Homili Pesta Salib Suci 2013

Bil 21:1-4 atau
Flp 2:6-11
Mzm 78: 1-2.34-35.36-37.38
Yoh 3:13-17
Sebab dengan Salib SuciMu…!
Ada seorang sahabat saya pernah membagi pengalaman imannya. Ia berkisah bahwa ketika masih menjadi mahasiswa, ia mengalami krisis iman. Ia merasa lebih banyak menggunakan logika dalam hal misteri iman, meragukan eksistensi Allah, malas ke Gereja. Ia merasa tidak lagi membutuhkan Tuhan padahal ia sendiri lahir dan besar di dalam sebuah keluarga katolik yang saleh. Banyak kali orang tua, teman-teman bahkan romo mengingatkannya untuk kembali ke Gereja, tetapi ia tetap pada pendirian untuk tidak kembali ke Gereja. Situasi berubah ketika ia diajak teman akrabnya untuk mengikuti jalan Salib. Selama ibadat Jalan salib berlangsung ia merasakan sesuatu yang berbeda dari hari-hari lain ketika ia ke Gereja. Setiap kali mengucapkan kalimat: “Sebab dengan salib suciMu, Engkau telah menebus dunia” hatinya merasa berkobar-kobar. Matanya pun selalu terarah kepada salib, sambil mengulangi: “Sebab dengan salib suciMu, Engkau telah menebus dunia”. Ketika ia kembali ke rumah kalimat yang sama tetap muncul dalam pikirannya. Ia kemudian berlutut dan memohon pengampunan dari Kristus tersalib. Baginya, Salib Kristus berarti baginya  karena Kristus sendiri sudah memenangkannya. Ia berubah dari pribadi yang hatinya keras menjadi lembut.
 
Pada hari ini bersama seluruh Gereja Katolik, kita merayakan Pesta Salib Suci. Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari ini memfokuskan perhatian kita bukan pada pohon Salib tetapi pada figur Kristus sendiri yang disalibkan. Dialah yang mengalahkan kuasa Salib, palang hina, simbol dosa dan salah manusia dengan kebangkitanNya yang mulia. Di dalam bacaan pertama, dikisahkan tentang situasi bangsa Israel di padang gurun. Mereka berangkat dari Gunung Hor ke  arah Laut Teberau supaya dapat mengelilingi tanah Edom. Pada waktu itu bangsa Israel sudah mulai merasa lapar dan haus sehingga mereka bersungut-sungut kepada Musa dan Tuhan. Mereka berkata kepada Musa: “Mengapa kamu memimpin kami keluar dari Mesir?  Supaya kami mati di padang gurun ini? Di sini tidak ada roti dan air. Kami telah muak dengan makanan hambar ini (manna dan burung puyu)”. Rasa bersungut-sungut ini dibalas dengan hukuman berupa pagutan ular tedung sehingga banyak orang Israel meninggal dunia. Namun demikian, Tuhan tetap mengasihi dan berkehendak untuk menyelamatkan manusia yang berdosa kepadaNya, lebih lagi ketika melihat orang Israel menyesali dosa-dosa mereka di hadapan Musa. Musa pun mendoakan bangsa yang berdosa ini. Hati Tuhan dilunakannya. Tuhan menyuruh Musa membuat patung ular tedung dan meletakkannya pada sebuah tiang yang tinggi. Maka setiap orang yang dipagut ular dan memandang kepada patung ular itu, ia akan tetap hidup.
 

Pengalaman Israel di dalam dunia Perjanjian Lama, diangkat kembali oleh Yesus dalam perbincanganNya dengan Nikodemus. Ia mengatakan kepada Nikodemus: “Tidak seorang pun yang telah naik ke surga, selain Dia yang telah turun dari surga yaitu Anak Manusia. Sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak manusia  harus ditinggikan supaya setiap orang yang percaya kepadaNya akan memperoleh hidup kekal” Yesus sedang mewahyukan diriNya kepada Nikodemus bahwa Dialah Mesias yang datang untuk menyelamatkan manusia. Dia sendiri yang telah turun dari Surga dan akan naik kembali ke surga. Yesus sendiri sudah tahu bahwa Ia akan mengalami penderitaanNya di Salib namun ketika Yesus di Salibkan dan semua orang memandang kepadaNya, mereka akan memperoleh hidup kekal.

 

Yesus melakukan semuanya ini karena Ia sangat mencintai manusia. Tidak ada alasan yang lain. Ia mengakui dengan terus terang: “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa melainkan memperoleh hidup kekal.” Yesus memang diutus Bapa untuk menyelamatkan manusia. Pernyataan Yesus ini sangat menarik perhatian kita. Ia sudah tahu bahwa Ia akan menderita, sengsara dan wafat di salib, namun Ia juga tetapi teguh mewujudkan rencana Allah Bapa di dalam diriNya. Tentu saja semuanya ini karena cinta kasih dan kerendahan hati Yesus di hadapan Bapa dan manusia. Ia adalah Anak Tunggal Allah tetapi dianugerahkan Bapa kepada manusia sebagai satu-satunya Juru Selamat.St. Paulus dengan tepat melukiskan kerendahan hati Yesus dalam tulisannya kepada jemaat di Filipi. Bagi Paulus, “Yesus Kristus, walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah sebagai milik yang harus dipertahankan”. Ia rela berbagi dengan manusia. Bagaimana ia dapat berbagi dengan manusia? Menurut Paulus, “Yesus telah mengosongkan diri (kenosis), mengambil rupa seorang hamba, menjadi sama dengan manusia. Ia merendahkan diriNya, Ia taat sampai mati bahkan mati di kayu salib”.  Kerendahan hati dan saling berbagiNya dengan manusia membuat Ia sangat ditinggikan oleh Allah, namaNya juga di atas segalanya. Segala sesuatu akan taat dan mengakuiNya sebagai Tuhan.Sambil merayakan Pesta ini, kita diajak untuk memandang Yesus Yang Tersalib. Ia telah menang atas Salib. Ia telah dihina sedalam-dalamnya oleh manusia yang sombong tetapi Ia juga diangkat setinggi-tingginya oleh Bapa di Surga. Di atas kayu Salib, Yesus akan menarik kita kepadaNya (Yoh 12:32). Ia memberikan hidupNya kepada siapa saja yang percaya kepadaNya termasuk anda dan saya saat ini. Kita juga harus senantiasa bersyukur kepada Tuhan karena kasihNya sempurna adanya. Ia rela memberikan PuteraNya yang tunggal sebagai Penebus dosa kita. Mari kita memandang Yesus yang tersalib tanpa henti dan bersyukur kepadaNya. Mari kita menerima  penebusan yang berlimpah dari padaNya.

Doa: Tuhan, Yesus Kristus, Engkau sangat mengasihi kami maka Engkau juga rela berkorban bagi kami dengan sengsara dan wafat di kayu salib. Bantulah kami untuk bertobat dan kembali kepadaMu. Semoga kami juga dapat memikul salib kami hari demi hari untuk mengikuti Engkau dari dekat. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply