Homili 31 Juli 2014

St. Ignasius dari Loyola
Hari Kamis, Pekan Biasa XVII
Yer 18:1-6
Mzm: 146:2abc.2d-4.5-6
Mat 13:47-53

Bagaikan bejana siap dibentuk

Fr. JohnBanyak di antara kita yang mengetahui penggalan lirik lagu ini: “Bagaikan bejana siap dibentuk, demikian hidupku di tanganMu, dengan urapan kuasa RohMu, ku dibaharui selalu. Jadikan ku alat dalam rumahMu. Inilah hidupku di tanganMu. Bentuklan sturut kehendakMu. Pakailah sesuai rencanaMu.” Lirik lagu ini membantu kita hari ini untuk berefleksi tentang rencana Tuhan bagi kita masing-masing pada. Kita selalu bergumul dengan Tuhan, dengan sesama dan diri kita dan lupa bahwa kita hendaknya tetap merasa berada di dalam tangan Tuhan, sang Pencipta.

Nabi Yeremia mengatakan dengan terus terang kepada Tuhan pengalaman pergumulannya dengan sesama. Banyak orang membenci dan ingin menghilangkan nyawanya karena ia menjadi buah perbantahan dan buah percederaan bagi seluruh negeri. Ia bahkan bertanya kepada Tuhan: “Mengapa penderitaanku tidak berkesudahan, dan lukaku sangat payah, sukar disembuhkan?” (Yer 15:18). Namun hal yang baik dari Yeremia adalah ia tetap berpegang teguh kepada Tuhan. Ia percaya bahwa Tuhan melalui sabdaNya akan meneguhkan dan menguatkannya.

Terhadap pengalaman Yeremia yang keras ini, Tuhan berjanji akan selalu hadir dan menyempurnakan hidupnya. Tuhan berkata: “Pergilah dengan segera ke rumah tukang periuk! Di sana Aku akan memperdengarkan perkataan-perkataan-Ku kepadamu.” (Yer 18: 2). Tentu saja Yeremia kaget dan bingung, tetapi ia tetap berlangkah dengan pasti menuju ke rumah tukang periuk dan melihat sendiri proses pembuatan periuk itu. Yeremia memperhatikan bagaimana sang tukang priuk itu bekerja. Apabila bejana itu pecah sebelum menjadi sempurna maka tukang periuk itu dengan sabar membentuknya kembali hingga menjadi bejana yang bagus. Dari pengalaman ini maka Tuhan berkata: “Masakan Aku tidak dapat bertindak kepada kamu seperti tukang periuk ini, hai kaum Israel!, demikianlah firman Tuhan. Sungguh, seperti tanah liat di tangan tukang periuk, demikianlah kamu di tangan-Ku, hai kaum Israel!” (Yer 18:6).

Nabi Yeremia sungguh-sungguh mendapat peneguhan dari Tuhan yang dilayaninya. Tuhan menyadarkanNya bahwa hanya Dialah yang selalu mencipta baru, hari demi hari. Yang rusak diperbaiki sehingga menjadi baru di hadiratNya. Yeremia menunjukkan teladan ketabahan, keberanian untuk tetap percaya kepada Tuhan. Memang Tuhanlah Allah dan pencipta kita. Kita hanyalah tanah liat di tangan tukang periuk, hidup kita ada di tanganNya. Banyak kali kita protes kepada Tuhan karena kita hanya berhenti pada permasalahan yang kita alami setiap hari. Kita lupa bahwa Tuhan merencanakan segalanya bagi hidup kita. Dialah tukang periuk yang selalu membaharui hidup kita.

Pada hari ini kita merayakan peringatan St. Ignasius dari Loyola. Hidup orang kudus ini sangat inspiratif bagi kita karena pengalamannya akan Allah. Ignasius berarti semangat. Ia mengawali hidup dalam kemewahan dan menjadi tentara Kerajaan Spanyol. Pada tanggal 20 Mei 1521, ia menderita luka parah terkena peluru ketika mempertahankan benteng Pamplona dari serangan tentara Prancis. Penderitaan fisik dan mental yang hebat ini ditanggungnya dengan sabar dan berani dalam perawatan selama hampir satu tahun. Dalam pergumulan ini, Ignasius mencari makna hidupnya dengan membaca buku “Mengikuti jejak Kristus” dan buka riwayat pada kudus. Kedua buku ini berhasil mengubah seluruh hidup Ignasius. Dia bisa merasakan dirinya laksana bejana tanah liat yang dibentuk menjadi sempurna. Semangatnya berapi-api untuk mewartakan kerajaan Allah dalam Serikat Yesus yang didirikannya bersama rekan-rekannya.

Apa yang harus kita lakukan? Tuhan Yesus di dalam bacaan Injil memberi perumpamaan tentang pukat yang dilabuhkan di laut. Setelah penuh, pukat itu akan ditarik ke darat dan orang akan duduk untuk memisahkan ikan yang baik dan buruk. Ikan baik dimasukkan di dalam pasu, sedangkan ikan yang buruk dibuang kembali ke dalam danau. Semua orang memang dipanggil untuk keselamatan tetapi tidak semuanya akan masuk ke dalam Kerajaan Surga. Ketika orang tidak merasakan kehadiran Tuhan atau merasakan bahwa hidupnya ada di tangan sang tukang periuk maka tidak ada juga pertobatan di dalam dirinya.

Hal yang penting di sini adalah keterbukaan hati kita kepada Tuhan. Kita percaya bahwa Dialah Allah kita, Pencipta segala sesuatu untuk kita. Biarkanlah diri kita berada di atas tanganNya yang kudus, biarlah Ia juga membakar kita dengan api kasihNya. Kita akan menjadi bejana yang indah bagiNya dan sesama. Anda dan saya pasti bisa dalam nama Tuhan.

Doa: Tuhan, buatlah aku menjadi bejana yang indah sesuai rencanaMu. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply