Homili 25 November 2015

Hari Rabu, Pekan Biasa XXXIV
Dan. 5:1-6,13-14,16-17,23-28
MT Dan. 3:62,63,64,65,66,67
Luk. 21:12-19

Jadilah saksi Kristus

imageSaya barusan merayakan misa requiem untuk memohon keselamatan abadi bagi Pak Robi Lukitama. Beliau adalah warga paroki St. Yakobus, Kelapa Gading, Jakarta Utara dan dikenal sebagai bapak pendiri Komunitas St. Leopold. Komunitas ini termasuk sebuah kelompok kategorial di Keuskupan Agung Jakarta. Salah seorang sahabat menulis pesan singkat kepada setelah misa, berupa sebuah kutipan yang indah, bunyinya: “Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jikalau ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.” (Yoh 12:24). Saya kembali ke komunitasku dengan hati penuh sukacita karena saya percaya bahwa Tuhan Yesus sedang mengungkapkan diri-Nya dalam Sabda. Dia adalah biji gandum sejati yang jatuh ke dalam tanah dan mati sehingga bisa memberi hidup kekal kepada semua orang. Dia adalah biji gandum yang menjadi hosti suci, dalam rupa sakramen Mahakudus. Hosti suci adalah Tubuh Kristus yang diterima oleh setiap orang dan sifatnya mengubah hidup banyak orang.

Pikiran saya juga tertujuh pada figur Robi Lukitama. Kiranya dia juga bisa menjadi biji gandum yang jatuh ke dalam tanah dan mati sehingga bisa menghasilkan buah yang berlimpah dalam komunitas St. Leopold. Sepanjang hidupnya beliau memberikan kesaksian hidup yang konkret, terutama dalam mengabdikan dirinya bagi Gereja lokal. Ia memberikan counseling yang baik sehingga bisa menyelamatkan perkawinan banyak pasangan, mengarahkan banyak orang untuk kembali ke jalan Tuhan. Perjumpaan dengan sosok Robi Lukitama, telah mengubah hidup banyak orang untuk menjadi lebih dekat dan akrab dengan Yesus dan Bunda Maria. Kesaksian hidup adalah bentuk kemartiran yang konkret. Artinya, berbicara tentang Yesus dan berbicara bersama-Nya. Orang harus menunjukkannya secara tepat dalam perbuatan-perbuatan baik yang nyata. Dengan demikian nama Bapa di surga dapat dimuliakan selama-lamanya.

Dalam sejarah gereja, kita menemukan banyak orang yang menumpahkan darahnya sebagai martir. Perkataan Yesus telah mendorong mereka untuk berlaku sesuai dengan perkataan Tuhan Yesus ini: “Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu.” (Mat 5:10-12). Saya mengingat kembali perkataan St. Ignasius dari Antiokia: “Lebih baiklah bagiku untuk mati karena Kristus, daripada hidup sebagai raja atas segala ujung bumi. Aku mencari Dia, yang wafat untuk kita; aku menghendaki Dia, yang bangkit demi kita. Kelahiran aku nantikan… biarlah aku menerima sinar yang cerah. Setelah tiba di sana, aku akan menjadi manusia” (Ignasius dari Antiokia, Rom 6,1-2).

Tuhan Yesus dalam bacaan Injil hari ini mengungkapkan pengalaman-pengalaman kemartiran yang akan dialami oleh Gereja sepanjang masa. Kesetiaan kepada Yesus Kristus dan salib-Nya merupakan satu-satunya kunci keselamatan. Untuk itu kita harus pandai membaca tanda-tanda zaman. Yesus berkata: “Sebelum akhir zaman, kamu akan ditangkap dan dianiaya; kamu akan diserahkan ke rumah-rumah ibadat dan penjara-penjara, dan kamu akan dihadapkan kepada raja-raja dan penguasa-penguasa oleh karena nama-Ku.” (Luk 21:12). Gereja sepanjang zaman bersaksi dan merasakan semua perkataan Kristus. Pada saat ini saudara-saudari kita di Timur Tengah sedang merasakan dan mengalami perkataan Yesus ini. Mereka adalah pengikut Kristus yang setia, rela ditangkap dan dianiaya, dipenjarakan dan di adili meskipun mereka tidak bersalah. Mereka meninggalkan tanah air mereka sebagai pengungsi di tanah orang. Yesus mengingatkan para murid-Nya: “Hal itu akan menjadi kesempatan bagimu untuk bersaksi.” (Luk 21:13).

Banyak orang mengakui dirinya sebagai pengikut Yesus Kristus namun ketika ada penganiayaan maka mereka mundur karena alasan-alasan manusiwi. Mungkin mereka kesulitan untuk membela dirinya. Padahal Tuhan Yesus mengatakan bahwa kita tidak perlu memikirkan upaya pembelaan diri kita. Ia justru meneguhkan kita dengan berkata: “Aku sendiri akan memberikan kepadamu kata-kata hikmat, sehingga kamu tidak dapat ditentang atau dibantah lawan-lawanmu.” (Luk 21:15).

Yesus juga mengingatkan kita bahwa pada saatnya, situasi di dalam keluarga juga akan chaos. Orang saling menuduh satu sama lain bahkan kematian menjadi tawarannya. Ada kebencian yang membara karena nama Yesus Kristus. Namun, Yesus tetap menyertai setiap orang yang setia kepada-Nya. Ia mengatakan bahwa tidak ada sehelai rambut kepala yang hilang dari seorang yang setia, bertahan di dalam hidupnya. Dia menderita hingga wafat sebagai martir tetapi akan tetap memperoleh hidup kekal.

Sabda Tuhan pada hari ini membuka wawasan kita untuk bertumbuh sebagai murid sejati. Murid Yesus sejati itu hidupnya serupa dengan Yesus sendiri. Ia siap untuk menderita sebagai martir sebagai bentuk kesaksian bahwa ia mengasihi Yesus Kristus. Ia bisa menjadi biji gandum yang jatuh ke dalam tanah dan mati sehingga akan menghasilkan hidup baru bagi banyak orang.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply