Renungan 16 September 2013

St. Kornelius dan Siprianus

Hari Senin, Pekan Biasa XXIV

1Tim 2:1-8

Mzm 28: 2.7.8-9

Luk 7:1-10

Berdoalah tanpa henti


Seorang anak remaja menulis status Facebooknya: “Doa adalah nafas hidupku”. Saya bertanya kepadanya mengapa ia menulis status Facebooknya demikian. Ia menulis kepada saya bahwa hidup doanya lagi bermasalah dan ia diingatkan kembali akan kata-kata ibundanya sebelum meninggal dunia bahwa ia harus rajin berdoa supaya dapat menjadi orang yang sukses. Saya senang dengan jawaban polos seorang anak remaja usia kelas I SMP. Saya juga lebih senang lagi karena ia memiliki ibu yang baik, yang mengajarnya berdoa dan nasihat untuk tekun berdoa. Saya membayangkan kalau para orang tua dapat berdoa dan mendorong anak-anaknya untuk berdoa maka tentu dunia kita ini akan berubah menjadi lebih indah lagi.


St. Paulus dalam bacaan pertama mengingatkan Timotius anaknya untuk tekun berdoa. Paulus menulis: “Anakku, panjatkanlah doa-doa dan permohonan dan ucapan syukur kepada Allah bagi semua orang, bagi pemerintah, dan penguasa, agar kita dapat hidup aman dan tenteram dalam segala kesalehan dan kehormatan”. Tentu saja nasihat Paulus ini bukan hanya untuk Timotius, tetapi untuk semua jemaat yang digembalakan Timotius. Paulus mengetahui situasi saat itu maka ia menasihati Timotius dan jemaat supaya tekun berdoa, memohon dan bersyukur kepada Allah untuk intensi semua orang. Orang baik dan jahat didoakan Timotius sebagai gembala. Pemerintah dan penguasa juga didoakan untuk ketentraman banyak orang. Nasihat Paulus ini sangat actual dengan kehidupan kita saat ini. Di mana-mana orang mengeluh tentang pemerintah mulai dari ketua RT sampai presiden.Banyak yang berlaku tidak adil dan jujur. Mereka jahat  karena korupsim kolusi dan nepotisme. Paulus menasihati kita juga untuk mendoakan mereka supaya berubah menjadi baik. Kecenderungan kita adalah suka mengeritik pemerintah, berdemo atau bersikap frontal terhadap mereka dan lupa mendoakan mereka. Kuasa dan pelayanan mereka itu berasal dari Tuhan sesuai dengan janji yang mereka ucapkan. Bahwa mereka tidak beres, kita mohon supaya Tuhan membereskan mereka supaya menjadi orang yang baik.


Paulus mengatakan bahwa kalau kita berdoa bagi semua orang dan pemerintah, itu adalah perbuatan baik dan berkenan kepada Tuhan. Tuhan memperhatikan orang baik dan jahat. Orang baik disayangi, orang jahat diselamatkanNya serta memperoleh pengetahuan dan kebenaran. Permenungan Paulus semakin mendalam ketika menyadarkan Timotius bahwa doa-doa permohonan dan syukur itu ditujukkan kepada Allah kita yang Esa. Yesus Kristus PuteraNya yang tunggal juga Esa adanya. Dialah satu-satunya Pengantara kita kepada Bapa yang Esa di Surga.Paulus mengharapkan agar Timotius juga percaya kepada Allah yang Esa, dan Yesus Putra Tunggal Allah. Dengan mengimani Allah yang Esa, Timotius dapat membantu sesama yang lain untuk mengimaniNya juga. Paulus juga mengingatkan Timotius untuk tidak goyah imannya sebagai gembala karena apa yang dikatakannya itu benar. Semua ini karena doa tanpa henti yang selalu terarah kepada Allah yang Esa di dalam Yesus PuteraNya.


Kuasa doa menjadi sempurna dan dialami oleh orang yang sungguh-sungguh percaya kepada Kristus.Dalam bacaan Injil, Yesus membuat sebuah mukjizat penyembuhan jarak jauh karena iman orang lain.  Yesus diceritakan sedang menuju ke Kapernaun. Ada seorang perwira Romawi, kafir memikiki seorang hamba yang sangat dihargainya sedang sakit keras dan hamper mati. Perwira Romawi itu mengutus beberapa orang tua-tua Yahudi untuk bertemu dengan Yesus supaya menyembuhkann hambanya yang sedang sakit. Mereka memohon sambil menceritakan kebaikan dan jasa-jasa perwira Romawi itu. Yesus pun pergi ke rumah perwira itu, tetapi perwira juga menyuruh sahabat-sahabatnya untuk menyampaikan kepada Yesus supaya tidak bersusah-susah datang ke rumahnya karena ia merasa diri tidak layak menerima Yesus di dalam rumahnya. Oleh karena itu ia meminta supaya Yesus mengucapkan sepata kata saja supaya hambanya itu dapat sembuh. Yesus menyembuhkan hamba sang perwira sekaligus memuji iman perwira Romawi itu karena imannya besar melebih semua orang Israel.


Yesus membawa keselamatan universal. Ia tidak mengkhususkan diriNya untuk bangsa Israel, tetapi semua orang dari segala bangsa di kasihiNya. Perwira Romawi adalah orang kafir yang hanya mendengar tentang Yesus, tetapi dari pendengarannya itu membantu dia untuk mengimani Yesus secara pribadi. Imannya kepada Yesus menyelamatkan hambanya. Di samping iman kepada Yesus, doa juga menjadi kekuatan bagi para utusan perwira yakni para tua-tua Yahudi. Mereka mohon kepada Yesus untuk menyembuhkan. Mereka percaya bahwa Yesus dapat berbuat sesuatu yang terbaik bagi hamba sang perwira itu. Satu hal lain yang kita pelajari dari sang perwira adalah rasa cinta kasihnya kepada hambanya. Sikapnya ini menjadi challenge bagi kita semua terutama bagaimana kita memperlakukan para pembantu di rumah, atau para mitra kerja kita.


Saya pernah melihat seorang general manager yang begitu ramah dengan office boy di kantornya. Ia tidak membeda-bedakan kedudukan para karyawan di kantornya. Mereka semua adalah team work yang berjalan bersama. Sapaan-sapaan baik dari general manager kepada satpam di pintu, office boy di halaman sampai sekretaris di dalam ruangan membawa suasana yang nyaman dan hangat. Itulah cita-cita semua orang untuk merasakan kebahagiaan di tempat kerja. Mari kita belajar berdoa dengan tekun supaya Tuhan  yang Esa melalui Yesus PutraNya membantu kita melayani dengan sungguh-sungguh. Iman kita juga semakin bertumbuh dan cinta kasih kita meluas dan menjangkau semua orang.


Doa: Tuhan Bapa di dalam surga, kami bersyukur atas segala sesuatu yang Engkau berikan kepada kami. Doronglah kami agar selalu bersyukur kepadaMu dan menaruh semua harapan kepadaMu. Amen

PJSDB
Leave a Reply

Leave a Reply