Homili 30 Desember 2014

Hari Keenam Oktaf Natal
1Yoh 2:12-17
Mzm 96:7-8a, 8b-9.10
Luk 2:36-40

Melakukan kehendak Allah…

Fr. JohnSaya tetap mengingat seorang biarawati yang merayakan syukuran hidup membiara ke-70. Ketika ditanya kiat untuk setia dalam panggilan hidup baktinya, ia menjawab: “Selama tujuh puluh tahun ini saya belajar untuk selalu melakukan kehendak Allah bukan kehendak aku.” Semua undangan merasa diteguhkan oleh kesaksian hidupnya. Saya sendiri ketika mendengar kesaksian ini mengatakan dengan jujur dalam hatiku bahwa betapa susahnya melakukan kehendak Allah di dalam hidupku, padahal hidup membiaraku baru seperempat abad. Tetapi saya juga menghibur diri dengan berkata kepada Tuhan rasa syukurku karena Ia ada dan tidak pernah meninggalkanku. Aku tidak setia tetapi ia tetap setia membimbingku kepadaNya.

Penginjil Lukas hari ini mengisahkan kesetiaan Hanna, seorang nabi perempuan anak Fanuel yang sudah berusia delapan puluh empat tahun. Dia adalah seorang janda yang membaktikan diri di dalam rumah Tuhan dan menantikan kedatangan sang Mesias dengan suka cita. Setelah Yesus diterima oleh Simeon, kini giliran Hanna menerimanya. Ia setia melakukan kehendak Allah dengan berdoa dan berpuasa sehingga layak melihat Terang Kristus. Ia memberi kesaksian tentang Terang Kristus kepada banyak orang. Dari Hanna kita belajar apa artinya mengasihi Tuhan dan hidup dengan iman dan harapan kepadaNya. Kita dituntut untuk setia menanti, tidak jemu dan bosan tetapi mengisinya dengan berdoa dan berpuasa. Ini memang rasanya berat sekali tetapi dengan bantuan dan kekuatan dari Tuhan kita pasti bisa melakukannya.

Yohanes dalam bacaan pertama mengajak kita untuk memiliki kesempatan mendengar Tuhan dan bertobat sehingga layak mengikuti kehendak Tuhan. Yohanes menulis kepada anak-anak sebab karena jasa Yesus Kristus maka dosa mereka bisa diampuni. Mereka juga bisa mengenal Bapa. Yohanes menulis kepada bapa-bapa karena sudah mengenal Yesus sejak semula. Yohanes menulis kepada kaum muda karena mereka sudah mengalahkan yang jahat, kuat, dan Firman Allah diam di dalam hidup mereka. Yohanes berharap suoaya semua orang jangan mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya.

Mengasihi dunia berlawanan dengan mengasihi Allah. Mengapa demikian? Karena di dalam dunia masih penuh dengan keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup. Hal-hal seperti ini tidak berasal dari Allah tetapi dari dunia yang gelap. Dunia yang gelap akan berlalu, tetapi orang yang setia melakukan kehendak Allah akan hidup selama-lamanya.

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari ini sangat menguatkan kita. Banyak kali kita merasa sendirian, hidup rohani kita terasa kering dan mulai berpikir bahwa Tuhan begitu jauh dari hidup kita. Kita boleh lupa dengan Tuhan, tetapi Tuhan tidak pernah lupa dengan kita. Hanna memberi inspirasi penting kepada kita untuk membenahi hidup rohani, menjadi pribadi yang bijakasana dalam menanti kedatangan Tuhan. Kita membenahi hidup doa dan bermatiraga atau berpuasa. Gaya hidup seperti ini membantu kita untuk bertumbuh secara rohani dan tekun melakukan kehendak Tuhan.

Melakukan kehendak Tuhan berarti berani melawan dosa sebagai sisi kegelapan di dalam hidup kita, setia kepada Sabda Tuhan dan mengenal Tuhan lebih dalam. Keberanian untuk melepaskan diri dari kuasa dunia senantiasa diuji oleh Tuhan sampai kita benar-benar matang untuk mengasihiNya. Kata-kata dari Tuhan ini sangat meneguhkan kita: “Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu.” (1Yoh 2:15).

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply