Renungan 7 November 2013

Hari Kamis, Pekan Biasa XXXI
Rm 14:7-12
Mzm 27:1.4.13-14
Luk 15:1-10
Hidup dan Mati untuk Tuhan
Setiap orang pasti mengalami kelahiran dan kematian. Kelahiran mengawali hidup di dunia dan kematian tubuh mengakhiri hidup kita. Oleh karena itu baik hidup maupun mati merupakan dua bagian yang menyatu di dalam tubuh kita. Kita tidak akan menjauhi kematian dan akrab dengan kehidupan saja tetapi kedua-duanya menyatu dan akrab dengan kita. Penyair Khalil Gibran menulis: “Apabila engkau dengan sunguh hati menangkap hakikat kematian, bukalah hatimu selebar-lebarnya untuk wujud kehidupan, sebab kehidupan dan kematian adalah satu, sebagaimana sungai dan lautan adalah satu”. Sebagai umat beriman kita selalu mengakui iman dengan berkata: “Aku percaya akan persekutuan para kudus dan kehidupan kekal”. Pengakuan iman ini menyadarkan kita bahwa kita berasal dari Tuhan dan akan kembali kepadaNya. Dia adalah asal muasal kehidupan kita sehingga tubuh kita yang fana ini akan menjadi sempurna atau kudus bersamaNya.
St. Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Roma melanjutkan pengajarannya bahwa kita semua mengalami hidup dan mati di dalam tangan Tuhan. Paulus berkata: “Tidak ada seorang pun di antara kita yang  hidup untuk dirinya sendiri dan tidak seorang pun yang mati untuk dirinya sendiri. Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan.” (Rm 14:7-8). Pernyataan Paulus ini berdasar pada pengalaman akan Yesus Kristus sendiri. Yesus Kristus tidak pernah datang ke dunia untuk hidup bagi diriNya sendiri. Dia juga tidak pernah mati untuk diriNya sendiri. Seluruh kehidupan dan kematian Yesus hanya untuk keselamatan manusia. Ini adalah kehendak Bapa yang harus Ia taati. Dengan kehidupan dan kematianNya, Ia menjadi Tuhan bagi orang yang hidup dan mati.

Belajar dari Yesus yang hidup dan mati bagi manusia, Paulus lalu menyadarkan kita untuk bertumbuh menjadi sesama bagi manusia yang lain. Menjadi sesama bagi manusia yang lain berarti kita berusaha untuk tidak menghakimi atau menghina sesama. Kita semua percaya bahwa Tuhan Yesus sendiri akan datang untuk mengadili orang yang hidup dan mati. Kita semua akan mengalami nasib yang sama dalam pengadilan terakhir. Maka kita pun akan mempertanggungjawabkan hidup kita di hadirat Tuhan yang Mahakudus. Oleh karena itu kita semua perlu menyadari bahwa baik hidup maupun mati, kita tetaplah milik Tuhan.

Tuhan Yesus sendiri menunjukkan sebuah komitmen untuk selalu mencari dan menyelamatkan orang-orang berdosa. Penginjil Lukas memberi kesaksian bahwa Yesus dalam pengajaranNya memberi perumpamaan tentang domba dan dirham yang hilang. Ketika Yesus kelihatan akrab dengan para pemungut cukai, orang-orang Farisi selalu bersungut-sungut. Mereka menghendaki supaya para pendosa itu di jauhi oleh Tuhan. Memang orang-orang Farisi memahami dosa dan akibatnya yakni hubungan dengan Tuhan menjadi retak. Maka semua orang yang dianggap orang benar seperti Yesus, tidak harus bersahabat dengan mereka. Terhadap pikiran mereka ini, Yesus menggunakan kesempatan untuk mengajar sekaligus meluruskan pikiran mereka.

 

Ia mengajar perumpamaan yang pertama: Kalau ada seorang yang mempunya seratus ekor domba dan salah satunya tersesat maka ia akan meninggalkan sembilan puluh sembilan ekor yang tidak tersesat dan mencari serta menyelamatkan satu ekor yang tersesat. Ketika menemukannya, ia akan bersukacita dengan mengangkat dan meletakkannya di atas pundaknya, memanggil para sahabat untuk bergembira bersama karena ia menemukan kembali domba yang tersesat. Perumpamaan kedua, Kalau ada seorang perempuan yang kehilangan satu dirham dari sepuluh dirham yang ia miliki maka ia akan menyalakan pelita, menyapu rumahnya, mencari dengan cermat sampai menemukannya. Ketika menemukannya, ia akan mengundang para sahabat kenalan dan tetangga untuk bergembira bersamanya karena berhasil menemukan satu dirhamnya yang hilang. Dengan kedua perumpamaan ini, Yesus mau mengatakan bahwa akan ada sukacita di surga kalau satu orang berdosa bertobat, lebih dari sembilan puluh sembilan orang yang mengaku diri orang benar dan tidak membutuhkan pertobatan. Para malaikat pun akan bergembira karena satu orang berdosa yang bertobat.

Adalah sukacita besar ketika kita juga menyadari diri kita sebagai orang berdosa sehingga membutuhkan Tuhan untuk menyelamatkan kita. Ada sukacita karena baik hidup dan mati, semuanya dipersembahkan untuk Tuhan. Maka Tuhan memang memiliki rencana indah untuk keselamatan kita. Ia senantiasa mencari dan menyelamatkan kita karena kita adalah milikNya. Masalahnya adalah kita suka lupa bahwa Tuhan mengasihi kita. Kita berpikir bahwa kita bisa menjalani hidup ini dengan kekuatan diri kita sendiri. Tuhan tidak lagi menjadi andalan hidup kita. Namun Sabda Tuhan pada hari ini mengajak kita untuk kembali kepadaNya. Tuhan Allah dan para malaikatNya bersukacita ketika kita bertobat dan tinggal bersamaNya selama-lamanya, sebagai persekutuan para kudusNya.

Doa: Tuhan, terima kasih karena Engkau memanggil kami untuk bertobat. Semoga hari ini kami boleh bertobat dari kebiasaan-kebiasaan buruk yang membawa kami untuk menikmati dosa. Ampunilah kami ya Tuhan. Amen

PJSDB
Leave a Reply

Leave a Reply