37:3-4, 5-6, 30-31
Yoh. 15:9-17

Kasih penuh kebaikan mengubah hidup manusia

Pada hari ini Gereja Katolik mengenang Santo Fransiskus dari Sales, Uskup dan Pujangga Gereja. Beliau dilahirkan di Savoy, Prancis pada tanggal 21 Agustus 1567. De Sales merupakan sebuah keluarga yang kaya sebab itu di usianya yang masih muda, Fransiskus sudah disekolahkan hingga tingkat Universitas. Di usianya yang ke-24, beliau mendapat gelar doktor dalam bidang hukum. Ia kembali ke Savoy untuk memulai kariernya. Namun ada hal yang selalu muncul dalam pikirannya yaitu panggilan baginya Tuhan untuk menjadi imam. Ia mengutarakannya kupada orang tuanya. Mulanya keluarganya tidak menyetujui cita-cita Fransiskus ini, namun ia mendesak kedua orang tuanya sehingga mereka pun menyetujuinya. Ia lalu masuk seminari dan ditahbiskan sebagai imam pada tanggal 18 Desember 1593.

Pada saat ia masih sebagai imam muda, umat Kristen di Prancis mengalami perpecahan. Dalam situasi yang sulit ini, Fransiskus de Sales menawarkan diri untuk membantu mempersatukan orang-orang Kristen yang sudah terpecah-pecah itu. Fransiskus bersama sepupunya, Pater Louis de Sales rela berjalan kaki hingga tiba di daerah Chablais. Mereka merasakan banyak penderitaan, kekerasan fisik dan kekerasan verbal. Mereka berdua berada di dalam bahaya namun Tuhan tetap melindungi mereka. Karena kasih dan kebaikan maka mereka berhasil membawa orang-orang di daerah ini ke dalam Gereja Katolik. Fransiskus kemudian diangkat menjadi uskup Geneva, Swiss. Pada tahun 1610, bersama St. Yohana Fransiska de Chantal, membentuk sebuah ordo religius bagi para biarawati yang diberi nama Serikat Visitasi. Beliau dikenal juga sebagai penulis yang mengagumkan mengenai kehidupan rohani dan cara untuk menjadi kudus yang dimuat dalam berbagai buku hasil karyanya. Beliau wafat pada tanggal 28 Desember 1622 dalam usia limapuluh enam tahun. Ia dinyatakan kudus oleh Paus Inosensius X pada tahun 1665.

St. Yohanes Bosco sangat mengagumi St. Fransiskus dari Sales karena kasih dan kebaikannya yang dapat mengubah kehidupan orang lain. Ia berjalan dari rumah ke rumah jemaat, mengalami kekerasan fisik dan verbal namun ia tetap tabah dan berbuat baik. Cinta kasih penuh kebaikan ini memenangkan hati banyak orang. Don Bosco juga berpikir bahwa untuk menyelamatkan kaum muda butuh kasih penuh kebaikan. Hanya dengan demikian para Salesian dapat memenangkan jiwa orang-orang muda. Itu Sebabnya Don Bosco mendirikan Kongregasi Salesian. Kita mengenal Salesian Don Bosco (SDB), Salesian dari nama St. Fransiskus de Sales, dan nama Don Bosco sendiri.

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada pesta pelindung Kongregasi Salesian Don Bosco ini membuka pikiran kita untuk mengikuti teladan kekudusan St.Fransiskus dari Sales. Dalam bacaan Pertama, St. Paulus membagikan pengalaman rohaninya dalam melayani Gereja di Efesus. Dalam suasana yang sulit Paulus tetap setia mewartakan sabda. Ia merasa paling hinda dari semua orang kudus namun ia menerima anugerah untuk mewartakan Kristus kepada orang lain yang bukan Yahudi. Bagi Paulus, hanya di dalam Yesus, kita semua beroleh keberanian an jalan masuk kepada Allah dengan penuh kepercayaan dan iman kepada-Nya. Pengalaman Paulus adalah pengalaman Fransiskus de Sales, ketika ia harus melawan arus dalam upaya untuk mempersatukan kembali pengikut-pengikut Kristus yang tercerai berai. Ia berkorban, tidak takut terhadap berbagai ancaman yang dapat merengut nyawanya karena kecintaannya kepada Tuhan Yesus Kristus. Memang benar, kalau hidup kita berakar pada Kristus maka yang terpecah belah akan didamaikan.

Mengapa Fransiskus dari Sales begitu berani dalam upaya untuk mempersatukan jemaat yang sudah terpecah-pecah? Satu alasan yang dimiliki Fransiskus adalah kasih. Dari Tuhan Yesus, Fransiskus melanjutkan pesan-pesan kasih kepada orang lain yang dijumpai dan dilayaninya. Pengalaman kasih setia Tuhan dibagikan kepada orang yang sedang bermusuhan. Yesus dalam Injil mengatakan bahwa Bapa telah mengasihi-Nya, Dia mengasihi kita maka kita berhak untuk tinggal di dalam kasih-Nya. Kita masuk dan menyatu dalam kasih Allah Tritunggal Mahakudus. Sebagai manusia kita dituntut untu melakukan perintah Tuhan Yesus yakni perintah kasih. Kasih itu bermakan ketika ada pengorbanan diri. Fransiskus de Sales mewartakan kasih Yesus karena dia merasakan persahabatan yang begitu akrab dengan Tuhan Yesus.

Dari banyak hal yang nampak dalam kehidupan pribadi St. Fransiskus dari Sales, kita dapat belajar nilai-nilai luhur yang ditunjukannya kepada kita. Pertama, kasih dan kebaikan hati itu dapat mengubah hidup manusia. Orang-orang yang bermusuhan sekali pun, kalau kasih hadir maka tembok pemisah permusuhan akan runtuh dengan sendirinya. Kedua, Fransiskus adalah gembala yang baik. Ia mengenal umatnya karena selalu memiliki waktu untuk mengunjungi umat. Nah, ini yang belakangan ini sulit dilakukan oleh para gembala zaman now. Kita benar-benar membutuhkan sosok gembala baik yang mampu mengasihi seperti St. Fransiskus dari Sales.

Saya mengakhiri refleksi ini dengan mengutip perkataannya: “Bersabarlah dengan segala hal, tapi terutama bersabarlah terhadap dirimu. Jangan hilangkan keberanian dalam mempertimbangkan ketidaksempurnaanmu, tapi mulailah untuk memperbaikinya, mulailah setiap hari dengan tugas yang baru.” Mari kita belajar untuk lebih sabar sehingga kasih Tuhan menjadi segalanya bagi semua orang.

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply