Renungan 31 Agustus 2013

Hari Sabtu, Pekan Biasa XXI

1Tes 4:9-11

Mzm 98:1.7-8.9

Mat 25: 14-30

Harga Sebuah Kasih Persaudaraan

Ketika masih menjadi mahasiswa di Yerusalem, saya merasakan betapa bernilainya kasih persaudaraan di dalam sebuah komunitas biara. Saya adalah satu-satunya mahasiswa dari Indonesia bersama para konfrater dari 25 negara yang berbeda. Kami semua tinggal bersama dalam komunitas, multi bahasa terutama bahasa-bahasa neolatin dan Inggris. Pada mulanya saya merasakan banyak benturan budaya tetapi lama kelamaan saya merasakan nilai luhur persaudaraan sejati bersama puluhan konfrater di dalam komunitas. Kebersamaan sebagai pengikut Kristus dari dekat, sebagai anggota tarekat yang sama: satu dalam semangat Salesian Don Bosco, satu perutusan kepada kaum muda yang miskin, satu bapa, guru dan sahabat yaitu Don Bosco. Setiap kali keluar dari komunitas, semua orang melihat komunitas kami yang paling majemuk tapi kompak. Semuanya kelihatan sehati dan sejiwa seperti komunitas gereja perdana. Saya melewati tahun-tahun sebagai mahasiswa teologi hingga imamat yang sangat indah.


Setiap orang memiliki pengalaman kasih persaudaraan yang berbeda-beda. Pengalaman itu bisa saja mendidik, menguatkan dan membuat orang bertumbuh dalam kasih. Santo Paulus menanamkan nilai-nilai kasih persaudaraan kepada jemaat di Tesalonika. Kasih itu bagi Paulus berasal dari Allah sendiri dan mereka memiliki kewajiban untuk menghayatinya dalam kebersamaan sehingga semuanya dapat mencapai kekudusan. Kasih yang dialami berasal dari Allah maka mereka juga harus membaginya kepada saudara-saudari, bahkan orang asing sekalipun. Paulus memang mengerti situasi orang-orang Tesalonika dan percaya bahwa mereka pasti akan menghayati kasih persaudaraan, namun Paulus meminta sesuatu yang lebih. Cinta kasih persaudaraan harus lebih bertumbuh, lebih dihayati karena mereka sendiri mengenal dan mengimani Yesus Kristus. Cinta kasih persaudaraan haruslah menjadi identitas komunitas kristiani dan pribadi orang yang percaya kepada Yesus Kristus. Kekudusan adalah tujuan utama dari kasih persaudaraan.


Komunitas persaudaraan juga disokong oleh sikap saling menghormati dan menghargai satu sama lain.Orang boleh mengatakan banyak hal tentang cinta dan kasih tetapi lupa sikap saling menghormati dan menghargai manusia sebagai manusia. Santo Paulus kepada jemaat di Tesalonika mengatakan bahwa setiap pribadi mengharapkan untuk dihormati dan dihargai. Untuk itu ketika orang bertumbuh dalam kasih, dengan sendirinya orang juga semakin bertumbuh dalam sikap saling menghormati dan menghargai sebagai sesama. Banyak orang tidak mampu menghargai dan menghormati sesamanya, tetapi selalu berdalil mampu mengasihi. Ini adalah suatu kebohongan! Sikap saling menghargai, menghormati dan mengasihi sebagai saudara membantu setiap pribadi untuk berjalan dalam kekudusan.


Di dalam bacaan Injil hari ini, Yesus memberikan perumpamaan tentang Talenta. Sebagaimana perumpamaan tentang sepuluh gadis terpilih yang menyongsong kedatangan sang Pengantin, aspek kebijaksanaan, keaktifan juga sangat ditekankan dalam perumpamaan ini. Para murid Yesus diharapkan aktif menyiapkan diri untuk menanti kedatangan Tuhan. Dikisahkan dalam perumpamaan ini bahwa ada seorang yang mau bepergian ke luar negeri. Ia memanggil tiga hambanya dan mempercayakan kepada mereka hartanya. Hamba pertama diberi lima talenta, hamba kedua diberinya dua talenta dan hamba ketiga satu talenta. Semua talenta itu dipercayakan berdasarkan kemampuan masing-masing hamba. Ketiga hamba ini diharapkan menunjukkan kreativitas mereka supaya kepercayaan dari tuannya itu dapat terwujud. Hamba pertama menjalani uang itu dan mendapat keuntungan lima talenta. Hamba kedua menjalani uang itu dan mendapat keuntungan dua talenta. Hamba ketiga membawa uang itu ke rumahnya, menggali lobang dan menyembunyikan uang tuannya.


Setelah melewati waktu yang cukup lama, tuan itu kembali dan membuat perhitungan dengan ketiga hambanya. Hamba pertama membawa talenta pemberian tuannya serta keuntungan lima talenta. Tuannya sangat senang dan menganggapnya setia dalam perkara kecil maka ia mendapat tempat yang layak dalam kebahagiaan tuannya. Hal yang sama terjadi untuk hamba kedua yang membawa dua talenta tuannya beserta keuntungannya dua  talenta. Hamba ketiga menghadap tuannya. Sambil memberi talenta ia bersungut-sungut terhadap tuannya: “Tuan, aku tahu bahwa tuan adalah manusia yang kejam yang menuai di tempat di mana tuan tidak menabur dan yang memungut dari tempat di mana tuan tidak menanam. Karena itu aku takut dan pergi menyembunyikan talenta tuan itu di dalam tanah: Ini, terimalah kepunyaan tuan!” Tuan itu marah dan mengataan kepadanya sebagau hamba yang jahat. Talenta itu pun diambil dari padanya kemudian dia sendiri dicampakan ke tempat yang paling gelap.


Perumpamaan tentang talenta kalau dibaca dalam kacamata kristiani, kiranya dapat dipahami seperti ini: Tuan yang mempercayakan talenta kepada ketiga hamba sesuai kemampuan mereka adalah Yesus sendiri. Tuan itu pergi dalam waktu yang lama itu adalah waktu penantian di mana Yesus akan datang untuk mengadili orang yang hidup dan mati. Dia akan datang dalam kemuliaan sebagai Anak Manusia. Untuk itu para hamba yakni para murid harus berusaha untuk menumbuhkan kebajikan-kebajikan (talenta) yang sudah dianugerahkan sehingga menghasilkan buah dalam ketekunan. Pada saat yang tepat, Tuhan akan mengadili setiap pribadi sesuai dengan sikap hidup setiap pribadi. Dalam arti, orang itu menggunakan semua kemampuan yang diberikan Tuhan untuk kebaikan dirinya dan sesama. Mengapa? Karena Tuan itu menunjukkan sikapnya yang bagus yakni murah hati dan percaya kepada para hambanya.


Tuhan murah hati dan selalu menaruh kepercayaan kepada masing-masing kita. Ia sudah menganugerahkan segala kebajikan di dalam diri kita. Ia memberi segalanya kepada kita karena ia sangat mengasihi. Untuk itu, kita juga diharapkan mengembangkan segala kebajikan yang sudah diberikan Tuhan supaya semua orang dari berbagai lapisan dapat bertumbuh dalam kasih persaudaraan. Tuhan akan mengadili kita berdasarkan sikap kita dalam mengembangkan semua anugerah di dalam diri kita. Kita masih punya waktu untuk mengembangkan talenta yang Tuhan percayakan. Jangan putus asa, maju terus, hingga ikut dalam perjamuan kekal di surga.


Doa: Tuhan, kami bersyukur atas segala anugerah yang Engkau limpahkan kepada kami. Semoga semua talenta yang Engkau berikan dapat kami kembangkan dan juga membuat kami bertumbuh dalam kasih kasih persaudaraan. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply