Homili 18 Maret 2020

Hari Rabu, Pekan Prapaskah ke-III
St. Sirilus dr Yerusalem
Ul. 4:1,5-9
Mzm. 147:12-13,15-16,19-20
Mat. 5:17-19

Tuhanku begitu dekat

Pagi ini saya mendapat kiriman lagu dengan judul “Dia hanya sejauh doa” yang dinyanyikan Nikita banyak tahun yang lalu. Ada kata-kata yang sangat menginspirasiku untuk memulai hari baru ini: “Bila cobaan menggodai hatimu, bila sengsara menimpa keadaan mu. Ingat Yesus takan pernah jauh darimu. Dia s’lalu pedulikan kamu. Berseru memanggil namaNya. Berdoa Dia kan segra menghampiri dirimu. Percaya Dia tak jauh darimu. Dia hanya sejauh doa.” Bagi saya, lagu ini turut menginspirasi banyak saudari dan saudara yang sedang mengalami kepanikan karena Covid-19 yang lagi tenar ini. Dalam situasi yang sulit ini banyak orang coba mendekatkan diri kepada Tuhan melalui doa-doa, bahkan doa-doa itu dikirim berantai. Ada yang membuka Kitab Suci dan membaca serta merenungkan ayat-ayat yang berhubungan dengan kuasa Tuhan untuk menyembuhkan pasien yang terserang wabah penyakit. Dari situ saya berpikir bahwa seharusnya demikian ketika ada cobaan, penderitaan, kemalangan maka orang harus mengingat kedekatan Yesus dengan dirinya. Tuhan Yesus tidak jauh dari kita, Dia hanya sejauh doa. Tuhan begitu dekat dengan kita dan Ia tetap peduli dengan kita.

Kita berada dalam masa Prapaskah pekan ketiga. Masa prapaskah merupakan masa di mana kita semua mendekatkan diri kepada Tuhan dan sesama melalui doa, puasa dan amal kasih. Berkaitan dengan doa, kita semua mendekatkan diri kepada Tuhan yang lebih dahulu dekat dengan kita dengan melakukan ketetapan-ketetapan Tuhan dengan setia. Kita mempunyai sepuluh perintah Allah dan lima perintah Gereja. Kita bangga memilikinya tetapi apakah kita mencintai dan melakukannya di dalam hidup ini. Saya memberi contoh lima perintah gereja yang kita banggakan: Pertama, Rayakan hari raya yang disamakan dengan hari Minggu. Kedua, ikutilah perayaan Ekaristi pada hari Minggu dan pada hari raya yang diwajibkan; dan janganlah melakukan pekerjaan yang dilarang pada hari itu. Ketiga, berpuasa dan berpantanglah pada hari yang ditentukan. Keempat, mengaku dosalah sekurang-kurangnya sekali setahun. Kelima, menyambut Tubuh Tuhan pada Masa Paskah. Dari kelima perintah Gereja ini, apakah kita sudah melakukannya secara maksimal?

Di hadapan Tuhan banyak orang Katolik yang masih memiliki prinsip BEJ. Menurut Tung Desem Waringin dalam bukunya Financial Revolution, beliau mengungkapkan ada tipikal mental yang sudah umum pada manusia, yaitu Blame, Excuses dan Justify. Blame adalah sikap pribadi tertentu yang suka menyalahkan orang lain. Excuses adalah sikap pribadi tertentu yang selalu mencari alasan untuk membenarkan dirinya. Justify adalah sikap pribadi tertentu yang suka menghakimi orang menurut ukurannya sendiri. Kita kembali kepada kelima perintah Gereja yang menjadi kebanggaan kita. Perintah ketiga tentang berpuasa dan berpantang selama masa ini. Ada orang katolik yang blame dengan mempersalahkan orang lain karena mereka tidak berpuasa dan pantang. Ada yang mencari alasan untuk membenarkan dirinya dengan mengatakan bahwa ‘lupa hari puasa dan pantang’. Ada yang menghakimi orang yang tidak sempat berpuasa dan berpantang. Itulah BEJ kebanggaan orang katolik zaman now. Menyedihkan!

Semua ini memang bukan hal yang baru. Musa pernah mengalaminya sendiri bersama bangsa Israel di padang gurun. Mereka banyak kali tidak setia kepada Tuhan, lebih banyak bersungut-sungut kepada Tuhan melalui Musa. Prinsip BEJ ada dalam bathin bangsa Israel. Namun satu hal yang Tuhan tunjukkan kepada mereka melalui Musa adalah dengan bersikap sabar menghadapi bangsa Israel yang tegar hati. Musa mengumpulkan bangsa Israel dan berkata kepada mereka: “Maka sekarang, hai orang Israel, dengarlah ketetapan dan peraturan yang kuajarkan kepadamu untuk dilakukan, supaya kamu hidup dan memasuki serta menduduki negeri yang diberikan kepadamu oleh Tuhan, Allah nenek moyangmu.” (Ul 4:1). Dengan mendengar dan melakukan ketetapan atau perintah-perintah Tuhan maka orang akan hidup di hadirat Tuhan. Musa juga berharap agar bangsa Israel setia kepada Tuhan. Musa berkata: “Lakukanlah itu dengan setia, sebab itulah yang akan menjadi kebijaksanaanmu dan akal budimu di mata bangsa-bangsa yang pada waktu mendengar segala ketetapan ini akan berkata: Memang bangsa yang besar ini adalah umat yang bijaksana dan berakal budi.” (Ul 4:6). Semua ketetapan ini mengikat bangsa Israel secara turun temurun.

Tuhan Yesus tidak pernah BEJ dengan kita. Dia sendiri mengakui hal ini ketika berkata: “Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.” (Mat 5:17). Tuhan Yesus tidak mempersalahkan orang lain, membenarkan diri-Nya dan menghakimi orang lain. Dia justru menggenapi hukum Taurat dalam hal ini kasih dan kesetiaan kepada kehendak Bapa di Surga. Betapa rendahnya orang yang tidak setia melakukan hukum Tuhan. Bersukacitalah mereka yang melakukan hukum dan perintah Tuhan sebab mereka akan dekat dan terbuka kepada rahmat Tuhan. Tuhan Yesus mengatakan: Barangsiapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga.” (Mat 5:19).

Saya menutup homili hari ini dengan mengutip Mazmur ini: “Tuhan, Engkau menunjukkan jalan kehidupan kepadaku, dan hadirat-Mu menggembirakan daku.” (Mzm 15:11).Tuhan memberkati dan melindungi kita semua dari sakit penyakit kita. Tuhan Yesus ada sejauh doa kita semua.

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply