Homili 31 Agustus 2015

Hari Senin, Pekan Biasa XXII
1Tes. 4:13-17a
Mzm. 96:1,3,4-5,11-12,13
Luk. 4:16-30

Roh Kudus Turut Bekerja

Fr. JohnPada suatu kesempatan saya berbincang-bincang dengan seorang pemuda. Ia berapi-api memberi kesaksian bagaimana ia pernah mengalami jamahan Roh Kudus. Saya mendengarnya, kemudian bertanya kepadanya, apakah setelah pengalaman dijamah oleh Roh Kudus itu hidupnya berubah menjadi semakin baik, akrab bersama Tuhan atau belum ada perubahan sama sekali. Ia mengakui bahwa belum ada perubahan yang signifikan di dalam hidupnya. Saya menyarankan dia untuk membuat discernment dalam Roh. Artinya, mungkin benar bahwa pada waktu itu ia mendapat jamahan Roh Kudus, tetapi bisa jadi adalah jamahan roh jahat yang serupa dengan serigala berbulu domba. Kalau benar-benar jamahan Roh Kudus maka seharusnya ada perubahan yang radikal di dalam hidupnya, buah-buah Roh Kudus benar-benar nampak dalam hidup dan karyanya setiap hari. Kadang-kadang orang hanya terpancing secara emosional, mengalami kepuasan sesaat saja dan mengakui bahwa itu adalah karya Roh Kudus. Perlunya discernment atau pembedaan roh menjadi sangat penting dalam hidup kristiani.

Tuhan Yesus dalam bacaan Injil mengunjungi kampung halaman-Nya. Di dalam Sinagoga, Ia menyampaikan visi dan misi-Nya kepada mereka dengan mengutip nubuat Yesaya: “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang.” (Luk 4:18-19). Lihatlah bahwa segala sesuatu yang akan dilakukan Tuhan Yesus, semua pekerjaan Bapa di dunia ini tidak dilakukan sendirian tetapi bahwa Roh Kudus ada pada-Nya dan Roh yang sama menahbiskan dan mengutus-Nya untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan Bapa. Yesus sedang “on fire with the Holy Spirit”.

Di dalam pengajaran-Nya Yesus selalu menggunakan simbol-simbol tertentu bahwa Roh Kudus sungguh-sungguh ada bersama-Nya. Ia berkata: “Aku datang untuk melemparkan api ke bumi dan betapa Aku harapkan, api itu menyala!” (Luk 12:49). Roh Kudus disimbolkan dengan api dan semoga api bisa menyalahkan hati semua orang di dunia untuk membangun peradaban kasih, damai dan keadilan sosial. Ia juga membaptis bukan lagi dengan air sebagaimana dilakukan Yohanes, tetapi membaptis dengan Roh Kudus (Mrk 1:8). Ketika menampakkan diri-Nya kepada para murid, Ia berkata: “Terimalah Roh Kudus” (Yoh 20:22). Setelah naik ke surga, Ia mengutus Roh Kudus untuk menaungi seluruh bumi (Ef 4:11; Kis 2:17) dan sejak saat itu Gereja lahir di dunia pada hari raya Pentekosta.

Ketika dibaptis, kita juga menerima Roh Kudus. Ada dua simbol penting Roh Kudus yakni air dan minyak yang diurapi. Dan dalam rumusan pembaptisan kita dibaptis dalam nama Allah Tritunggal yang Mahakudus. Dalam sakramen pembaptisan kita menerima kekuatan untuk hidup dan bekerja di bawah naungan Roh Kudus (Katekismus Gereja Katolik, 1266). Kita juga perlu menyadari bahwa kuasa-kuasa kejahatan juga tetap melawan kuasa dan karya Roh Kudus di dalam diri kita (Gal 5:17). St. Paulus menyadari kehadiran Roh Kudus dan berkata kepada Timotius: “Karena itulah kuperingatkan engkau untuk mengobarkan karunia Allah yang ada padamu oleh penumpangan tanganku atasmu. Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban.” (2Tim 1:6-7). Jadi, Roh Kudus turut bekerja di dalam hidup kita dengan hal yang mengagumkan yakni membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban.

Meskipun Yesus penuh dengan Roh Kudus dan siap untuk menjalani visi dan misi-Nya namun semuanya ini bukanlah hal yang mudah. Ia sendiri mengalami penolakan di Nazareth. Mengapa Yesus ditolak? Karena orang-orang di Nazareth belum membuka diri-Nya untuk dibimbing oleh Roh Kudus. Mereka hanya melihat Yesus sebagai seorang manusia sekampung halaman-Nya. Latar belakang kehidupan-Nya juga mereka kenal. Pengalaman penolakan bukan hanya dialami oleh Yesus, tetapi pernah dialami para nabi seperti nabi Elia dan Elisa.

Pengalaman Yesus, bisa menjadi pengalaman kita secara pribadi. Banyak kali kita juga mengalami penolakan di dalam keluarga dan komunitas. Banyak kali kita lebih dihargai orang lain daripada saudara sendiri. Para romo kadang lebih diterima oleh umat dari paroki lain bukan umat parokinya sendiri. Penolakan terjadi karena mereka hanya memandang diri anda sebagaimana adanya saat ini. Mereka mengetahui latar belakang hidupmu. Hitunglah berapa kali dalam sehari anda menerima apresiasi dari pasanganmu atau orang di sekitarmu?

Roh Kudus tidak hanya berkarya bagi orang-orang hidup saja tetapi juga bagi orang-orang yang meninggal dunia. Roh membangkitkan Yesus dari kematian-Nya (Rm 8:11). St. Paulus menasihati jemaat di Thesalonika bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan oleh Allah bersama dengan Yesus. Kematian itu sebuah kepastian maka bagi Paulus tidak perlu ada kesedihan yang berkepanjangan. Orang seperti ini tidak memiliki harapan dan itu tidak kristiani. Orang kristiani hidup dalam pengharapan, penuh optimisme karena akan berkumpul bersama Yesus dalam Kerajaan Bapa.

Orang yang hidup dalam Roh Kudus memiliki pengharapan yang jelas akan kebangkitan badan dan kehidupan kekal. Mereka tidak akan mengalami kesulitan atau keraguan iman apa pun dalam menantikan kedatangan Tuhan. Ia sendiri akan turun dari surga. Maka orang yang meninggal dalam Yesus Kristus akan dibangkitkan lebih dahulu. Roh Kudus turut bekerja sepanjang hidup kita dan membangkitkan kita bersama Kristus. Terima kasih Allah Roh Kudus. Amen.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply