Renungan 12 September 2013

Hari Kamis, Pekan Biasa XXIII
Kol 3:12-17
Mzm 150: 1-2.3-4.5-6
Luk 6:27-38

 

Hiduplah Rukun Sebagai Saudara!

 

Ketika masih kuliah di Yerusalem, ada seorang konfrater sakit berat dan diopname di Hadassah Medical Center. Kami secara bergilir menunggunya di Rumah Sakit Hadassah. Konfrater ini juga harus menjalani sebuah operasi berat sehingga perlu bantuan donor darah. Sebanyak enam konfrater dari Amerika Latin dan Asia siap memberi darahnya kepada seorang konfrater berkulit putih dari Italia. Namun mengherankan karena para dokter di Hadassah Medical Center tidak mengijinkannya karena mereka mengatakan rasnya berbeda. Salah seorang konfrater berusaha menjelaskannya tetapi sia-sia saja karena ditolak oleh team dokter. Mereka mau supaya para pendonor haruslah berkulit putih. Ini sebuah pengalaman menarik di Yerusalem yang tidak terlupakan. Memang di dalam hidup membiara hal ini mudah dijelaskan tetapi di hadapan dunia, sangat sulit dijelaskan, apalagi di hadapan orang Yahudi. Persaudaraan sejati dapat dibangun bersama di dalam sebuah komunitas hidup membiara tetapi tidak dapat dipahami dengan baik oleh orang yang tidak menghayatinya secara langsung. Di dalam komunitas hidup membiara, masing-masing anggota mau mewujudkan persaudaraan sejati yang terpancar dalam segala kebajikan, terutama cinta kasihnya.

St. Paulus melanjutkan diskursusnya tentang manusia baru bagi jemaat di Kolose. Ia menekankan ciri khas manusia baru di dalam Yesus Kristus. Manusia baru di dalam Yesus Kristus bukan hanya bebas dari dosa dan salah yang selalu menguasai manusia tetapi lebih dari itu ada kesadaran untuk bertobat dan merasakan kasih Allah. Paulus menulis: “Saudara-saudara, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan  dan dikasihiNya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemah lembutan dan kesabaran” (Kol 3:12). Kebajikan-kebajikan ini merupakan kebajikan Kristus sendiri yang harus dimiliki oleh orang yang mengikutiNya. Ketika memandang manusia, Yesus Kristus selalu tergerak hati oleh belas kasihan. Dia murah hati, lemah lembut dan rendah hati serta sabar dengan manusia. Percumalah sebagai pengikut Kristus tetapi hidup jauh dari apa yang diajarkan Yesus Kristus. Apakah anda rendah hati, sabar, lembut hati dan berbelaskasih?

Manusia baru di dalam Kristus itu sabar dan suka mengampuni. Bagaimana mewujudkannya? Setiap pribadi harus sabar dengan dirinya sehingga ia juga dapat sabar terhadap orang lain. Ia mengampuni dirinya sehingga ia juga mampu mengampuni sesama yang lain. Semua ini, bagi Paulus, karena Tuhan sudah melakukanNya terlebih dahulu kepada kita. Artinya, Tuhan sudah sabar dan mengampuni kita maka kita pun melakukan hal yang sama kepada diri kita dan sesama. Semua kebajikan ini mengantar kita kepada puncak segala kebajikan yakni Kasih. Paulus mengatakan: “Kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan”. Kasih adalah Allah sendiri (1Yoh 4:8.16). Dialah yang sempurna adanya sehingga kita pun dipanggil untuk menjadi sempurna, kudus dan tak bercela di hadiratNya. Kasih itu segalanya!

 

Manusia baru di dalam Kristus memiliki damai di dalam hatinya. Paulus mengatakan, “Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah di dalam hatimu”. Ini adalah sebuah pemberian dari Tuhan Tuhan dan patut disyukuri. Kita ingat Tuhan Yesus Kristus dalam amanat perpisahanNya mengatakan kepada para muridNya: “Damai sejahtera Kutinggalkan kepadamu. Damai sejahteraKu, Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan itu tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu” (Yoh 14:27). Bagi orang yang mendengar Sabda ini, Yesus juga berkata kepadanya: “Berbahagialah orang yang membawa damai karena mereka akan disebut anak-anak Allah” (Mat 5:9). Damai berasal dari Tuhan Yesus, sang Pangeran perdamaian. Manusia baru di dalam Kristus mampu mendengar Sabda dan melakukannya di dalam hidupnya. Sabda Tuhan itu memiliki power untuk mengubah seluruh hidup manusia. Maka Paulus mengatakan: “Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia, kepada Allah dan Bapa kita.” (Kol 3:17). Apakah anda juga suka bersyukur kepada Tuhan atas segala yang anda alami setiap hari?

St. Paulus tentu tidak hanya mengatakan semua nasihat ini kepada jemaat di Kolose tetapi ia mengatakan kepada kita semua sebagai Gereja saat ini. Damai sejati itu berasal dari dalam hati setiap orang yang terbuka kepada Tuhan. Di dalam hati kita terdapat berbagai kebajikan luhur seperti kerendahan hati, kelembutan hati, kesabaran dan kerahiman. Di dalam hati manusia, Sabda Yesus sungguh menjadi daging. Untuk itulah Paulus meminta supaya hari demi hari harus selalu ada rasa syukur di dalam hati setiap pribadi.

 

Yesus di dalam Injil Lukas menyempurnakan

semua pengajaran Paulus. Bagi Lukas, hukum dasar yang harus dihayati sebagai saudara adalah mengasihi Allah dan mengasihi sesama dengan seluruh totalitas kehidupan sebagai manusia. Cinta kasih yang sempurna ditunjukkan dengan mengasihi semua orang, bahkan musuh sekali pun patut di kasihi. Manusia baru di dalam Kristus adalah pribadi yang tidak membalas kejahatan dengan kejahatan tetapi membalas kejahatan dengan kebaikan. Ia juga suka mengampuni dan murah hati. Tentang hal ini Yesus berkata: “Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu, mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu, berdoalah bagi mereka yang mencaci kamu.” (Luk 6:27-28). Lihatlah, kasih lebih kuat dari benci, berkat lebih kuat dari kutuk dan berdoa  juga lebih mujarab dan kuat dari pada kata-kata cacian. Mari kita menjadi manusia baru, manusia yang sungguh-sungguh mau menjadi saudara.

 

Doa: Tuhan Yesus, bantulah kami untuk mewujudkan persaudaraan sejati sesuai kehendakMu di dalam keluarga kami masing-masing. Amen
PJSDB
Leave a Reply

Leave a Reply