Uomo di Dio

Makna sebuah kehadiran

Pada suatu kesempatan seorang pemuda datang kepadaku untuk berbicara. Ia mengakui bahwa dirinya adalah anak tunggal di dalam keluarga. Hidupnya berkelimpahan karena apa saja yang ia minta selalu dipenuhi oleh orang tuanya. Ia merasa bahwa tidak pernah ada kata “tidak” keluar dari mulut kedua orang tuanya. Namun demikian kedua orang tuanya sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing sehingga jarang berada di rumah. Oleh karena itu sejak kecil ia lebih diperhatikan oleh susternya. Belakangan ia merasa bahwa relasi dengan orang tuanya terasa dangkal. Mungkin karena salah satu faktornya adalah kurang merasakan kehadiran kedua orang tuanya.
Saya memperhatikan dan mendengar dengan baik sharing pemuda ini. Maklumi saya sendiri tidak mempunyai anak dan tidak merasakan persoalan sebagaimana yang dihadapi oleh pemuda ini. Namun demikian saya sendiri punya orang tua dan membayangkan makna kehadiran mereka. Orang tua kadang-kadang berpikir bahwa uang dan harta kekayaan lain dapat menyelesaikan semua persoalan manusia. Ternyata hal ini tidak berlaku di dalam pendidikan anak. Memiliki banyak barang di dalam kamar bukanlah jaminan bahwa anak akan merasa bahagia. Anak justru masih merasa kesepian karena belum merasakan kehadirang fisik, kebersamaan yang mendidik dan membentuknya. Figur seorang ayah selalu berpengaruh dalam membentuk diri seorang anak. Maka sharing pemuda ini membantu saya untuk berpikir bahwa kehadiran seorang pria itu penting dan sangat bermakna.

Ketika merayakan misa arwah seorang bapa, saya bertanya kepada anaknya yang masih berusia kelas I SMP perihal pengalaman apa yang paling menarik bersama ayahnya. Ia menjawab dengan polos bahwa ayahnya adalah seorang sahabat yang selalu hadir bersamanya. Mereka berdua selalu berjalan berduaan sambil bercerita atau bernyanyi bersama dengan iringan guitar yang dimainkan ayahnya. Ini adalah sebuah pengalaman kecil tentang kehadiran ayah tetapi sangat melekat di dalam diri anaknya. 

Sharing pengalaman-pengalaman ini mau mengatakan apa kepada kita? Bahwa kehadiran yang aktif akan mendekatkan hati dengan sesama. Kehadiran aktif berarti selalu hadir dan aktif berelasi dengan sesama. Orang tidak hanya hadir tetapi tidak berelasi. Orang hadir dan berpartisipasi, entah dengan dukungan fisik atau dukungan verbal. Kadang-kadang orang tua bisa berdalil selalu ada di rumah dengan anak-anak, tetapi kehadirannya adalah kehadiran pasif bukan kehadiran aktif.
Nah, mari kita memandang kepada Tuhan.Tuhan Yesus selalu hadir di dalam kehidupan kita karena Dia sendiri mengakui persekutuanNya dengan Bapa di Surga. Yesus berkata: “Aku dan Bapa adalah satu” (Yoh 10:30). Yesus merasakan kehadiran Bapa karena Ia merasa Bapa ada di dalam Dia dan Dia di dalam Bapa (Yoh 17:21). Kehadiran yang menyatu ini juga dijanjikan oleh Yesus sendiri kepada kita semua sebagai Gereja: “Aku menyertai kamu senantiasa hingga akhir zaman” (Mat 28:20) dan “Aku bangkitkan pada akhir zaman” (Yoh 6:39-40). Kutipan-kutipan sederhana ini menandakan bahwa Tuhan hadir dengan aktif di dalam kehidupan manusia dan itulah yang kita rasakan secara pribadi.

Spiritualitas pria katolik macam apa yang kita ambil di sini? Seorang pria katolik yang baik adalah pribadi yang setia hadir aktif di dalam hidup bersama dengan sesamanya. Kalau ia seorang ayah maka ia tidak hanya hadiri secara fisik tetapi kehadirannya aktif dan sungguh dirasakan di dalam keluarga. Kalau pria katolik itu seorang karyawan atau seorang profesionalis maka kehadirannya yang aktif dirasakan di tempat kerja. Kita belajar dari Tuhan yang begitu menyatu dalam diriNya dan menyatu dengan manusia. Yesus merasakan dan membagikanNya kepada kita. Ini juga yang kita rasakan sebagai orang beriman. Mari kita hadir dengan aktif bukan hanya sekedar hadir secara fisik tetapi pasif dalam kebersamaan dengan keluarga dan tempat di mana kita berkarya dan melayani. Anda dan saya pasti bisa!

PJSDB
Leave a Reply

Leave a Reply