Renungan 13 September 2013

St. Yohanes Krisostomus
Hari Jumat, Pekan Biasa XXIII
1Tim 1:1-2.12-14
Mzm 16: 1.2a.5.7-8.11
Luk 6:39-42

Aku telah dikasihiNya!
Dalam sebuah rekoleksi komunitas, romo yang mendapat kepercayaan untuk membimbing rekoleksi mangajak kami semua selaku peserta rekoleksi untuk melihat masa lalu kami masing-masing, menyadarinya dan menyatakan syukur senantiasa kepada Tuhan yang telah memanggil dan memilih kami semua untuk menjadi abdinya. Setelah melihat masa lalu masing-masing, kami semua berkumpul untuk sharing pengalaman dan saling meneguhkan. Pada umumnya para peserta menyadari keutamaan-keutamaan yang menjadi kekuatan di dalam hidupnya saat ini, dan sangat menyadari kelemahan-kelemahan pribadi yang perlahan-lahan mengantar kepada pertobatan radikal. Misalnya, ada seorang romo yang membandingkan dirinya dengan teman-teman lain. Teman-temannya lebih pintar, berbakat, rajin ke gereja sedangkan dia sebelumnya malas belajar, kurang berbakat dan malas berdoa dan ia merasa aneh karena justru ia yang menjadi imam sedangkan mereka yang lain gagal dalam proses pembinaan awal. Saya yakin banyak di antara kita kalau melihat masa lalu, membandingkan dirinya dengan teman-teman lain akan merasa kaget dengan kebesaran Tuhan di dalam dirinya.
Setelah kita mendengar diskursus Paulus tentang menjadi manusia baru di dalam Kristus dalam tulisannya kepada Jemaat di Kolose, pada hari ini kita mendengar sharing pengalaman masa lalunya kepada Timotius. Surat kepada Timotius merupakan sebuah surat pastoral dari Paulus kepada Timotius seorang Gembala di dalam Gereja. Timotius menjadi utusan khusus Paulus meskipun tidak bergelar rasul. Namun demikian ia bertindak sebagai pelayan Sabda yang berpindah-pindah dan memiliki kewenangan atas gereja-gereja lokal. Pengalaman Timotius juga mirip dengan pengalaman Titus sebagai utusan khusus Paulus.
Apa yang Paulus katakan tentang dirinya sendiri? Ia menulis dengan jujur kepada Timotius: “Dari Paulus, rasul Yesus Kristus, atas perintah Allah penyelamat kita dan Yesus Kristus, dari pengharapan kita, kepada Timotius putraku yang sejati dalam iman”. Kita langsung melihat bagaimana Paulus menyadari hidup dan panggilannya. Semua yang sedang ia lakukan bukan dari dirinya sendiri tetapi semuanya berasal dari Allah Tritunggal Mahakudus. Allah Tritunggal Mahakudus memberi rahmat, kerahiman dan damai. Pemberian Tuhan kepada Paulus ini masih tetap di rasakan di dalam Gereja hingga saat ini.
Setelah memandang Allah sebagai sumber hidup dan asal segala rahmat, kerahiman dan damai, Paulus tunduk dan dengan rendah hati memandang dirinya di hadirat Tuhan Allah sendiri. Ternyata ia menemukann dirinya sebagai orang yang tidak sempurna namun demikian ia bersyukur kepada Tuhan karena disempurnakan oleh Allah. Tentang hal ini Paulus menulis: “Aku mengucap syukur kepada Kristus Yesus, Tuhan kita, yang telah memberi kekuatan kepadaku karena Ia menganggap aku setia dan telah menentukan aku untuk tugas-tugas pelayananNya, sekali pun aku seorang penghujat, seorang musuh yang menganiaya umat Allah”. Paulus menyadari bahwa ia pernah berbuat jahat karena ia belum tahu dan tidak menyadari perbuatannya. Namun karena kerahiman Tuhan Yesus maka ia dapat berubah dan menjadi layak di hadiratNya. Semuanya ini ada karena belas kasih dari Yesus Kristus kepadanya.
Banyak orang malu untuk melihat masa lalunya yang gelap. Ada sikap “jaim” kalau diketahui teman-teman bahwa pada masa kecilnya ia seorang pemalas, pengecut, pernah jatuh dalam dosa dan lain-lain. Ini adalah sifat munafik di dalam hidup manusia. Hanya orang beriman yang dapat mengenal dirinya dan tunduk di hadirat Tuhan seraya memohon ampun. Kepada Timotius, Paulus menunjukkan bahwa sejahat-jahatnya hidup manusia, kejahatannya itu akan lenyap karena kasih Tuhan lebih besar dari segalanya. Kejahatan manusia itu hanyalah setetes air di atas samudera kasih Tuhan. Maka hanya orang rendah hati yang dapat mengenal dirinya, merasakan rahmat, kerahiman  dan damai dari Tuhan. Paulus sangat inspiratif bagi kita semua dalam menapaki jalan pertobatan.
Proses perubahan hidup atau pertobatan membutuhkan kebijaksanaan di dalam hidup. Yesus dalam bacaan Injil memberi perumpamaan untuk menjelaskan kebijaksanaanNya di dalam hidup manusia. Yesus mengatakan bahwa orang buta tidak dapat membimbing sesama orang buta karena mereka akan jatuh ke dalam lubang. Demikian juga seorang murid tidak melebihi gurunya, tetapi orang yang sudah tamat pelajarannya, akan menjadi sama dengan gurunya. Yesus mengorientasikan para muridnya: pada awal perjumpaan mereka, para murid masih buta dengan hidup di hadiratNya. Kini mereka mendapat pembinaan sebagai murid dan pada saat yang tepat mereka juga akan menyerupaiNya.Yesus adalah guru sejati. Seluruh hidupNya akan menjadi model bagi semua orang yang mengikutiNya dari dekat. Hidup sebagai martir pun dialami oleh para muridNya. Satu hal yang penting di sini adalah kerendahan hati manusia untuk saling mengampuni dan menerima satu sama lain. Yesus mengumpamakan dengan “mengeluarkan balok” di mata sendiri supaya dapat memandang sesama lain sebagai saudara.
Sabda Tuhan pada hari ini sangat inspiratif bagi kita semua. Paulus merasakan rahmat, kerahiman dan damai dari Tuhan Allah Tritunggal karena ia rendah hati di hadiratNya. Ia mampu melepaskan balok di matanya sendiri sehingga layak menjadi murid dan rasul Yesus Kristus. Kita sendiri mungkin masih dikuasai sikap egois sehingga tidak mampu bertobat. Kita perlu mawas diri dan mengenal diri kita sebagai pribadi laksana bejana tanah liat yang banyak rapuhnya. Apabila kita bersedia untuk berubah maka kita pun akan menjadi bejanah yang sempurna dan berguna. Kalau kita rendah hati maka balok di mata kita, keegoisan, kesombongan hidup akan berubah menjadi kerendahan hati di mana kita sungguh-sungguh membentuk gereja sebagai sebuah persaudaraan sejati. Pertanyaan untuk direfleksikan: Apakah anda dan saya merasa dikasihi Tuhan seperti Paulus?
Doa: Tuhan Yesus Kristus, bantulah kami untuk bertumbuh di dalam kasih. Semoga kami mampu mengenal diri kami dengan segala kelebihan dan kekurangan supaya kami sungguh-sungguh layak bagiMu. Amen
PJSDB
Leave a Reply

Leave a Reply