Homili Pesta St. Yohanes Bosco – 2014

Pengalaman akan Allah dalam diri St. Don  Bosco

 

don-bosco and YouthPada hari ini seluruh Gereja Katolik merayakan Peringatan St. Yohanes Bosco atau lebih populer St. Don Bosco. Para Salesian  yakni para romo, frater, bruder dan suster merayakannya sebagai hari raya pendiri kongregasi. Don Bosco dilahirkan di Becchi, Italia Utara pada tanggal 16 Agustus 1815 dengan nama asli Yohanes Melkhior Bosco. Ayahnya bernama Francesco dan ibunya Margaretha. Ketika berusia dua tahun, ayahnya meninggal dunia karena komplikasi kesehatan. Yohanes dibesarkan oleh ibunya. Sebagai single parent, mama Margaretha berlaku sebagai ibu sekaligus ayah. Ia menanamkan nilai-nilai religious dan moral kepada anak-anaknya. Nilai-nilai yang diberikan dalam kata dan karyanya membuat Yohanes dari kecil merasa bersahabat dengan Allah. Di dalam Allah ia menemukan figur seorang Bapa yang baik. Figur ini yang membimbing Yohanes Bosco sepanjang hidupnya untuk menjadi Bapa yang baik bagi kaum muda. Beato Yohanes Paulus II, pada tanggal 31 Januari 1988 menyatakan Don Bosco sebagai “Iuvenum Patris” atau “Bapak, Guru dan Sahabat kaum muda”.  Sekarang ini para Salesian sedang menyiapkan Sidang Umum yang ke-27 dan persiapan terakhir untuk merayakan  200 tahun kelahiran Don Bosco 16 Agustus 2015. Doakanlah kami supaya menjadi kudus seperti Don Bosco.

Siapakah Allah bagi Don Bosco? Don Bosco mengakui dirinya bahwa dalam tulisan-tulisan rohaninya ia tidak banyak menulis tentang spiritualitasnya. Ia mengatakan bahwa bukan gayanya dia untuk menulis biografi atau catatan harian tentang pengalaman akan Allah. Mengapa demikian? Dia mengakui, mungkin karena situasi dan kondisinya di Becchi saat itu tidak memungkinkan dia untuk memiliki kebiasaan menulis hal-hal menyangkut spiritualitasnya. Lebih banyak pengalaman-pengalaman akan Allah disimpan di dalam hatinya. Memang banyak tantangan, pergumulan hidup dialaminya dari masih kecil tetapi ia merasa tetap kuat. Prinsipnya adalah: “Ketika ada pencobaan yang keras sangat diperlukan iman yang besar kepada Tuhan”. Setiap kali mengalami kesulitan Don Bosco percaya bahwa pertolongan selalu datang dari Tuhan.

Don Bosco mendapat gambaran tentang Allah dan MisteriNya melalui ibundanya Mama Margaretha. Ibunya selalu berkata: “Kita semua berada di dalam tangan Tuhan, Dia adalah Bapa yang paling baik yang juga selalu mencari yang terbaik di dalam diri kita, yang mengajar kita untuk mengetahui yang baik dan berkenan padaNya atau yang tidak berkenan”.  Semua perkataan dari Mama Margaretha membantu pertumbuhan hidup Don Bosco secara rohani hingga usianya matang sebagai imam. Don Bosco mengakui: “Sekiranya saya memiliki iman seratus kali lipat, saya akan melakukan seratus kali lipat apa yang sudah saya lakukan selama ini”.

Don Bosco menghadapi semua kesulitan dengan penuh kepercayaan kepada penyelenggaraan ilahi. Ia percaya kepada Allah seperti seorang anak yang memasrahkan dirinya kepada ayahnya. Don Bosco menulis sebuah buku doa dan pembinaan bagi kaum muda berjudul “Il Giovani Proveduto” pada tahun 1847. Di dalam buku itu Don Bosco menulis kepada kaum muda: “Anda sebagai orang muda tidak sendirian di dunia ini untuk mencari keberuntungan, untuk menjadi kaya raya, untuk makan, minum dan tidur seperti yang dilakukan hewan-hewan, tetapi tujuan hidumu di dunia adalah untuk mengasihi Tuhan”. Bagi Don Bosco, seorang kristiani adalah peziarah menuju kepada Tuhan. Maka kaum muda dipersiapakannya untuk bisa menikmati kehidupan kekal bersama Bapa di Surga. Tuhan itu Bapa yang mahapengasih dan penyayang serta berlimpah kasih setianya.

Don Bosco merasakan kedekatannya dengan Allah Bapa, ketika mendoakan doa Bapa Kami. Allah dirasakan begitu dekat laksana seorang ayah yang menyayangi anaknya. Kita ingat apa yang dikatakan Yesaya: “Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau” (Yes 49:15).

Pengalaman akan Allah di dalam diri Don Bosco ini membimbingnya dalam pelayanan terhadap kaum muda. Pada tahun 1854, ia menulis: “Ketika menyadari pelayanan kudus bagi kaum muda, saya mempersembahkan segala keletihan demi kemuliaan Allah dan keselamatan jiwa-jiwa, saya berniat untuk membuat anak-anak muda menjadi warga Negara yang baik di dunia ini dan suatu saat boleh mendapat tempat yang layak di surga. Tuhan pasti akan membantu saya hingga akhir hayatku tiba”. Hal-hal ini senantiasa membimbing Don Bosco untuk berkomitmen melayani kaum muda. Kembali ke buku Il Giovane Provveduto. Pada kata pengantarnya Don Bosco menulis: “Anak-anakku terkasih, aku mengasihi kalian dengan segenap hatiku karena kalian adalah orang muda, kalian mungkin saja mendapat buku-buku lain yang lebih bagus dari penulisnya yang terkenal melebihi saya, tetapi tidak seorang pun yang melebihi saya yang mengasihi kalian di dalam Yesus Kristus dan menginginkan suka cita kalian”.

Don Bosco adalah orang kudus yang popular di dalam Gereja katolik. Dari tahun 1859, ketika mendirikan kongregasi Salesian untuk melayani orang muda, ia juga menularkan kekudusannya. Hingga saat ini ada 8 orang Santo dan 1 santa; 117 beato dan beata; 11 Venerabil dan 29 digelar Hamba Allah. Cita-cita Don Bosco untuk mengasihi kaum muda diteruskan oleh para Salesian. Pada saat ini para Salesian bekerja di 132 negara yang berbeda. Para Salesian Don Bosco (pastor, bruder dan frater) berjumlah 15000an dan sekitar 13000an suster salesian (FMA).

Kongregasi Salesian Don Bosco bisa bertahan karena Don Bosco menemukan figure Allah sebagai Bapa. Ia menghendaki supaya anak-anaknya, para salesian menaruh harapannya kepada Tuhan Bapa yang mahabaik. Semoga kami para Salesian dapat menjadi Bapa, Guru dan Sahabat kaum muda yang baik.

Doa: St. Yohanes Bosco, bapa dan guru serta sahabat orang muda, bantulah kami untuk bertumbuh dalam kasih Tuhan. Amen.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply