Homili 19 Mei 2020

Hari Selasa, Pekan ke-VI Paskah
Kis. 16:22-34
Mzm. 138:1-2a,2bc-3,7c-8
Yoh. 16:5-11

Merindukan Penghibur

Saya pernah mengunjungi sebuah rumah yang hanya dihuni oleh sepasang suami istri yang sudah memasuki masa senja. Ketika tiba di rumah itu rasanya begitu sepi, seperti tak ada penghuni. Ternyata mereka berdua sedang duduk-duduk di taman belakang sambil memperhatikan tanaman-tanaman hijau. Mereka kaget dengan kedatangan saya. Saya mengatakan bahwa kedatangan saya hanya merupakan sebuah kunjungan biasa, karena sudah cukup lama saya tidak melihat mereka berdua pergi ke Gereja. Mereka lalu menceritakan banyak hal tentang pengalaman saling merawat di usia senja. Ada dua hal yang membuat saya terpesona dengan sharing pasutri ini, pertama, mereka mengakui bahwa semakin usia bertambah cinta kasih di antara mereka semakin kuat. Kedua, mereka selalu merindukan anak-anak dan cucu-cucu sebagai penghibur di kala mereka kesepian. Bagi saya, pengalaman pasutri ini sangat meneguhkan keluarga-keluarga tertentu, yang semakin lama ikatan cinta kasih mereka semakin longgar, cinta kasihnya terasa makin hambar ‘tidak seperti doeloe lagi’. Pengalaman pasutri ini juga mengingatkan tentang kerinduan supaya keluarga tetap bersatu dan bertumbuh dalam kebahagiaan.

Kita mendengar kelanjutan kisah Yesus dan para murid-Nya dalam malam perjamuan terakhir. Tuhan Yesus memberikan amanat-Nya kepada mereka, dan di harapkan mereka dapat memahami dan melakukannya. Yesus mengulangi lagi perkataan-Nya bahwa Dia pergi kepada Bapa yang sudah mengutus-Nya ke dunia untuk menyelamatkannya. Tentu saja para murid merasa kehilangan, berduka cita. Kepergian Yesus kepada Bapa memang sangat berguna supaya sang Penghibur yang diminta Yesus kepada Bapa dapat segera diutus dalam nama-Nya sebagai Putera Allah. Kalau saja Yesus tidak pergi maka Penghibur juga tidak akan datang kepada kita.

Apakah peran dari sang Penghibur? Sang Penghibur atau Paracletos atau Roh Kebenaran datang untuk mengajar dan mengingatkan manusia akan segala sesuatu yang sudah diajarkan dan di lakukan Yesus. Sang Penghibur memberi kesaksian tentang Yesus sang Putra, dengan demikian kita juga kita yang didampingi dan tinggal bersama Penghibur memiliki tanggung jawab untuk bersaksi.Gereja sepanjang zaman melakukan tugas perutusannya untuk bersaksi tentang Yesus Kristus dengan kuasa Roh Kudus, sang Penghibur sejati. Pada hari ini kita mendengar peran lain dari Penghibur yakni menginsyafkan dunia akan tiga hal berikut ini:

Pertama, Penghibur menginsyafkan dunia akan dosa. Dosa itu tindakan melawan kasih Allah. Salah satunya adalah ada rasa tidak percaya kepada Tuhan Yesus. Orang-orang yang mendengar Yesus dan melihat tanda-tanda heran pada saat itu masih tidak percaya kepada-Nya. Orang-orang masa kini yang sudah tidak melihat Yesus dengan matanya sendiri hidup di dalam dosa. Orang-orang yang terbiasa hidup dalam dosa akan lupa diri bahwa dia orang berdosa. Maka kita butuh Roh Kebenaran untuk menginsyafkan kita bahwa kita orang berdosa dan perlu bertobat. Apakah anda merasa diri sebagai orang berdosa? Apakah anda mendekatkan diri pada sakramen tobat?

Kedua, Penghibur akan menginsafkan dunia akan Kebenaran. Tuhan Yesus adalah Kebenaran. Ia mengakui diri sebagai Jalan, Kebenaran dan Hidup. Tuhan Yesus sebagai Kebenaran yang memerdekakan kita dari dosa dan kematian. Tuhan Yesus adalah Kebenaran sejati yang kembali kepada Bapa dan dunia tidak melihat-Nya lagi. Yesus adalah Allah dari Allah maka Dia kembali kepada Allah sendiri.

Ketiga, Penghibur menginsyafkan dunia tentang penghakiman. Kita semua percaya bahwa Yesus akan datang untuk mengadili orang yang hidup dan mati. Dia akan mengadili kita bukan berdasarkan berapa gudang dosa yang sudah kita lakukan. Ia mengadili kita berdasarkan kasih kepada Tuhan dan sesama manusia. Dia adalah kasih dan mengadili dengan kasih. Kita mengenal tujuh perbuatan kerahiman yang akan Tuhan pakai untuk mengadili kita pada hari Penghakiman yaitu memberi makan kepada orang yang lapar, memberi minum kepada orang yang dahaga, memberi pakaian kepada mereka yang tidak memilikinya, memberi tumpangan kepada orang asing atau tuna wisma, mengunjungi orang-orang sakit, mengunjungi orang di dalam penjara dan menguburkan orang mati. Semua pekerjaan kerahiman jasmani ini kita lakukan bagi Yesus di dalam diri sesame yang seperti ini.

St. Yohanes Paulus II dalam Ensiklik Dominum et Vivificantem no. 24, mengatakan: “Tidak ada pengutusan Roh Kudus (setelah dosa asal) tanpa salib dan kebangkitan: “Sebab jika Aku tidak pergi, Penghibur tidak akan datang kepadamu; sebaliknya jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu.” (Yoh 16:7). Tuhan tetap bekerja dan membaharui hidup kita melalui Roh Kudus. Untuk itu kita perlu selalu bersyukur atas kasih dan kebaikan Allah.

Apa yang harus kita lakukan?

Tuhan Yesus mengatakan tentang perpisahan dengan para murid-Nya, namun tanggung jawab untuk melanjutkan pekerjaan-pekerjaan Yesus harus tetap dilakukan. Para rasul menjadi misionaris ke mana-mana untuk mewartakan Injil. St. Paulus dan Silas, adalah model misionaris sejati. Mereka mengalami banyak penganiayaan dan dipenjarakan tetapi mereka tetap tabah dan kuat untuk menjalani semangat misionernya. Buah dari ketabahan mereka ini adalah pertobatan bagi banyak orang. Hal terpenting adalah percaya kepada Yesus. Maka ketika membaptis keluarga kepala penjara di Filipi, Paulus dan Silas mengatakan: “Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu.” (Kis 16:31). Kita perlu menata diri untuk bertumbuh dalam iman kepada Kristus. Kita percaya bahwa Yesus adalah satu-satunya Penyelamat kita. Apakah kita masih percaya kepada Tuhan? Apakah kita merindukan Tuhan di dalam hidup kita?

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply to Anonymous Cancel reply