Homili 31 Desember 2014

Hari Ketujuh Oktaf Natal
1Yoh 2:18-21
Mzm 96:1-2.11-12.13
Yoh 1:1-18

Makna sebuah kehadiran

Fr. JohnSelama beberapa hari ini saya membaca sebuah buku karya Thick Nhat Hanh berjudul “Teachings on Love”. Beliau adalah seorang penyair, penulis dan guru Zen dari Vietnam. Saya menemukan kalimat-kalimat yang bagus dalam buku ini: “Jika kita mencintai seseorang, kita harus mengenali dan menyentuh benih-benih positif yang ada di dalam dirinya setiap hari, dan menahan diri untuk menyiram benih-benih kemarahan, kekecewaan dan kebencian. Oleh karena itu, jika anda sungguh-sungguh mencintai seseorang, anda harus hadir sepenuhnya untuk dia.” Ketika membaca kalimat-kalimat yang diungkapkan Guru Zen ini, saya berdoa dalam hati: “Terima kasih Tuhan Yesus karena Engkau selalu hadir dalam hidupku. Engkau adalah Sabda yang menjadi manusia dan hadir sepenuhnya di dalam hidupku.” Banyak di antara kita mungkin lupa bahwa Tuhan mengasihi kita  apa adanya dan bahwa Ia selalu hadir di tengah-tengah kita.

Pada hari ketujuh oktaf Natal sekaligus merupakan hari terakhir dalam tahun 2014 ini, Penginjil Yohanes mengingatkan kita akan kasih karunia yang agung dari Bapa melalui Yesus sang Sabda yang merelakan diriNya untuk datang dan tinggal bersama-sama dengan kita. Kerelaan menjadi manusia adalah wujud nyata ketaatan Yesus sang Sabda kepada Bapa. Yohanes memulai Injil dengan kata-kata yang indah ini: “Pada mulanya adalah Firman, Firman itu ada bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.” (Yoh 1:1). Di sini kita semua dibantu untuk mengerti bahwa Yesus adalah Sabda Bapa, Ia sungguh-sungguh menyatu di dalam diri Bapa. Dia menciptakan segala sesuatu dan bahwa hanya di dalam Dia ada hidup.

Yohanes juga membantu kita untuk mengenal Yesus sebagai Terang Sejati. Dialah Terang yang bercahaya dalam kegelapan dan kegelapan sendiri tidak bisa menguasainya. Untuk lebih meyakinkan manusia, hadirlah Yohanes sebagai utusan Bapa. Dia memang bukan Terang tetapi ia diutus untuk bersaksi tentang Terang. Kesaksiannya itu benar namun sayang sekali karena manusia masih belum membuka dirinya untuk menerima Terang. Dikatakan penginjil bahwa: “Ia datang kepada milik kepunyaanNya tetapi orang-orang kepunyaanNya tidak menerimaNya. Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya.” (Yoh 1:11-12). Orang-orang beriman menerima kehadiran Terang dan mereka menjadi Anak Allah.

Allah Bapa sangat mengasihi manusia. SabdaNya sendiri menjadi manusia dan diam di antara kita. Dialah Emanuel, Allah yang selalu hadir dan menyertai kita semua sampai akhir zaman. Tuhan mengasihi kita apa adanya. Kasih sejati itu ditandai dengan kehadiran aktif. Hal ini juga yang sedang kita rasakan bersama bahwa Allah mengasihi maka Ia juga hadir di dalam hidup kita. Masalahnya adalah apakah kita sungguh merasakan kehadiran Allah di dalam diri Yesus Kristus?

Yohanes dalam bacaan pertama mengajak kita untuk mawas diri terhadap Antikristus. Bagi Yohanes, Allah begitu mengasihi kita melalui Yesus PuteraNya, tetapi kegelapan masih ada dan bisa ikut menguasai manusia yang lemah imannya. Ada saja jemaat yang menutup diri dan melawan Kristus. Para antikristus berasal dari jemaat yang sama. Oleh karena itu waktu ini adalah waktu terakhir bagi kita untuk memilih setia kepada Kristus atau melawanNya. Kita membutuhkan Roh Kudus untuk membaharui diri kita supaya layak menjadi anak Allah dan tidak menjadi antikristus.

Situasi komunitas Yohanes merupakan gambaran nyata Gereja dan sudah terbukti di dalam sejarah Gereja. Munculnya gerakan-gerakan yang memisahkan diri di dalam Gereja, sehingga Yesus sendiri harus mendoakannya supaya semuanya menjadi satu. Meskipun antikristus itu muncul dari dalam Gereja tetapi kita juga sadar diri bahwa Tuhan adalah pendiri Gereja bukan manusia. Tuhan akan tetap menyertai dan menguatkan Gereja hingga akhir zaman.

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada akhir tahun ini sangat inspiratif bagi kita semua. Pertama, kita bersyukur kepada Tuhan karena Ia mengasihi kita apa adanya dan selalu hadir aktif mendamping ziarah hidup kita selama satu tahun, dan dengan penuh harapan semoga tahun depan Ia juga selalu hadir dan menyertai hidup kita. Kedua, Tuhan adalah Terang yang menerangi hidup kita. SabdaNya menjadi pelita bagi langkah kaki kita sepanjang hidup ini. Semoga di tahun yang baru, Tuhan tetap setia menyertai kita semua.

Saya mengakhiri homili ini dengan mengutip St. Yohanes dalam Injil hari ini: “Karena dari kepenuhan-Nya kita semua telah menerima kasih karunia demi kasih karunia.” (Yoh 1:16). Bukalah hatimu, terimalah kasih karunia yang berlimpah dari Tuhan. Terima kasih Tuhan untuk tahun 2014 dan berkatilah kami di tahun 2015.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply