Renungan 5 Oktober 2013

Hari Sabtu, Pekan Biasa XXVI

Bar 4:5-12.27-29
Mzm 69:33-37
Luk 10: 17-24

Kuatkanlah hatimu!

Apakah anda pernah mengingat-ingat kembali kesalahan yang pernah anda lakukan pada masa lalu? Anda mungkin menertawakan dirimu sendiri dan bertanya mengapa melakukan kesalahan tersebut. Saya mempunyai pengalaman seperti itu. setiap kali berjumpa dengan teman-teman sekolah, dari Sekolah Dasar sampai Sekolah Lanjutan, salah satu “agenda” penting yang kami bicarakan adalah mengenang kembali pengalaman bersama sewaktu masih bersama-sama di sekolah. Ada pengalaman yang baik dan menguatkan, ada juga pengalaman  melakukan kenakalan remaja secara sadar atau tidak sadar. Pada saat itu kami semua saling tertawa tanpa ada beban, setelah itu merenung dan merasa malu dengan sikap dan perilaku kenakalan remaja pada masa sekolah. Namun pengalaman itu selalu menjadi guru yang baik. Pengalaman selalu menjadi sebuah pedoman yang dapat mendewasakan dan mematangkan hidup pribadi secara jasmani maupun rohani.


Pada hari ini kita mendengar bacaan pertama dari Kitab Barukh. Ia mengingatkan kembali umat Israel atas dosa dan salah yang sudah mereka lakukan sehingga menyakiti hati Tuhan. Barukh berkata kepada sisa Israel: “Kuatkanlah hatimu, hai bangsaku yang menyandang nama Israel! Kalian telah dijual kepada bangsa-bangsa lain tetapi tidak dibinasakan. Kalian telah memurkakan Tuhan”. Barukh adalah sekretaris nabi Yeremia dan ia sedang mengingatkan Israel ketika mereka sudah mulai menetap kembali di Yerusalem supaya mencegah mereka supaya tidak jatuh lagi ke dalam dosa yang sama seperti yang dilakukan oleh nenek moyang mereka. Ia mengingatkan mereka akan perbuatan jahat yang pernah dilakukan nenek moyang mereka sehingga membuat Tuhan murka. Pengalaman dibuang ke Babel tetaplah mereka ingat sebagai akibat dari dosa dan salah yang mereka lakukan. 

Apa saja yang merupakan kejahatan yang dilakukan Israel sehingga menimbulkan murka Allah? Pertama, Israel mempersembahkan kurban kepada setan dan menjauhi Allah. Ini berarti Israel sudah mengarahkan hidup mereka kepada kejahatan dan melupakan Tuhan Allah yang mahabaik. Menurut Barukh Tuhan Allah itu laksana Pengasuh yang kekal. Bukan hanya Tuhan, Yerusalem juga disakiti padahal merupakan ibu pengasuh mereka. Kedua, Israel berangan-angan untuk menjauhkan diri dari Allah. Mereka membuat ilah-ilahnya sendiri dan menyembahnya. Perbuatan jahat yang mereka lakukan mendatangkan murka Allah. Tetapi Tuhan Allah tetaplah kasih yang kekal. Ia tidak membinasakan mereka, Ia justru tetap mengasihi dan memulihkan mereka. Mereka juga disadarkan bahwa mereka telah berdosa sehingga dapat bertobat.

Membaca Perikop Barukh menarik perhatian kita pada dua hal berikut ini. Pertama, Allah adalah Pengasuh yang mengasihi. Meskipun manusia berdosa sehingga menimbulkan murkaNya tetapi Ia tidak sampai membinasakan manusia. Ia tetap berusaha untuk menyelamatkannya. Apa yang dilakukan Tuhan? Ia mengutus nabi-nabiNya untuk menyadarkan dan mempertobatkan umatNya. Kedua, Barukh menganggap Yerusalem sebagai ibu bagi Israel. Peran ibu adalah mengasuh dan memberi nasihat yang bagus supaya anaknya bisa berubah. Ekspresi yang ditunjukkan oleh Yerusalem: “Kuatkanlah hatimu, hai anak-anakku, berseruhlah kepada Allah. Carilah Dia karena Dia pulalah yang mengirimkan sukacita abadi bersama dengan penyelamatanmu”. Yerusalem bertindak seperti gereja yang memberi nasihat kepada umat Allah untuk setia kepada Tuhan. Seperti orang tua yang mengingatkan anak-anaknya untuk hidup dalam sukacita bersama Tuhan.

Tuhan Yesus sudah mengutus 72 murid dan sekarang mereka kembali dan berjumpa dengan Yesus dan melaporkan tugas-tugas mereka. Hati mereka penuh sukacita karena segala sesuatu yang mereka kerjakan dalam nama Yesus. Mereka melaporkan: “Tuhan, setan-setan pun takluk kepada kami demi namamu”. Para murid ini serba puas dan bangga dan mereka lupa bahwa semua itu mereka lakukan karena nama Yesus dan supaya nama Yesus lebih dimuliakan bukan nama mereka sendiri. Segala kuasa berasal dari Yesus sendiri. Oleh karena itu Yesus berkata: “Janganlah bersukacita karena roh-roh itu takluk kepadamu tetapi bersukacitalah karena namamu terdaftar di Surga”. Sukacita terbesar yang harus mereka ungkapkan di hadapan Yesus adalah karena mereka adalah orang kecil yang mengalami kebijaksanaan Tuhan. Mereka patut berbahagia karena mata mereka melihat Yesus sang Mesias sejati. Para nabi hanya bernubuat tetapi tidak sempat melihatNya. Para murid adalah orang-orang kecil yang melihat Yesus secara langsung.

Yesus menunjukkan sukacitaNya dengan bersyukur kepada Tuhan: “Aku bersyukur kepadaMu, ya Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Kausembunyikan bagi orang bijak dan pandai tetapi Kaunyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa itulah yang berkenan di hatiMu”. Sebagai orang-orang yang dibaptis kita juga memiliki sukacita yang besar. Banyak dosa dan salah yang kita lakukan di hadapanNya, tetapi Ia tetap setia dan mengasihi kita sekamanya. Apakah anda pernah bersyukur karena mendapat pengampunan dari Tuhan? Kuatkanlah hatimu dan mohonlah selalu pengampunan terus menerus dari Tuhan.

Doa: Tuhan, terima kasih karena Engkau selalu mengampuniku. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply