Homili 30 Juni 2014

Hari Senin, Pekan Biasa XIII
Am :6-10.13-16
Mzm 50: 16c-17.18-19.20-21.22-23
Mat 8:18-22

Ikutlah Aku

Fr. JohnAda banyak umat yang mengeluh dengan para romo. Ada banyak yang mengatakan romo A misanya lama dan membosankan. Romo B sepertinya tidak siap untuk merayakan misa. Romo C bergaulnya pakai pilih-pilih orang. Romo D itu menyebalkan. Yah macam-macam penilaian dari umat terhadap romo. Mungkin saja ketika berbicara orang sadar atau kurang sadar sehingga membicarakan gembala yang melayaninya. Sebagai seorang yang berkarya di komunitas pembinaan calon imam dan bruder saya merasa sedih ketika mendengar omongan umat seperti ini.

Para romo adalah manusia yang masih memiliki daging, belum sempurna dalam hidupnya dan mau menjadi kudus dalam melayani Gereja. Untuk membina seorang manusia menjadi imam membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang sangat besar. Biasanya ketika mereka masuk seminari jumlahnya banyak tetapi dalam proses pembinaan, ada yang merasa tidak layak lalu mundur atau dimundurkan,ada yang maju hingga ditahbiskan menjadi imam. Orang yang ditahbiskan itu adalah pilihan Allah untuk melayaniNya.

Oleh karena itu kalau memang romo merayakan misa lama dan membosankan, kelihatan tidak siap merayakan misa, bergaulnya pilih-pilih dan menyebalkan tetapi dia tetaplah pilihan Allah yang dikuduskan dalam sakramen imamat. Mungkin saja ia tidak mahir dalam berbicara, mungkin ia minder sehingga sulit membangun komunikasi, tetapi Tuhan memberi talenta baginya untuk memperkaya gereja. Betapa sulitnya pastor menyiapakan sebuah homili (bukan kotbah!) dengan menggunakan bacaan pertama, Mazmur, Bacaan kedua, Bait pengantar Injil dan Bacaan Injil untuk sebuah homili dalam waktu 10 menit. Seorang profesor pun akan sulit menyatukan kelima bacaan ini sebagai satu homili dalam waktu 10 menit. Romo-romo sudah berusaha sekuat tenaga untuk melakukannya bagi Gereja. Seharusnya kita bersyukur karena Tuhan sudah memanggil dan memilih romo-romo sebagai abdiNya. Kita membantu romonya untuk kuat dan setia dalam melayani gereja.

Apa kata Tuhan pada hari ini tentang panggilan? Setelah Yesus mengajar di bukit, kini ia mulai bergeser ke tempat lain di sekitar danau Galilea. Di sana Ia berjumpa dengan pribadi-pribadi dan mengajar mereka panggilan untuk mengikutiNya. Orang pertama adalah seorang ahli Taurat. Ia berkata kepada Yesus: “Guru, aku akan mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi.” (Mat 8:19). Seorang ahli taurat adalah orang pintar yang mengerti dengan mendalam Kitab Taurat. Di dalamnya mungkin ia menemukan sosok Mesias yakni Yesus Kristus sehingga meminta untuk mengikutiNya. Reaksi Yesus ada dalam perkataanNya ini: “Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya.” (Mat 8:20). Ahli Taurat ini disadarkan bahwa mengikuti Yesus dengan radikal berarti memiliki sikap lepas bebas terhadap harta duniawi. Sama seperti Yesus sang Anak Manusia tidak punya tempat untuk meletakkan kepala, para muridNya juga diajak untuk hidup sederhana sehingga mengutamakan pewartaan Injil.

Orang kedua adalah salah seorang murid-Nya. Ia berkata kepada Yesus: “Tuhan, izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan ayahku.” (Mat 8:21). Yesus memandangnya dan berkata: “Ikutlah Aku dan biarlah orang-orang mati menguburkan orang-orang mati mereka.” (Mat 8:22). Yesus mengetahui keadaan muridNya sehingga Ia berkata: “Ikutlah Aku.” Seorang kalau mengikuti Yesus, tak perlu memakai perhitungan. Ia harus memberi dirinya secara total hanya untuk Tuhan.

Dua orang yang digambarkan di dalam Injil ini sebenarnya menggambarkan banyaknya orang muda yang mengikuti Yesus dan masuk ke dalam seminari atau lembaga-lembag hidup bakti. Saya selalu berhadapan dengan calon imam yang memiliki keinginan yang kuat untuk menjadi imam tetapi hidup pribadinya menunjukkan kesulitan-kesulitan tertentu tertutama dalam hal kepemilikan barang. Ada yang hatinya melekat pada barang-barang, ada yang bersifat Avarice. Kematangan dalam berelasi juga kurang berkembang. Ada juga calon imam yang kelihatan baik dalam menjawabi panggilan Tuhan tetapi selalu mencari alasan tidak serius dalam menjawabinya. Nah, dua kelompok ini menjadi sasaran perutusan saya dan komunitas untuk membentuk mereka sehingga bisa menjadi calon imam masa depan yang baik. Ini bukanlah hal yang mudah karena yang dibentuk adalah manusia dengan karakter yang berbeda-beda. Itulah sebabnya kadang sedih mendengar umat membicarakan para romonya dengan kata-kata yang tidak enak.

Di dalam bacaan pertama, kita mendengar bagaimana Tuhan menyadarkan umat Israel yang sulit memiliki sikap lepas bebas. Mereka memiliki dosa-dosa tertentu terhadap sesamanya. Inilah dosa-dosa Israel: “Oleh karena mereka menjual orang benar karena uang dan orang miskin karena sepasang kasut; mereka menginjak-injak kepala orang lemah ke dalam debu dan membelokkan jalan orang sengsara; anak dan ayah pergi menjamah seorang perempuan muda, sehingga melanggar kekudusan nama-Ku; mereka merebahkan diri di samping setiap mezbah di atas pakaian gadaian orang, dan minum anggur orang-orang yang kena denda di rumah Allah mereka.” (Am 2:6-8). Orang-orang Israel sudah sedang melupakan kasih dan kesetiaan Tuhan. Banyak kali kita juga sadar atau tidak sadar melakukan dosa dan salah terhadap sesama. Kita menindas dan menyalahgunakan kebaikan mereka.

Sabda Tuhan pada hari ini membantu kita untuk bertumbuh dalam rahmat Allah. Ia memiliki rencana indah untuk memanggil maka jawabilah panggilan Tuhan itu. Panggilan itu akan bertambah subur hari demi hari kalau kita terbuka dan percaya kepada Allah dan mengikuti kehendakNya. Hanya kepada Allah kita berserah dan biarlah penyelenggaraan ilahinNya menyertai hidup dan karya setiap hari.

Doa: Tuhan terima kasih atas panggilan dan pilihanMu bagi diri kami masing-masing. Semoga karya dan pelayanan kami berkenan kepadaMu. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply